SEMUA NASKAH PENTAS DI BLOG INI TELAH DIPROTEKSI DAN TIDAK DAPAT DISALIN SECARA LANGSUNG

Himbauan

Mementaskan naskah di blog ini harus seizin penulis.

Senin, 29 Maret 2010

JARINGAN


SEBUAH LOKASI TANAH BERBUKIT, PADA BAHAGIAN PUNCAK BUKIT ITU, TERDAPAT SEBUAH BUNGKER JEPANG, HADIR DENGAN KOKOHNYA. UNTUK MENCAPAI BUNKER TERSEBUT, ORANG HARUS MENDAKI DENGAN JALAN MENITI TANGGA YANG TERBUAT DARI DUA SUSUN TALI TAMBANG YANG MEMBENTANG DARI BAWAH KE ATAS PUNCAK BUKIT
.
SENAPAN MESIN YANG DIDATANGKAN DARI NEGERI BELANDA, PARKIR DEKAT KAKI BUKIT ITU DAN DINAUNGI DEDAUNAN. DISITU HADIR MENER MAUDU VAN VOTENK, DIKAWAL OLEH CO’DO’ YANG SELALU MEMAYUNGINYA DAN SEORANG LAGI KEPERCAYAAN YANG SUDAH LAMA BERKOLABORASI DENGAN BELANDA. (‘SIBALI’) NAMANYA.


MENER MAUDU : Saya percaya kalau saudara Sibali bisa menaikkan senjata ini, sampai di atas puncak. (MENUNJUK KEPUNCAK KETIGGIAN DENGAN MENGGUNAKAN TONGKAT PERWIRANYA) Terus terang Saya sudah bosan menghadapi gerombolan Extremis-extremis itu. Dengan terpasangnya senapan mesin yang didatangkan dari Negeri Belannda, maka tak ada lagi ampun bagi pemberontak yang suka bikin onar en membunuh kawan-kawan kita setiap saat. Terumata si bajingan itu… yang namanya Gassing.

CO'DO' : Mener, tidak usah risau. Saya Co’do’ yang selalu setia memayungi Mener, akan mematahkan batang lehernya kalau saya temui orang itu.

SIBALI : Co’do’. Kau belum kenal siapa si Gassing itu. Sungguh, kalau bukan karena aku, maka kau sudah lama di makan cacing.

MENER MAUDU : Betulkah itu Sibali ? Hm Setahu saya kau adalah seorang penurut, seorang yang tidak banyak bicara, tidak pernah menentang kepada siapapun dan tidak macam-macam. Tetapi kali ini aku dengar kau justru membangga-bangakan si Gassing. Bahkan rasa-rasanya si Gassing itu justeru segan padamu he?.

SIBALI : Ia, tidak mengenal aku, tetapi aku mengenal dia.

MENER MAUDU : Begitu he ? Bagaimana kalau kau saja yang mengatasi Bajingan itu. Kau bunuh saja dia atau kalau tidak, kau tangkap hidup-hidup, en koe serahkan kepada kompeni.

SIBALI : Lalu ?

MENER MAUDU : Lalu kita masukkan ke dalam buih atau kedalam kandang macan, habis perkara.

 SIBALI : Lalu ?

 CO’DO’ : Uang makan tambah lauk-pauk di naikkan, begitukan mener ?

MENER MAUDU : Co’do’ ! Namamu persis dengan sifatmu yamg suka co’do’-co’do. Pembicaraan Iek dengan Sibali jangan dipotong. jangan di tambah en jangan dikurangi. O. K. ?

 CO’DO’ : O.k. Juga Mener.

MENER MAUDU : A… Jadi kita orang bukannya menaikkan uang makan en lauk-pauk seperti kata Co’do’, tetapi jabatanmu sebagai opas, di naikkan menjadi opsir Istimewa.

 SIBALI : Terus ?

 MENER MAUDU : Ya… kita lanjutkan pekerjaan ini ! ( MENAMPAR SENAPAN MESIN).

 SIBALI : Membunuh atau menangkap si Gassing, itu gampang. Tetapi siapa yang bisa menaikkan senjata seberat satu ekor Gajah sampai kepuncak. ?

MENER MAUDU : Maksudmu ?

SIBALI : Tak seorang pun yang bisa kita harapkan untuk merampungkan pekerjaan ini, kecuali I Gassing. Beberapa hari yang lalu sebelum senjata ini tiba disini, saya sudah meninjau puncak bukit itu, ternyata disana bertebaran berpuluh jenis ranjau tentara Jepang yang masih aktif. Sedikit saja kita salah menginjakkan kaki, maka puncak bukit itu akan tumbang karena ledakan, bahkan desa ini bisa menjadi kubangan raksasa.

MENER MAUDU : Dan hanya si Gassing yang dapat menanganinya ?

SIBALI : Saya yakin dan pasti. Hanya dialah orangnya, Anak itu pernah menjadi asisten ahli persenjataan dan penjinak bom tentara Jepang. Jadi kalau keinginan Tuan penguasa ingin terujud, Gassing jangan diapa-apakan.

MENER MAUDU : Kau tau persis tentang dia, apa selama ini kau ada kerja sama ?

SIBALI : Sudah saya katakan kalau ia tidak mengenal aku, tapi aku justru mengenalnya. Posisi saya dengan posisi tuan adalah serupa, meskipun tidak sama.

MENER MAUDU : Saya tidak mengerti apa yang koe maksud dengan posisi serupa tetapi tidak sama.

SIBALI : Serupa artinya; Tuan dan aku sama-sama kehilangan. Kalau tuan kehilangan prajurit lantaran dibunuh oleh Gassing, justru saya kehilangan masa depan karena dirampas oleh orang yang sama. Dan bila ia kita kubunuh, itu samahalnya menghancurkan diriku dan keluargaku, sekaligus menghancurkan rencana besar Kompeni.

MENER MAUDU : Kalau begitu terserah apa maumu asal senjata ini bisa berteng ger di puncak bukit, di atas bungker itu.

SIBALI : Mau saya, Tuan antarkan I Gassing ketempat ini.

MENER MAUDU : Bagaimana mungkin. Melihat wajahnya saja belum pernah, apa lagi mengetahui tempat persembunyiannya.

SIBALI : Temui keluarganya di sebuah rumah di kampung Laring Bangngi. Lorong ke-tiga dari jalan raya, rumah yang ke lima
Saya yakin disana Tuan mendapatkan keterangan tentang dimana
Gassing bersembunyi.

MENER MAUDU : Demi senjata ini, saya memenuhi perintahmu.

CO’DO’ : Pemerintah diperintah. Ingat untuk kali ini saja ya ?

