SEMUA NASKAH PENTAS DI BLOG INI TELAH DIPROTEKSI DAN TIDAK DAPAT DISALIN SECARA LANGSUNG

Himbauan

Mementaskan naskah di blog ini harus seizin penulis.

Rabu, 17 Maret 2010

"KONDO BULENG" EPISODE TAMPOMAS II

Jacob Marala


Pemain :

1. Sang Guru
2. Pekang
3. Lajala
4. Balibo
5. Sodo
6. Bise
7. Keker
8. Mr. Baco Koboi


Adegan 1

Papparapa' empo. (boleh dilagukan atau tampil sebagai narator)

Niya'ma anne ri kiotta / Empoma' ri paralluta' / Teya' nikana /Ana' mammolong hajja' // Bella inja' anjo mae / Nanapasanga' anrongku / Teyako colla / Ri pa'rasanganna tauwa // Nampama' a'lampa ri ballakku / Nanapasanga' anrongku / Empoko tuna / Empoko kamase-mase.

Perguruan silat di puncak bukit

SANG GURU : Dengarkan. Pada hari ini, semua ilmu yang aku miliki telah aku berikan pada kalian. Apakah kalian akan mengembangkannya, atau menurunkannya kepada generasi lainnya? terserah keinginan kalian. Apa yang kalian peroleh, itu merupakan bekal hidup dan kehidupan kalian. Meskipun begitu aku berharap, agar kalian memiliki keikhlasan untuk mengamalkan segala macam ilmu yang engkau peroleh dariku........... Apakah kata-kataku ini dapat di fahami dengan baik?

MURID-MURID : Kami faham guru.

SANG GURU : Siap yang tidak menghargai gurunya, atau tidak menghayati ilmu ajarannya, walaupun pintar akan tersesat, jauh terlempar ke dalam kegaiban yang kelam.

MURID-MURID : Guru, mengapa guru sangsi kepada kami?

SANG GURU : Bukan saja sangsi tapi justru cemas, lantaran dunia sekarang telah dilanda oleh berjuta keanehan yang membahayakan. Karenanya sebelum kalian kuutus turun gunung untuk mengabdi kepada kebaikan, aku harus menguji ketangguhan kalian terlebih dahulu.

BISE : Guru, mengapa guru tidak meyakini kami. (BERDIRI) Bukankah ilmu silat yang kami peroleh dari guru, adalah jurus-jurus pamungkas yang tak ada tandingannya di jagad raya ini ?

SANG GURU : Ingatlah, orang yang sering menonjolkan diri, lebih banyak kegagalannya dari pada keberhasilannya. (KEPADA BISE) Duduk !

BALIBO : Jika demikian kapan kami diuji guru?

LAJALA : Dan semoga kami tidak mengecewakan guru.

SANG GURU : Begitulah semestinya.

PEKANG : Kehendak guru akan kami patuhi.

SODO : Ucapan seorang guru adalah perintah bagi kami.

SANG GURU : Betulkah kalian sudah siap untuk diuji?...... dan kau, (KEPADA KEKER) kaulah muridku yang belum pernah bicara.

KEKER : Maaf Guru. Bicara atau mengucap kata dalam kalimat yang berlebihan, sering membuang tenaga, lebih baik gerak dan waktu dijaga.

SANG GURU : Kalau begitu, malai saja dari dirimu sendiri. Masuklah kedalam gua itu, dan hadapilah lawan-lawanmu dengan segala kemampuan. Disitu ada senjata pamungkas. (MENUNJUK PADA NYIMPANAN.) Kalian boleh ambil sebagai pelengkap jurus. Laksanakan ujian kalian dengan benar. Aku akan kembali setelah tugas kalian selesai. Lakukan sekarang juga. (MENINGGALKAN TEMPAT)


Adegan 2

Menghadapi Ujian

KEKER : (MENUJU TEMPAT SENJATA DAN MEMBUKA SELUBUNG PENUTUP. PENUH KEHERANAN KARENA YANG IA JUMPAI BUKANNYA SENJATA MELAINKAN PERLENGKAPAN NELAYAN BERUPA: 1. BISE. 2. JALA. 3. PEKANG, 4. BALI BODO, 5. SODO, 6. TEROPONG/KACA MATA SELAM)

BISE : Apa guru tidak bergurau?

LAJALA : Tidak perlu banyak tanya.

PEKANG : Patuhi kehendak guru.

SODO : Kita, jangan ada yang ragu ! dan kau (KEPADA KEKER) jangan diam saja di situ !