MENER MAUDU : Co’do’ ? Sekali lagi koe acco’do’ kau akan ku onslag . Kau tahu apa artinya onslag ? dipecat ! (MENGHAMPIRI SIBALI, MENEPUK-NEPUK PUNDAKNYA) Akan saya perintahkan beberapa orang opsir untuk menemui kawan kita itu, lalu aku suruh bawa ketempat ini. Selamat bekerja, Semoga berhasil. (MELANGKAH HENDAK MENINGGALKAN SIBALI…)

CO’DO’ : Sampai jumpa kawan. (MENYODORKAN TANGANNYA KEPADA SIBALI TETAPI SIBALI MENEPIS PENUH ACUH)

MENER MAUDU : Co’dooooo.?!

CODDO : Iye’ Mener.! (CEPAT-CEPAT BERLARI MEMAYUNGI MENERNYA YANG SUDAH BERADA DI DEPAN)

SIBALI : Sekali waktu kau akan dilumat oleh Gassing (BICARA SENDIRI SAMBIL MEMBENAHI SENAPAN MESIN, YAKNI MENUTUP KEMBALI DENGAN DEDAUNAN SEPERTI SEMULA)


Adegan 2


BEBERAPA SAAT KEMUDIAN DUA ORANG SERDADU BELANDA MENGAPIT GASSING, DENGAN MATA TER-
TUTUP DAN TANGAN TERIKAT. SERDADU ITU MEMBAWA GASSING KE TONGGAK TAMBAT UNTUK DI-IKAT. SETELAH TERIKAT ERAT, SERDADU ITU SENGAJA MENGGERTAK AKAN MELAKSANAKAN EKSEKUSI.........

SIBALI : Tunggu. Ia jangan diapa-apakan. (KEDUA SERDADU ITUPUN MENINGGALKAN TEMPAT. DAN SIBALI MEMBARINGKAN BADANNYA DIATAS BALAI-BALAI SAMBIL NGOMONG.)
Anak muda, sebenarnya kau sudah mati. Tetapi karena aku, maka kau tidak tidak diapa-apakan.

GASSING : Beginikah yang namanya tidak diapa-apakan ? Terikat dengan
mata tertutup, tangan terbelenggu, inikah yang kau maksud !?

SIBALI : Ia, tetapi kau masih hidupkan? luput dari tembakan serdadu Balanda. Itu karena aku.

GASSING : Siapa kau sebenarnya.

SIBALI : Aku adalah Sama’ila. (MENYAMARKAN NAMANYA)

GASSING : Apa ? Samagila ? Ha...ha...ha... pantas

SIBALI : Sa ma i la (MENEKAN KATA DEMI KATA) Orang pintar menyebutnya: Is ma il.

GASSING : Sifatmua tidak sebagus namamu pak Ismail.

SIBALI : Justeru karena sifatku-lah sehingga nyawamu terselamatkan kawan. (SAMBIL MEMBUKA TALI IKATAN YANG MELILIT DIBADAN GASSING).

GASSING : Kau lupa Kalau kau telah menghianati bangsamu Bapak.

SIBALI : Kau dan aku sama-sama menghianat. Kau telah membawa lari anak gadisnya Sibali, lalu kau tinggalkan ia. (MELEPASKAN PENUTUP MATA DAN TALI PENGIKAT YANG MELILT DI TANGAN GASSING)

GASSING : Pak Ismail, itu fitnah, banyak orang menyangka kalau saya ini adalah Tuanynyala karena kawin lari dengan Jamilah putri Sibali. Tidak. Itu tidak benar. Kuakui memang kalau aku bersalah lantaran anak gadisnya Pak Sibali, aku nikahi tampa restu darinya. Hal itu Aku lakukan karena terpaksa.

SIBALI : Kenapa bisa terpaksa ?

GASSING Kami berdua tidak ingin mati ditengah desingan peluru. Berulang kali aku mohon agar Jamilah pulang kerumahnya tapi tetap ia menolak, bahkan ia memilih bunuhdiri kalau ia tidak segera kunikahi.

SIBALI : Apa alasannya sehingga ia minta dinikahi?

GASSING : Ia jengkel dan putus asa karena orang tuanya memihak Belanda.

SIBALI : Oh ya ? Cinta sejati memang mengatasi segalanya, aku akui itu. Tapi sayang kau tega meninggalkannya

GASSING : Itu juga tidak benar. Yang benar, adalah bahwa saya orang yang senantiasa dikejar-kejar oleh Belanda untuk dibunuh. Hal ini yang membuat isteriku Jamilah, memaksa aku agar aku tinggalkan ia. Akibat kekacauan inilah sehingga tampa terasa hampir satu tahun lamanya aku tak lagi menemuinya. Sekarang aku taktahu lagi dimana dan bagaimana ia sekarang. Siang malam aku berharap semoga Belanda tidak mengetahui kalau ia adalah isteriku.

SIBALI : Mengapa kalau ia ketahuan. ?

GASSING : Ia pasti dibunuh. Paling tidak ia ditangkap dan disiksa.

SIBALI : Tidak mungkin,. Sibali yang memihak belanda tidak akan membiarkan anaknya teraniaya.

GASSING : Mungkin saja Pak Ismail, karena dilain sisi, Jamilah bisa saja dianggap sebagai anak durhaka lantaran menodai nama baik leluhurnya.

SIBALI : (BERNAPAS PANJANG) Kau menyayangi anaknya Sibali, tapi mengapa justru Sibali kau tidak menghargainya bahkan kalau boleh aku katakan kau justru membencinya.

GASSING : Siapapun dia dalam situasi seperti ini, panjajah harus lenyap
Di atas bumi, harus ! (SUASANA DIAM) Bapak kenal
beliu ? Kenal mertua saya itu ?

SIBALI : Aku adalah sahabatnya yang takberjarak.

GASSING : (KAGET) Kalau begitu semestnya pak Ismail sejak tadi sudah membunuh saya.

SIBALI : Aku tahu apa yang kau maksud. Tapi aku bukan orang tolol. Aku tahu harga diri Sibali, masih ada. Sama halnya dengan saya. Biarlah orang-orang tidak menghargaiku, tetapi aku peribadi tatap punya harga, paling tidak dimata orang Kompeni tempatku mengabdi.

GASSING : Ternyata “Siri” sudah kehilangan nilai.

SIBALI : (MENGAMBIL TALI PENGAMAN DARI PINGGANGNYA LALU MENGIKAT PINGGANG GASSING SELANJUTNYA IA TAUTKAN DI TALI TAMBANG BAGIAN ATAS DENGAN SIMPUL HIDUP ) Hagrr... urusan itu nanti kita lihat.

GASSING : Bapak bukan potongan sahabat sejati.

SIBALI : Terserah penilaianmu, sebab Siri’ bagiku adalah suatu pengorbanan untuk memperbaiki dan membela segala sesuatu, menuju kebajikan. Itulah aku, Gassing.

GASSING : Lidah memang pintar menghias kata-kata.

SIBALI : Stooop !!!
(MENGAMBIL RANSEL PERALATAN LALU MEMASANG TALI PENGAMAN DIPINGGANGNYA ) Mari kita jalan !

GASSING : Bapak, mau kemanakah kita sebenarnya ?

SIBALI : Untuk mengenal ‘Siri’ lebih mendalam.

GASSING : Maksud Bapak ?

SIBALI : Aghr.. Jalan saja sambil kita omong-omong. (KEDUANYA MULAI MENDAKI MELALUI BENTANGAN TALI...) Sewaktu Jepang memerintah Negeri ini, Pimpinan perusahaan Nissannori, selalu menyebut nyebut namamu.

GASSING : Apa perlunya ?.

SIBALI : Ia ceritakan kepada temen-temannya tentang kekagumannya pada dirimu.

GASSING : Apa dasarnya sehingga mereka kagum kepada orang nakal seperti saya.

SIBALI : Dibalik kenakalanmu justru Ia kagumi pendirianmu, ketangguhanmu dan keberanianmu mengambil keputusan. Itulah sebabnya ketika Jepang takluk kepada Sekutu, katanya : salah seorang Komandan Heiho, dengan senang hati memberimu pengetahuan tentang Ilmu persenjataan dan amunisi. Atas cerita itulah sampai aku suruh jemput kau kesini dengan tujuan agar kau menolong aku membersihkan dan mengamankan seluruh ranjau-ranjau Jepang, yang bertebaran di lokasi ini.

GASSING : Jadi bapak punya teman orang Jepang juga ?

SIBALI : Justru aku benci mereka. Dendamku kepada tentara Jepang itu, tidak pernah ada habisnya. Kerenanya setelah sekutu mendarat, aku menggabungkan diri dengan Belanda, untuk membalas dendamku.

GASSING : Dendam karena apa Pak Ismail ?

SIBALI : Jepang si bangsat itu telah merampas anak gadis saudaraku, dan karena mendapat perlawanan, Jepang itu ramai-ramai mengeroyok lalu menyiksa habis adikku samapi mati.
(MEMBUKA RANSEL YANG IA SELEMPANG LALU IA PINDAHKAN KEPUNDAK GASSING)
GASSING : Untuk sekali ini saja aku bersedia membantumu pak Ismail.

SIBALI : Jasamu menolong orang dari kesusahan seperti aku, adalah salah satu penggambaran ‘Siri’ Gassing.

GASSING : Terus terang sedikit-pun saya tidak melihat kalau bapak ini dalam kesusahan.

SIBALI : Mengapa kau berkata begitu ?

GASSING : Karena bapak berpihak kepada Belanda. Dengan kata lain pasti setiap hari bapak kekenyangan, jauh dari kesusahan. Roti, keju, minum susu. dan lain sebagainya setiap saat bapak bisa nikmati. Sementara para pejuang setiap saat diburu-buru oleh kematian.

SIBALI : Belum tentu... Kalau saja kau dapat melihat derita bathinku Gassing. aku yakin kau tidak sampai hati mengucapkan kata-kata yang menyayat itu (KEBAWAH MENIGGALKAN GASSING)

GASSING : Pak Ibrahim, mengapa bapak turun ?

SIBALI : Kerjakan saja apa yang kumaksud. Aku sendiri turun menyediakan makan dan minuman. (SEBELUM SAMPAI KEBAWAH, SEORANG PEREMPUAN MUNCUL MEMBAWA BUNGKUSAN).

JAMILAH : Bagaimana keadaannya Tetta ?

SIBALI : (SAMBIL MELEPAS RASA CAPEK) Hagrr. Semoga ia berhasil.

JAMILAH : (SAMBIL MELETAKKAN BUNGKUSAN DIATAS BALAI-BALAI) Sengaja aku bikin kue kesukaannya.

SIBALI : Jamilah anakku, kau tidak usah berlama-lama disini, segera pulang kerumah dan katakan kepada Ibumu kalau aku sudah temukan Gassing. Aku dan dia dalam keadaan damai.

JAMILAH : Hari ini sudah delapan bulan tujuh belas hari, aku berpisah dengannya. Sudikah Tetta mempertemukan aku ?

SIBALI : Jamilah anakku, Tetta mengerti perasaanmu , merasakan kerinduanmu, tapi kalau hari ini kau kupertemukan dengan Suamimu, itu sama halnya mendatangkan malapetaka.

JAMILAH : Apa ia marah padaku Tetta ?

SIBALI : Tidak, justru ia amat menyayangimu anakku..

AMILAH : Betapa panjang dan melelahkannya perjalanan yang kutempuh, tapi yang aku jumpai adalah kehampaan.

SIBALI : Kau jangan menganiaya behtinmu Jamilah, dan menaruh prasangka yang tidak-tidak terhadap aku orang tuamu. Ketahuilah kalau kau kupertemukan sekarang juga, bukan tidak mungkin Gassing akan menangguhkan pekerjaannya dan akibatnya bom-bom yang ia belum jinakkan akan meledak dan menghancurkan tempat ini. (TIBA-TIBA KEDENGARAN LEDAKAN ) Gassing ! .. ada apa ?!

GASSING : Maaf, yang satu ini tidak bisa lagi dijinakkan. Terpaksa aku ledakkan ha, .ha, ha.

SIBALI : Hati-hati !!!................ (KEPADA JAMILAH) Nah pulanglah nak. Sampaikan pesanku kepada ibumu.

JAMILAH : Tetta.... (MENCIUM TANGAN AYAHNYA LALU PERGI)

(GASSING YANG PENUH KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA TERUS BERUSAHA MEMBUKA JARINGAN-JARINGAN KABEL YANG SALING BERHUBUNGAN SATU SAMA LAIN. SEGALA MACAM TEKNIK IA LAKUKAN DEMI KESELAMATAN JIWANYA, .SEMENTARA DIBAWAH SANA TAMPAK SIBALI MEREBAHKAN DIRI DI ATAS BALAI-BALAI. MELIHAT KELAKUANNYA ITU, TIBA-TIBA MUNCUL RASA KESAL DALAM BENAK GASSING, IA LALU MENGAMBIL SEBUAH RANJAU YANG SUDAH TIDAK AKTIF KEMUDIAN IA JATUHKAN KEBAWA.)

SIBALI : (KAGET MENYAKSIKAN RANJAU TSB. IA MENCARI JALAN SELAMAT DAN SETELAH BERLINDUNG DAN TIDAK TERJADI LEDAKAN IA MENERIAKI GASSING) Kau jangan main-main Gassing ! (BERMAKSUD KEMBALI MEREBAHKAN DIRINYA, TIBA-TIBA BEBERAPA BUAH RANJAU MENGGELINDING SECARA BERUNTUN DARI ATAS BUKIT.............. SIBALI BATALKAN NIATNYA.
Ia, ia..... Aku tahu kau lagi haus, capek dan lapar togh ? tunggu ! (SAMBIL MENGAMBIL TERMOS AIR DAN BUNGKUSAN BERISI KUE, SIBALI MENAIKI TALI TAMBANG MENUJU GASSING.......) Bagaimana, sudah smpai dimana ? Apa sudah beres, hagr ?!