KEKER : (PENUH KEHERANAN MEMANDANGI BENDA YANG TERPAJANG DI DEPANNYA. SEAKAN TIDAK MASUK AKAL)

BALIBO : (MENDESAK) Saudara jangan buang-buang waktu.

KEKER : (SEMENTARA MERAIH TEROPONG, YANG LAINPUN MENYERBU, MENDAPATKAN MASING-MASING ALAT. DISAAT YANG BERSAMAAN DENTINGAN KECAPI MENGALUN MEMBAWAKAN LAGU 'DAENG - CAMUMMU'. MURID-MURID MENGADAKAN PENGADAPTASIAN ALAT, MENGIKUTI IRAMA. BEBERAPA SAAT, MEREKA TERSADAR)

BISE : Stop.... Stop..... Kenapa begini? Apa kita semua lupa kalau saat ini kita sedang diuji?

SODO : Bukan mau saya?

PEKANG : Ini adalah suatu kekeliruan besar.

LAJALA : Iyo ya ? Siapa gerangan yang menjadi penyebabnya.

BALIBO : Kenapa bingung ? Itu. gara-gara dia, si-Keker.

KEKER : E, E, Bukan saya seorang tapi kita semua! Kau dan kau, kau juga......

PEKANG : Tidak usah banyak kau-kau nanti tenagamu terbuang dan gagal menghadapi ujian.

BISE : Sudahlah. Mulai saja. (KEPADA KEKER) Perintah Guru, Kau yang harus pertama masuk ke dalam gua itu.

BALIBO : Jangan berlama-lama ! Lebih cepat, Lebih baik.

KEKER : Saya tahu, saya mengerti, dan saya faham. Makanya oleh karena . . . .

PEKANG : Hentikan kata berlebihan, nati kau kehilangan tenaga bodoh?!

KEKER : Jadi . . . . . saya mulai? (SUARA ABA-ABA DARI KAWAN-KAWAN)

MURID-MURID : Iyo Shii.......... Rojonni-rojonni Antlu maddu keku'niiii . . . . Rojonni rojonni antlu maddukenduni . . . . . .(KEKER MELEZAT MASUK GUA. YANG LAIN DIAM MENUNGGU APA YANG AKAN TERJADI . . . . . . . . . )

KEKER : Wahai pemilik gua, yang bersemayam dalam gelap. Kau yang hitam dari segala hitam, nyatalah. Ini aku yang wujud dari jiwa tampak di depanmu. Berjarak tapi bersentuhan, mesra di bawah kolong lagit. Cen ce ce ce ceng Ceng-ceng ! . . . (MENGGUNAKAN NADA PENUTUP. BERSELANG BEBERAPA KETUKAN, KEKER, MUNCUL DARI MULUT GUA. MENOLEH DAN BERKATA :) Sampai nanti Kawan ! (KELIMA SATRIA LAINNYA BERGANTIAN MASUK KEDALAM GUA UJIAN MEMPERAGAKAN JURUS-JURUSNYA MENGHADAPI LAWAN)

PEKANG : Jurus Kili-kili, Memancing di air keruh . . . . . . . . . . .

LAJALA : Jurus Kelembutan, Menjaring angin menggantang asap.

BALIBO : Jurus Mata ikan, Menangkap pelangi . . . . . . . . . . . . . . . . .

SODO : Jurus Giring-Girang, Sodo- Sadap-Sadar penghancur kejahatan . .

BISE : Jurus Sambung Bise, Merobek laut membanting badai . . . . . . . . . . . .


Adegan 3

Penilaian

SANG GURU : Cukup sekian ! Dalam menyerang sesuatu yang keras, jadilah lembut seperti air, agar kekuatanmu takada yang melebihinya Kata-kata guru ini adalah kata-kata petunjuk tetapi sekaligus menggeledah hasik ujian yang baru kalian tempuh. Sekarang mulai kau Pekang. Ceritakan caramu mengalahkan lawanmu.

PEKANG : Sebelum saya beranjak dari alam luar masuk ke alam tekateki, terasa betul bahawa satupun bulu-buluku takada yang berdiri.

SANG GURU : Katakan saja kalau kau tidak gentar. Jangan berbelit-belit.

PEKANG : Maaf Guru, tentang bulu perlu saya singgung, karena bulu pen ting artinya dan besar kegunaannya, baik untuk diri sendiri apalagi terhadap lawan, guru.

SANG GURU : E...Pekang, kau jangan mengajari aku. . . . . . . . . Hm, teruskan.

PEKANG : Kembali kepada bulu, ternyata bulu dapat mendeteksi halus tidaknya suatu benda dikegelapan. Bahkan saya berani mengatakan bahwa selembar bulu dapat memberi kenikmatan, guru.