GASSING : Sisa pak Samaila, yang di tunggu.

SIBALI : Aku pasti datang dan pasti kau senang. Lihat apa yang aku bawa. (SETELAH SAMPAI SIBALI MENYODORKAN TARMOS BERISI AIR MINUM) Minumlah kau pasti haus (MEMBUKA BUNGKUSAN BERISI MAKANAN RINGAN. GASSING. LANGSUNG MENGAMBIL KUE BURANGASA’, BARUAS.) Tambah lagi, kue itu pasti enank (SAMBIL TERUS MENIKMATI BERSAMA) Aku tahu. Burangasa’ dan Baruas adalah kegemaranmu dan kau tahu ? itu adalah bikinan istrimu (GASSING, KAGET)

GASSING : (TIBA-TIBA MENERKAM SIBALI DAN TERJADILAH PERGUMULAN) katakan siapa kau sebenarnya......

SIBALI : Kau mau bunuh aku Gassing ?

GASSING : Katakan sejujurnya siapa Samaila, sebenarnya !

SIBALI : Sudah aku katakan kalau aku adalah sahabatnya mertuamu yang melebihi saudara kandungnya. Rahasia Daeng Sibali, adalah juga rahasiaku. Demikian pula Sebaliknya, Gassing. (NGOMONG DALAM KETIDAK BERDAYAAN)

GASSING : Saya tidak perduli (MELEPASKAN SERGAPANNYA)

SIBALI : Sepertinya kau cemburu padaku.

GASSING : Bapak jangan asal bicara.

SIBALI : Lantas mengapa kau menyerang aku dengan membabi buta ?

GASSING : (MELANKOLIK) Kue-kue bikinan isteriku membuktikan kalau ia masih hidup. Aku pasti hidupnya menderita ditangan Belanda, Dan Belanda itu adalah bapak sendiri.

SIBALI : Karena kau telah tahu dimana isterimu dalam genggamanku, maka apa maumu ?1

GASSING : Tolong pertemukan aku dengan isteriku Jamilah.

SIBALI : Untuk saat ini permintaan kau kutolak. Kecuali setelah seluruh pekerjaanmu telah rampung.

GASSING : Rampung bagaimana lagi bapak ? bukankah ranjau-ranjau telah saya jinakka semuanya.

SIBALI : Tetapi tugasmu belum salasai meriam Jepang ini harus dibongkar dari posisinya untuk menempatkan senjata senapan mesin itu (MENUNJUK) Senapan mesin terbaru, sengaja didatangkan dari Negeri Belanda, untuk bertengger di sini.


Adegan 3
(SIBALI, GASSING + MENER MAUDU’ DAN CO’DO’)

MENER MAUDU’ : Hei.... kamu orang diatas sana, apa kabar ? (MENDENGAR SUARA ITU SIBALI DAN GASSING LANG SUNG TIARAP)

SIBALI : Segalanya aman....(BERBISIK) Kau tidak perlu takut. Gassing, ingat jangan bikin gara-gara. Kalau kau mau bertemu dengan Isterimu.

CO’DO’ : Apa masih perlu bantuan ? (CEPA-CEPAT MULUT COD’DO’ DISUMBAT OLEH MENER MAUDU’)

MENER MAUDU’ : Verdoury.

GASSING : Pasti. tenaga kalian sangat diperlukan kawan.

SIBALI : Tunggu kami akan turun. (BANGKIT DARI TIARAPNYA) Gassing, kita kebawah.

MENER MAUDU : Kali ini aku ampuni kau Co’do’.

CO’DO’ : Good.. Good Mener.

(MENER MAUDU MEMBUKA SELUBUNG SENAPAN MESIN IA MENGELUS SENJATA TERSEBUT LALU MEMANDANGI JARI-JARINYA YANG PENUH DEBU DAN MENYODORKANNYA KE CO’DO, SPONTAN CO’DO MENGELAP JARI-JARI KOTORNYA MENER MAUDU)

SIBALI : (SEMENTARA KEBAWAH) Co’do’, kau datang tepat pada waktunya.

CO’DO’ : Sejak tadi kami sudah disini kawan. Justeru Kalianlah yang datang dan turun tidak tepat waktu.

SIBALI : Ha...ha....ha.... Otak lincah (SETELAH SAMPAI DIBAWAH)
A...Yah, kenalkan..... (PERTEMUAN GASSING DENGAN MEREKA SEDIKIT KAKU)

CO’DO’ : Mister Maudu’ Van Foteng (GASSING MENJABATI TANGAN MAUDU’)

SIBALI : (KEPADA CO’DO’) Sahabat kita Gassing. (GASSING MENYODORKAN TANGAN TAPI TANGAN CO’DO’ YANG TADINYA TANGAN KIRI MEMEGANG PAYUNG, IA PINDAHKAN KETANGAN KANAN, ACUH KEPADA GASSING, DENGAN BEGITU GASSING MERASA DIOLOK
TIBA-TIBA GASSING BAGAI SINGA MENERKAM DOMBA. Gassing ! hentikan Gassing.... Ingat kataku.....

MENER MAUDU : Ghodverdoms (IKUT MELERAI, MENGAMBIL PAYUNG DARI TANGAN PENGAWALNYA DAN TAMPA SADAR TONGKAT KOMANDONYA IA BERIKAN KEPADA CO’DO SAMBIL MENGGELIAT MARAH MENYAKSIKAN SITUASI YANG IA TIDAK HARAPKAN) Kita datang kesini tidak untuk mencari onar. Ghodverdoms.......

CO’DO’ : Inlader !

MENER MAUDU : Bajingan !

CO’DO’ : Ekstremis pengacau !

MENER MAUDU : Kalian jangan bikin aku naik pitam !

CO’DO : Bangsat !

MENER MAUDU : Tidak tahu diuntung !

CO’DO’ : Tidak ada takutnya sama Mener Maudu’ Van Voouuteng !

MENER MAUDU : (TIBA-TIBA SADAR KALAU DIRINYA TELAH SIBUK MEMAYUNGI CO’DO, YANG MEMEGANG TONGKAT KOMANDO MILIKNYA) .....Co’do’.??

SIBALI : Sudah....Sudah. Kita lupakan. Mari kita kepuncak. Semua ranjau sudah diamankan. Sisa menaikkan Senapan mesin itu. (KEPADA GASSING) Gassing, kau tinggal saja di bawah mencari cara untuk menaikkan senjata itu. Semua keperluan ada disitu. (MENUNJUK TEMPAT PERALATAN DAN MEREKA BERTIGA NAIK KEPUNCAK MELALUI TALI TAMBANG)
(GASSING, MENYIAPKAN ALAT-ALAT)

MENER MAUDU : Kalau bukan karena kau kawan, maka Gassing, sudah kumasukkan kedalam buih. Sayang kita sudah teken kesepakatan ?

SIBALI : Ya. Dan kalau bukan karena Gassing, ranjau-ranjau Jepang itu sudah pasti menyerpa-nyerpi daging kita. (POUSE) Bagaimana Co’do’, Mana suaramu ? Bukankah kau berjanji akan mematahkan batang lehernya I Gassing ? Bagaimana ?

CO’DO’ : Seandainya tadi Mener Van Votenk memerintahkan saya melawan, maka aku akan keluarkan tenaga dalamku. Biar Jantungnya kucopot. Ya tokh Meneir ?

MENER MAUDU : (SEBELUM SAMPAI...) Hus ! Koe jagan banyak cincong downval. Gara-gara yei sampai aku ikut jadi konyol, Untung tidak ada orang lain yang melihat Ik. (TIBA-TIBA KAGUM MELIHAT ALAM SEKITAR) Haaa.. Strategis memang lokasi ini. Lihat. Itu jalan menuju Ambon Camp, Markas kawan-kawan kita. Ha...itu dia gedung Sociteit de Harmoni.

CO’DO’ : Apa disana teman kita juga Mener.?

MENER MAUDU : Wow, pasti. mereka semuanya tukang-tukang dansa, en tempatnya orang orang cerdik, nanti sekali tempo aku bawa kau kesana untuk main dansa denga orang-orang terkenal di dunia.

CO’DO’ : Ah, jangan main-main Mener.

MENER MAUDU : Ik tidak tidak suka main-main Co’do’. Ada apa ?

CO’DO’ : Masa Mener tidak tahu kalau Ike punya kenalan dengan berbagai bangsa di kulit bumi ini ?

MENER MAUDU : Maksudmu ?

CO’DO’ : Ya, kalau Mener betul-betul menepati janji akan membawa Ike kegedung itu. Akan saya perkenalkan kawan saya dari negri Cina, Anggarrisi, dari Kolokatta dan dari negara Massere Mener.

MENER MAUDU : (TIBA-TIBA) O, Ya ? Ha... Lihat ! Itu jalan lurus menuju Ambas Schuul, ketimur kira-kira 150 Meter, disitu ada kampung Layang, markasnya para Extremis pemberontak. Menurut spionase kita di kampung itu tempatnya Inlander-inlander, dimana Wolter Monginsidi bersembunyi untuk mengadakan rapat menyusun rencana pengacauan. Kesana sedikit, kampung Bunga Ejaya daerahnya Sangkala Tari-tari, sipenembak jitu. Berpuluh kawan kita sudah dibunuhnya, orang bilang ia sangat kebal. Tak ada pelor yang bisa menembus kulitnya.

CO’DO’ : Tidak ada yang kebal kalau saya yang hadapi Mener.

MENER MAUDU : Verdorry. Banyak cincong koe ini he ? Kalau aku tidak turun tangan ikut bergumul, si Gassing sudah bikin kau gepeng.

CO’DO’ : Kita sudah sampai Mener.

SIBALI : (MEMANDANG GASSING, YANG SUDAH SELESAI MENGIKAT SENJATA UNTUK DITARIK) Gassing ! Kami sudah sampai, bagaimana dengan kau ?!

GASSING : Tinggal sedikit. (MELEPASKAN IKATAN TALI TAMBANG BAGIAN BAWAH KEMUDIA DISAMBUNG DENGAN TALI PENGIKAT SENAPAN MESIN)

MENER MAUDU : Sibali, suruh ia cepat waktu mendesak.

SIBALI : Mendesak bagaimana tuan? karena hari sudah hampir malam ?

MENER MAUDU : Bukan, melainkan menurut ramalan cuaca dari Meteorologie, diperkirakan sebentar nanti badai akan datang melalui daerah ini. Kecepatannya tidak main-main.

CO’DO’ : Maaf kira-kira berepa kekuatannya angin itu Mener ?

MENER MAUDU : Kira-kira kurang lebih 500 tenaga kuda. Mengapa ?

CO’DO’ : Dengan kekuatan jampi-jampi Mener, saya bisa membelokkan arahnya angin itu....(MEMBACA JAMPI) O...Anginna....... (MENER VAN VOTENK MENYUMBAT MULUT C’DO’)

MENER MAUDU : Stop ! Saya tidak pernah percaya koe punya mulut. Semua omongkosang. Mana bisa ada orang yang membelokkan angin kencang yang berkekuatan 25000 kilo meter perjam........

GASSING : Hoe.. Siap-siap ! Siapkan tenaga, tarik pelan dan bersamaan !

CO’DO’ : O.K...O.k...... Siapa takut ? (SIBALI+CO’DO DENGAN TALI TAMBANG DITANGAN.....)

GASSING : Mulai ! Hayyoratta

SIBALI+CO’DO’ : Samasamarata (SENJATA TIDAK BERGERAK)

GASSING : Hayyo ratta !!!

SIBALI+CO’DO’ : Samasamarat..tahh. (SENJATA BELUM BERGERAK)

SIBALI+CO’DO’ : Mana Menermu !!!

SIBALI+CO’DO’ : Tunggu Menerku !! (MENER MAUDU MENGGABUNG)

GASSING : Baguslah, begitu !

SIBA+CO’+MENER : Mulaiiii.... samarratta. (SENJATA BERGERAK LANCAR)

GASSING : Hoellanna !!!

SIBA+CO’+MENER : Samaratanna !!!

GASSING : Kasi tenaga......

SIBA+CO’+MENER : Jangan ragu......

GASING : Masih lembek

SIBA+CO’+MENER : Lembek bagaimana ?!

GASSING : Kurang bertenaga !

SIBA+CO’+MENER : Rasakan sekarang !!!!

GASSING : (KARENA SESUATU) Aria..Aria (MEREKA BERHENTI. GASSING MEMPERBAIKI POSISI SENJATA UNTUK MUDAHNYA MENCAPAI PUNCAK) Tarik tarik !!!

SIBA+CO’+MENER : Samasamaratta............

GASSING : Cinycing Mandipo’

SIBA+CO’+MENER : Pammalliang langkoja’

GASSING : Kayu palemba-lemba

SIBA+CO’+MENER : Kayu patittili’ sama’ Uk’

GASSING : Stooop !! (SENJATA SUDAH BERADA DIBIBIR PUNCAK)

(GASSING MEMBUKA TALI TAMBAT YANG LAINNYA UNTUK PEGANGAN MENDAKI TERJAL.
SIBALI MEMBIARKAN DIRINYA TERLENTANG, MENER MAUDU VAN VOTENG MERANGKAK MENCARI SANDARAN, CO’DO’ SETIA MEMAYUNGINYA MESKI IA KEPAYAHAN)

MENER MAUDU : Hasy...has...hac....chhh.....Codo......