SANG GURU : Apa hubungannya bulu dengan lawan yang akan kau hadapi?

PEKANG : Ketika saya mememasuki gua gelap, bulu mata saya yang lentik dan terlatih menangkis segala benda yang membahayakan, memberi sinyal dalam arasa untuk tidak berkedip.

SANG GURU : Apa jadinya andai kau berkedip?

PEKANG : Nilainya sama dengan lorong waktu. Memberi peluang kepada musuh untuk menggelontorkan pukulan yang amat mematikan. Anda-anda bisa bayangkan kalau saya diperhadapkan langsung dengan manusia terkuat dan tercepat di Planet bumi ini.

SANG GURU : Suparmin maksudmu?

PEKANG : Yang jelas, celana dalamnya diluar, berwarna kekuning-kuningan sedikit warna coklat dibagian depan celana.

SANG GURU : Hem? Dan kau kalahkan ia?

PEKANG : Ia menyerah tanpa perlawanan menghadapi Jurus Gili-Gili kepunyaanku.

SANG GURU : Jurus Gili-Gili? Apa maksudmu? Coba ceritakan.

PEKANG : Mata pancing yang terbungkus bulu ayam, (MEMPERLIHATKAN MATA PANCINGNYA) saya cabut satu lem bar, lalu kugili-gili lobang telinga itu. Karena orangnya lagi keasikan, ia lalu kehilangan naluri menyerang.

SANG GURU : Bagaimana mungkin segampang itu?

PEKANG : Manusia yang meresa dirinya hebat, terkadang memandang enteng orang lain sehingga lengah. Kelengahan adalah melapetaka. Bulu pembawa nikmat ini, bersarang menggili-gili di lubag telinga sang perkasa, higga takberdaya. Disaat itulah tali pancing melilit disekujujur tubuh sang perkasa, bagai ulat dalam kepompong. (PARA MURID BERTEPUK TANGAN)

SANG GURU : Lanjut. Kau Lajala.

LAJALA : Seumur-umur, baru kali ini saya berhadapan dengan mahluk aneh. Tubuh hitam, lebih hitam dari semua yang hitam, tinggi, kekar, berotot dengan sorotan mata menyala. Persis manusia kelelawar . Menakutkan... Ihkgr.......Guru bisa bayangkan....

SANG GURU : Tidak perlu. Aku bukan anak kecil yang suka mendengar dongeng.

LAJALA : Sorry Guru. Menurut hemat saya menghadapi mahluk kelelawar yang berbentuk manusia, sesekali kita perlu kembali menjadi anak kecil yang menggemari dongeng.

SANG GURU : Em? Betulkah begitu?

LAJALA : Harus begitu Guru. Sebab perpaduan anak kecil dengan dongeng, adalah kombinasi senyawa yang melahirkan satu kekuatan dahsyat yang amat lembut, tetapi mematikan.

SANG GURU : Terus terang saya bingung mendengar teorimu. Tapi saya suka. Lalu seperti apa ujud kekuatan dahsyat yang amat lembut itu?

LAJALA : Yang pasti, tidak keras. Tidak kenyal, apalagi kasar, guru.

SANG GURU : Yang aku maksud caramu melawan musuh, dengan mengguna kan kekuatan yang kau katakan tadi.

LAJALA : Dalam tempo yang bersamaan, ketika manusia kelelawar itu melancarkan serangan, secepat kilat Jurus Kelembutan aku gelar melalui mantera: Hitham..hitham... hitam....Kelelawar sayapnya hitam. Terbang rendah ditengah malam. Pagi-pagi mereka pulang. Dibawah dahan bergantungan. Hitam... hitam... hitam.
(KESAKTIAN MANTRA MEMBUAT MURID-MURID BANGKIT, HANYUT, IKUT MENYANYIKAN LAGU KELELAWAR 'KOES PLUS')

SANG GURU : Cukup! (MURID-MURID KEMBALI TENANG)

LAJALA : Di dalam ketenangan, menusia kelelawar laksana terbius, akibat Jurus kelembuta yang mematikan. Lalu jala ini kutebar melayang dan meringkus manusia yang menakutkan itu. Demikian, guru.

SANG GURU : Bagus. Keker, muridku yang kurang bicara. Giliranmu.