CO’DO’ : Yammeh....yammener... (MENGAMBIL KIPAS DARI TASNYA LALU MENGIPAS-NGIPAS MENERNYA YANG TERUS MERANGKAK, SETELAH SAMPAI MENER, MENYANDARKAN DIRI DISISI MERIAM JEPANG,)

MENER MAUDU : Co’do’, Hari sudah malam. Sudah gelap.

CO’DO’ : Betul Mener, embun sudah turun.

MENER MAUDU : Pantas perasaanku seperti sedang berada di negeri Belanda. Dingin, ha... tapi dinginnya lain-lain, kau bawa selimut ?

CO’DO’ : Cuma payung Mener.

MENER MAUDU : Godverdoms, saya tidak butuh payung mata hari sudah habis. Aku butuh selimut.

CO’DO’ : (MENGAMBIL BOTOL MINUMAN KERAS DARI RANSEL NYA) Cuma ini Mener, (MENYODORKAN) dengan minuman semacam itu pasti rasanya lebih hangat dari selimut.

MENER MAUDU : Ha..Otak lincah. Ternyata kau memang cocok dengan saya (MENENGGAK MINUMAN BEBERAPA KALI. IA BAGAI MENDAPAT TENAGA BARU. AKIBAT MINUMAN TERSEBUT IA BANGKIT BERJALAN DENGAN BADAN YANG MIRING. IA MENGHAMPIRI SIBALI)
Sibali, bangun ! kau perlu juga merasakan selimut hangat ini, ayo minum.

SIBALI : (MENELAN BEBERAPA TEGUK DAN SEKETIKA ITU JUGA IA MERASAKAN ADANYA KEKUATAN BARU) hahgr.. tiba-tiba penglihatanku jadi terang ? (SAMBIL MENYERHKAN BOTOL ITU KEPADA CO’DO, CODO’PUN MENENGGAKNYA)

CO’DO’ : Ha...ha...ha.... Sibali sudah jadi Burung hantu. Mener ha..ha..

MENER MAUDU : Hovferdomse .. bagaimana bisa orang jadi burung hantu ?

CO’DO’ : Karena burung hantu akan terang penglihatannya bila hari sudah gelap.
( MEREKA TERTAWA TERBAHAK-BAHAK)

GASSING : Apa yang Lucu ? (SETELAH MELEPASKAN SEMUA TALI, IA BERLAGAK PURA-PURA TIDAK TAHU)

MENER MAUDU : Demi Tuhan, Gassing, hidup ini hanya sekali, mengapa kita ti
dak menikmatinya. Ayolah udara semakin dingin, hangatkan badanmu dengan ini. (MERENGGUT BOTOL MINUMAN DARI TANGAN CO’DO’)

GASSING : Maaf saya tidak biasa.

CO’DO’ : Minumlah kawan. Rasanay melebihi Ballo’ dari semua Ballo’.
Anak Mangkasara’ Palimbangi.*

GASSING : Kerbau yang menyerangi jalan raya bukan karena keberaniennya tapi karena ketololannya. Tapi meskipun begitu ajakanmu takkan kutolak.

SIBALI : Jangan kebanyakan Gassing. (KEADAAN TAK BERDAYA)

GASSING : Mengapa mesi takut (MENENGGAK SAMPAI HABIS). Masih ada ?

MENER MAUDU’ : Ha....Ha....Ha.... sebuah ketololan. Kau telah berbuat tolol tat
kala kau menganggap dirimu sebagai orang pintar.

GASSING : Katakanlah ucapkan itu benar. Tapi tahukah engkau bahwa untuk mencapai tujuan yang besar dimulai dari yang kecil. karena itu waspadalah, waspadalah ( AGAK MABUK)

MENER MAUDU : Aku tahu tujuanmu kawan. Kau menghendaki kematianku bukan ? Kau bermimpi. Percayalah kalau aku tidak akan mati karena rencanamu. Tapi yang akan mampus adalah dirimu sendiri bahkan setelah senapan mesin ini terpasang, semua pemberontak, semua orang-orang yang menamakan dirinya pejuang kemerdekaan akan rata habis. Termasuk dirimu sendiri

GASSING : Orang sepertimu tdak lebih dari seorang yang bernapsu kuda tapi bertenaga itik.

MENER MAUDU’ : Ghodverdoms, kau mabuk Gassing ?! (MERAMPAS BOTOL MINUMAN DARI TANGAN GASSING. GASSINGPUN LONGSOR TAKBERDAYA)

CO’DO’ : Parddommes !! (IKUT-IKUTAN BERBAHASA BELANDA)

MENER MAUDU : Bush.. ternyata kau juga mabuk he ? Pengawal macam apa koe ini he ?.

CO’DO’ : Inilah bukti nyata dari kesetiaanku kepada Mener, ikut merasakan apa yang Mener, rasakan...

MENER MAUDU : Godhverdomme... aku tidak merasa apa-apa.

CO’DO’ : Sama Mener, akupun demikian.

MENER MAUDU : Tapi kelihatannya kau ada sedikit miring Co’do’.

CO’DO’ : Itu karena saya tidak mau melampaui kemiringan Mener.

MENER MAUDU : (MEMANDANGI TUBUHNYA YANG LAGI MIRING)
Ha....ha...ha... Kau memang cerdik, pintar mengambil hatiku.

CO’DO’ : Atas nama kesetiaanku kepada Mener, aku siap membatu mewujudkan cita-cita mener Mener. (MENDEKATKAN MULUTNYA KETELINGA MENER) Demi Menerku tercinta, aku akan menjalankan segala cara untuk dikau seorang. ha..ha. ha. Dan seandainya aku bisa terbang maka Mener akan kubawa keliling dunia di seputar Celebes.

MENER MAUDU Co’do’ Kau mau membawa aku terbang, kalau aku jatuh ?

CO’DO’ : Biar saja Mener, asal jatuhnya jatuh durian, begitu pecah langsung dimakan.

MENER MAUDU : Jadi kau mau makan aku Co’do’ !?

CO’DO’ : Dari pada Mener jatuh telur ? takada orang yang mau peduli Mener !

MENER MAUDU : butul-betul kau punya otak lincah he ? Bagus, hatiku mengatakan kalau jabatanmu sebagai Opas Payung, perlu ditingkatkan menjadi Opas Penentu.(TERBAHAK SENANG)

CO’DO’ : Tapi kalau boleh Co’do tahu, kira-kira jabatan apa jabatanku Mener ?

MENER MAUDU : Mendengar jalan pikiranmu yang begitu menyentuh, aku pikir kau akan kuberi jabatan yang bersentuahan dengan angka-angka.. Disitu kau bisa menggunakan otak lincahmu untuk mendapatkan Golden. (KEDUANYA TERTAWA HABIS HINGGA ROBOH DALAM HAYALAN)

Adegan 4


SEROMBONGAN ORANG MENDATANGI CO’DO SAMBIL MENYANYIKAN LAGU PANJANG UMUR. PALING DEPAN MEMBAWA KUE ULANG TAHUN. DIATASNYA TERTANCAP BERBAGAI JENIS LILIN.ADA BESAR,KECIL. TINGGI, PENDEK DAN BEBERAPA LILIN BERBENTUK ANGKA-ANGKA YANG BERBEDA-BEDA NOMORNYA.
(MENYANYI BERSAMA)

Panjang umurnya
Panjang umurnya
Panjang umurnya saudara Co’do’
Saudara Co’do’ , Sudara Co’do’

CO’DO’ He !! Jangan ribut. Mener Maudu Van Votenk, lagi tidur.

SESEORANG 1 : Bukankah Di Gedung Sicieteit de Harmoni tempatnya orang sibuk dan bukannya tidur, Co’do’ ?

CO’DO’ : Gedung ini Milik Mener Maudu, Milik Amptenar-amptenar Belanda. Miliknya Pemerintah.

MENER MAUDU : Co’do’ ?... Gedung Ini milik Pedansa-Pedansa . Semua acara yang berlangsung di Gedung ini tidak sembarangan.
Jadi, karena sekarang ini Jabatanmu akan kunaikkan , maka acara ini tentu bukan acara sembarangan. Peristiwa penting ini harus berlangsu di gedun Societeit. Suruh mereka masuk.!

CO’DO’ : Terima kasih Mener, Terimakasi (SAMBIL MENCIUM BERULANG-ULANG TANGAN MENER MAUDU)
Saudara-saudaraku, silahkan masuk !!
Cerdik orangnya
Cerdik orangnya
Cerdik orangnya saudara Co’do Saudara Co’do’, Saudara Co’do (ORANG-ORANG BERTEPUK TANGAN, ADA YANG BERSIUT DAN ADA YANG MENERIAKKAN YEL-YEL. SAMBIL MENGATUR POSISI RESMI LAIKNYA)

PROTOKOL : Ladys end Gentleman, Dalam Ulang tahun I Co’do’ yang ke Bla-bla-bla-bla, sekaligus akan dirangkaikan dengan Pelantikan Spektakuler kenaikan Pangkatnya, dari jabatan Pemayung Mener Maudu Ven Poyeng, menjadi Hamente Bahagian Proposal Pasussung, dengan ini disilahkan meniup lilin yang ke Bla-bla-bla-bla. (SEMUA TEPUK TANGAN, CO’DO BERJALAN MENUJU LILIN, DIIRINGI LAGU LANJUTAN PANJANG UMUR)

Tiup lilinnya
Tiup lilinnya
tiup lilinnya Saudara Co’do’ Bla-bla-bla-bla-bala, bla-bla-bla-bla-blaaaaa............... (TEPUK TANGAN)

CO’DO’ : Saudara saudara kuenya biar dipotong oleh Tuan kita tercinta Mener Van Votenk, jadi harap Tenang dulu. (BERJALAN MENGAMBIL PAYUNGNYA. IA LALU KEMBANGKAN DAN MEMBISIKI MENERNYA. YANG MASIH TIDUR, SAMBIL MEMBERI ISYARAT KE PROTOKOL......)
PROTOKOL : Tuan-Tuan pembesar Ratu, Nyonya-Nyonya, end para Amptenar-Amptenar serta seluruh Kaki-Tangannya yang turut hadir di malam ini. Sebelum Acara pesta dansa Ulang Tahun Co’do dimulai, kami undang dengan hormat, Mener Maudu Van Votenk, memotong kue ulang tahun Co’do’ yang ke-Bla-bla-bla-bla- bla di lanjutkan dengan sambutan, yang sekaligus melantik I Co’do sebagai Pejabat Hamente. Disilakan.
MENER MAUDU : Atas nama Ratu Nederlan Saya sebagai perpanjangan tangan Ratu, maka sampailah waktunya aku potong I Do’do’ punya kue. (MEMOTONG KUE SEBANYAK UCAPAN BLA-BLA-BLA-BLA-BLA) Bla-bla-bla-bla-bla. (SEMUANYA TEPUK TANGAN)
MENER MAUDU’ : (DENGAN GAYA BERPIDATO)

Yang Terhormat, De Klamin Vanden Berek, Yang Terhormat, Stad Vuqie de Harmoni, Yang terhormat, Khuman Van Eids, Yang Terhormat, Mener Stad Vlaar dingen Tidak lupa Nyonya Mener Jamu Cap jago dan Nyonya Mener Vagiena Anita Agata.
Perkenankan saya atas nama Ratu dan pemerintah Hindia Belanda mengucapkan terima kasih kepada saudara hadirin, atas inisiatifnya mengadakan Ulang Tahun yang ke Bala-bla-bla-bla-bla. kepada orang yang bernama Codo. (ORANG-ORANG BERTEPUK TANGAN) Tenang..... sehubungan dengan itu, saya peribadi Mener Maudu Van Votenk, pada hari ini.akan menganugerahkan sebuah jabatan kepadanya dengan melantik, Resmi Mejadi Pasussung.. Perlu saya jelaskan bahwa jabatan ini bukalah jabatan yang ringan, karena sebagai Pasussung ia harus mempunyai rasa memiliki, mempunyai rasa kepekaan terhadap pemerintah. (SESEORANG NYELEYUK)

SEORANG : Bukan terhadap Negara ?

MENER MAUDU : Sorry Man. Negeri ini adalah Tanah Pusaka. Jadi apa salahnya kalau Pusaka kita itu kita nikmati habis. Apa salahnya tambang-tambang emas, tembaga, nikkel, hasil bumi, kekayaan hutan dan laut dan lain-lain sebagainya kita nikmati sepuas-puasnya. O.k. ? (CO’DO’ BESERTA AMPTENAR-AMPTENAR TEPUK TANGAN)
Karena itu dengan resminya Co’do’ menjadi orang penting di kantor Hamente, maka ia dengan Sah mengadakan passussungang di pasar-pasar, warung kopi, penjual coto, pedagang kaki lima end pete’-Pete’. Singkatnya dimana ada uang disitu Co’do’ berada.
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, sengaja atau tidak sengaja maka: yang bersangkutan dapat di adili di pengadilan dan di sussung sebanyak 500 laksa goldendan atau di Onslag. ditambah dengan hukuman kandang macan. Dengan dikeluarkannya keputusan ini, saya ucapkan selamat menjalankan tugas sebaik mungki....Co’do’, Teken, disini.
(MENER MAUDU MEMBERI PULPEN, CO’DO’ MEMBUBUHI TINTA PULPEN JEMPOLNYA LALU LALU MENANCAPKAN JEMPOLNYA DI ATAS KERTAS. SONTAK MUSIK MENGALUN DAN PESTAPUN DIMUALAI ....... LAGU CINA, INGGERIS, INDIA, DAN ARAB..........................................................)
(DALAM KEASIKAN BERDANSA ATAU BERGOYANG MEREKA TIBA-TIBA PANIK OLEH DATANGNYA ANGIN YANG KIAN LAMA KIAN KENCANG)

SESEORANG : Ghodverdomme. Extremis-extremis itu menyerang kita..........
(ORANG MASING-MASING MENYELAMATKAN DIRI. CO’DO’ DAN MENER MAUDU KEMBALI KEPOSISI SEMULA)
(BADAI KENCANG DENGAN KECEPATAN TINGGI MENGHANTAM PUNCAK BUKIT. MEMBUAT MEREKA BANGUN DARI MIMPINYA

CO’DO’ : Mener...... Senjata itu.....