KEKER : Untuk kali ini izinkan saya untuk banyak bicara. Disaat saya meneropong, tampak jelas betapa beratnya ujian, untuk menaklukkan lawan. Tetapi naluriku berkata, Jangan takut ! Gunakan Jurus-jurus penaklukan, yang diatur melalui Kesaktian Nalar. Dengan Kesaktian Nalar, semua yang menakutkan takkan berjiwa, bahkan jiwa-jiwa yang lainnya takkan mengganggu manusia. Tetapi adalah sebaliknya menjadi saling berbagi, saling memaknai, sehingga kesaktian dari masing-masing jiwa bergan dengan menuju kearah yang sama, dan terhidarlah manusia atau semua benda dari semua pertikaian. Itulah sebabnya Superman, Spiderman, Batman, Eks-Man, Iron-Man, semua menjadi Good-Man, dalam tindakan. Demikian Jurus yang aku gunakan di dalam menaklukkan lawan, tanpa kekerasan.

SANG GURU : Sejak kapan kau dapatkan jurus itu dan apa namanya?

KEKER : Sejak aku mendapatkan benda ini (PADA TEROPONG/KACA MATA SELAM) Dan jurus itu aku namai Jurus Teropong Nalar.

SANG GURU : Yang penting benda itu jangan digunakan disembarang tempat. Itu bisa merusak saraf.

KEKER : Maksud guru, jangan dipakai mengintip .................. ?

SANG GURU : Stop! Jangan diteruskan, terlalu banyak bicara bisa membuang tenaga. Giliran siapa sekarang?

BISE : Terserah guru.

SANG GURU : Kau Balibo.

BALIBO : Dengan Balibodo ini, sepertinya anggota badanku bertambah banyak guru. Tanganku yang tadinya 2 sekarang menjadi 4. Dengan begitu siapapun lawan saya dengan gampang aku kalahkan. Demikian yang aku alami dan lakukan dalam ujian.

SANG GURU : Ya..saya percaya. Tapi bagaimana caramu?

BALIBO : Gampang guru. Begini saja....hanya begini...(MEMPERAGAKAN BALI BODO) Dan kalau musuh sudah di dalam, gunakan tangan, ambil, tarik, lalu patahkan lehernya. Masuk kantong. Selesai.

SANG GURU : Tapi lawanmu bukan ikan, Balibo?

BALIBO : Saya pikir tergantung si pemakai alat ini Guru.

SANG GURU : Maksudmu?

BALIBO : Umpama sekali waktu ada yang menganggap enteng guru, maka dimataku orang itu adalah ikan. Karena ia adalah ikan maka ia harus kutangkap seperti ini guru. (MEMPERAGAKAN MELALUI 'SODO') Seperti inilah tindakanku melumpuhkan dan mengalahkan lawan dalam ujian, guru.

SANG GURU : Tahukah kau? Kalau yang kau hadapi itu adalah orang yang menguasai Jurus Jaring Laba-laba, alias dupikat Spiderman?

BALIBO : Siapapun dia! Sepanjang mata ini memandang orang itu adalah: ikan, ia pasti takluk menghadapi Balibodo kepunyaanku. Demikian guru.

SODO : Jadi kau menganggap aku seekor ikan? Kucungkil matamu Balibo. (SUASANA MENJELMA JADI TAURAN)

SANG GURU : Berhenti !!!.... (PARA MURID KETEMPATNYA MASING-MASING) Aku tahu kalau kalian adalah murid-murid tangguh. Murid- murid penuh daya, tetapi sekaligus kalian adalah muridku yang paling lemah. Jadilah kalian murid yang bijaksana, peka mengerti akan orang lain. Jadilah murid yang kuat. Dan untuk menjadi kuat, kalian harus mampu menaklukkan diri-sendiri. Camkan ucapanku ini !

MURID-MURID : Maafkan kami guru. Ampuni kekasaran kami. Kalau kesalahan ini dianggap berat, kami bersedia menerima hukuman.

SANG GURU : Perguruan ini tidak pernah memberi hukuman kepada siapa- pun. Tetapi memberi peringatan. ........ (SUASANA BERANGSUR TENANG BERCAMPUR HARU) Sebagaimana guru telah katakan, bahwa semua ilmu kepunyaanku telah kuberikan pada kalian, maka saatnya kalian turun gunung. Satu saat kita akan jumpa.


Adegan 4

Turun gunung

(MUSIK TURIOLO MENGALUN, MENDENDANGKAN LAGU "PEPE'- PEPEKA RI MAKKA" /MENGANTAR KEPERGIAN MURID-MURID)

BALIBO : Namanya turun gunung, tapi kita tidak punya tempat tujuan.

PEKANG : Tidak perlu risau, akan kita jumpai dengan sendirinya.
(TIBA-TIBA TERDENGAR BUNYI TEMBAKAN. MURID-MURID JADI KOCAR-KACIR .........)