MENER MAUDU : Cepat selamatkan !!! (KEPADA SIBALI DAN GASSING)

SIBALI : (MENCARI SESUATU) Gassing, mana semua peralatan ?!

GASSING : Tanyakan pada badai !!!

CO’DO’ : Selamatkan diri Mener......

MENER MAUDU : Ghodvwerdomme.. Selamatkan dulu yang ini. (BERPEGANG PADA SENAPAN MESIN, SIBALI JUGA ADA DISITU BERSAMA CO’DO’)

SIBALI : Ini akibaynya memaksa kami minum minuman keras !

MENER MAUDU : Takada waktu bercakap-cakap. Sibali! Mengapa kau tinggal diam Gassing?

GASSING : Rasakan ketollanku yang kau katakan itu. dan kini pandanglah dirimu. Persis kuda bertenaga itik. Ha.....ha...ha.......

MENER MAUDU : Setan ! Dalam keadaan seperti ini Koe masih sempat menghina aku bansat !. ( MENCABUT PESTOL DARI BALIK BAJUNYA)

SIBALI : Jangan !!

MENER MAUDU : Kubunuh kau Bajingan ! (MENEMBAK GASSING DAN MENGENAI DADA GASSING, SEWKTU HENDAK MENEMBAK UNTUK KEDUA KALINYA, SIBALI, MERAMPAS PISTOL MENER MAUDU’ DAN PERGUMULANPUN BERLANGSUNG. GASSING MENYEMPATKAN DIRI MELERAI DEDUANYA DENGAN MENDORONG MENER MAUDU’ MASUK JURANG. MENYAKSIKAN MENERNYA JATUH, CO’DO’, BERLARI UNTUK MENYELAMATKAN DIRI TAPI DIHADANG OLEH GASSING)

GASSING : Pengawal setia, mau kemana kau. Payungi Menermu yang mampus itu bangsat !!

CO’DO’ : (MERESA NYAWANYA TERANCAM) Sibali ! tolong !!
(GASSING TERUS MAJU MENDESAK. SAMPAI CO’DO JATUH KEDALAM JURANG.......) (SUASANA BERANGSUR REDAH DAN HENING)

SIBALI : Apakah Badai masih akan datang ?

GASSING : Sibali. Badai baru akan berlalu setelah Penjajah habis dari permukaan bumi. (JATUH LEMAS AKIBAT PENDARAHAN YANG TERLALU BANYAK)

SIBALI : Gassing, apa maksudmu ?

GASSING : Di depan mataku masih berdiri seorang penjajah.

SIBALI : Gassing ! Aku bukan Belanda, bukan penjajah tetapi Sibali yang bernama Samaila, yang menyelamatkan nyawamu dari intaian belanda. Aku adalah mertuamu Gassing, Sibali !.

GASSING : Terlepas apakah Sibali atau Mertua, engkau adalah jelmaan sejati penjajah, yang bakal menyensarakan rakyat manakala orang seperti kau dan sejenisnya masih hidup !

SIBALI : Gassing, sadarlah !

GASSING : Aku sadar kalau peluru yang menembus dadaku ini sumbernya dari kau.

SIBALI : Gassing ! Ucapanmu penuh dendam.

GASSING : Persis kebencianmu kepada Tentara jepang.

SIBALI : (DENGAN PENUH GERAM) Kau membuat aku marah Gassing !! (SECEPAT KILAT DARI BELAKANG MENCABUT BADIKNYA DAN MENGHUNJAMKANNYA KEPINGGANG GASSING YANG SEDARI TADI SUDAH TIDAK BERDAYA AKIBAT LUKA DI DADA YANG IA DERITA.)

GASSING : Oh.. Begitukah ? masih segar ucapanmu di telingaku: “Siri” adalah suatu pengorbanan untuk kebaikan, menuju kebajikan. Sungguh indah kedengarannya pak Ismail, Sayang, umpama buah, manis, tetapi penuh dengan ulat.

SIBALI : (TIBA-TIBA KESADARANNYA MUNCUL.) Maafkan kehilapanku, anak.

GASSING : Menggadaikan harga diri, memihak kepada penjajah, menikam dari belakang kepada orang yang tak berdaya, apakah itu kehilapan ?

SIBALI : Gassing, fahamilah aku. Anakku, tolong fahami bapakmu.

GASSING : Pasti. Aku memahamimu Samaila. Karena itu, maafkan aku jika aku tidak mau minta maaf. ..... Allahu Akbar.......
(GASING, DENGAN NAFAS PENGHABISAN PERLAHAN SUJUD MENCIUM BUMINYA )

SIBALI : Oh tidak, Gassing ! Kau tdak boleh mati, Bukankah kau ingin
Bertemu dengan Isterimu Jamilah, anakku ? Gassing !!! JAMILAH : (SESAAT KEMUDIAN, DENGAN BUNGKUSAN KUE DITANGAN TIBA DI LOKASI MEMANDANG KEPUNCAK KETINGGIAN. SUASANA FAKUM... JAMILAH MEMANGGIL AYAHNYA.....)

JAMILAH : T e t t a... !!

 SIBALI : (BANGKIT LEMAS MENENGOK JAMILAH DI TEPI KETINGGIAN, TERPAKU PENUH KEPUTUS ASAAN)

 JAMILAH : (MERASAKAN SESUATU YANG KURANG MEMBAHAGIAKAN IA-PUN LALU MEMANGGIL SUAMINYA) Daeng Gassing..!

SIBALI :  (TIBA-TIBA LONGSOR DARI TEMPATNYA BERDIRI, BERTOPANG DUA LUTUT MEMANDANGI ANAKNYA YANG SEDANG HAMIL. RASA PENYESALAN ATAS KEJADIAN YANG SUADAH TAK TERELAKKAN, SANG AYAH TAMPAK TERSIKSA BATHINNYA, SEIRING DENGAN ITU CAHAYAPUN MEREDUP PELAN MENGIRINGI RASA DUKA DUA INSAN YANG MELAKONI TAKDIRNYA)
.
                   PANGGUNG MEREDUP PELAN SAMPAI MENJADI GELAP TOTAL)

                                                                        S E L E S A I
                                                           Makassar 10 september 1979