BISE : Tenang! kenapa mesti panik!

LAJALA : Bukan panik tapi kaget.

SADO : Saya tidak kaget Cuma sedikit terperanjat. Bagaimana, Keker?

KEKER : Sssssttt ! (MENEROPONG KE ARAH LETUSAN ..............)

PEKANG : Ia takut bicara, nanti kehilangan tenaga.

BALIBO : (MENDEKATI KEKER) Apa yang diteropong? Kalau hanya meneropong bunyi, itu tidak perlu, cukup gunakan telinga.

BALIBO : (KEKER MEMINDAHKAN TEROPONGNYA KEMATA BALIBO) Ow wo wo .... Luar biasa. Ada baddil merayap. Seperti ular mengintai mangsa. Bagusnya!

SODO : Apanya yang mengagumkan kalau cuma baddil? (GANTIAN MENEROPONG) Ach, itu bukan baddil tapi Bandit bertopi mengendap-endap mendekati Kondo.

BISE : Kodo apa maksudmu, Kondo-Datang? Atau Kondo-kondo?

SODO : (MENJELASKAN) Kalu Kodo-Datang, bulunya pasti bercampur bulu hitam disayap. Kalau kondo-kondo, jelas pasti warna biru. (KEMBALI MENEROPONG) Tapi yang tampak bulunya bersih betul bagai awan putih di langit.

BISE : Coba ....(MENEROPONG) Ooo... Kodo Buleng, sirakus pemakan ikan. Juku nakanre Na Paleo na taiyang.

PEKANG : Ahrg... kata-katamu menggoda imajiki (MERAMPAS- TEROPONG. SEMENTARA MEMUSATKAN PERHATIAN..... TIBA- TIBA TERJADI LEDAKAN..........) Ich .. Kurang ajar. (KARENA KAGETNYA, IA LANGSUNG MENERIAKI ORANG ITU) Hooe.... Boleh menembak tapi jangan disini (PADA TEROPONG) Kuamorokkontu. Nupahammi ?!

BISE : Jangan marah.

PEKANG : Siapa tidak marah, saya baru mengintip, Itu baddil langsung meledos disini. Siapapun pasti kaget tokh?!

BISE : E.. Bukan disini (MENGAMBIL TEROPONG DARI TANGAN PEKANG) tapi disana. Ini namanya teropong, begitu mengintip langsung ada gambar. Cuma gambar. Dengan kata lain bukan kenyataan....... (MENEROPONG... TIBA-TIBA LETUSAN KEMBALI PERSIS DI DEPAN MATA BISE, KARENA KAGETNYA IA MEMAKI) Kurangajar ! Bajingan ! (SEMUA TERTAWA MELIHAT BISE) Itu namanya memperolok-olok, setan!

PEKANG : Ingat, ingat. Jangan marah. Cuma gambar.

BISE : Saya tidak marah seperti kamu, saya cuma sekedar melepas emosi. Bayangkan kalau pelurunya persis mengenai biji mataku. Untung aku tidak buta. (SEMUA KEMBALI TERTAWA)

PEKANG : Cuma gambar, masa bisa bikin emosi?

BISE : Biar gambar kalau sudah kelewatan, saya tidak terima. Oe !! (MENERIAKI LAKI-LAKI BERBEDIL) Kau yang disana jangan sembarang menembak !!

LAJALA : (MENGAMBIL TEOPONG DI TANGAN BISE. SAMBIL MENEROPONG......) Sadarlah kalau suaramu tidak didengar.

PEKANG : Orang itu tuli ya? (KEMBALI MEMAKI) telinga rusak, tidak mendengar, Togeang! Congek!

KEKER : Ia tidak tuli, jarak antara kita dengan dia memang terlalu jauh sehingga teriakan apa saja pasti takkan kedengaran.

LAJALA : (MASIH MENEROPONG, TIBA-TIBA..................) Celaka si Kondo tertembak, menggelepar tak berdaya dan orang itu, orang itu tenggelam ! Badannya terperosok lalu menghilang. Kasihan, tangannya melambai. Ia minta tolong. (BERTERIAK) Tunggu, kami datang !!!!

KEKER : (CEPAT MENYAMBAR TEROPONGNYA, LALU MEMPERHATIKAN DENGAN CERMAT LELAKI YANG MELAMBAI MINTA TOLONG) Kita kesana, kelokasi TKP.

SODO : Baik kita ke-Tempat Kejadian Peristiwa. (SEREMPAK BERLARI MENUJU LOKASI..........SODO, PALING CEPAT SAMPAI)

SODO : Stooop ! (TAMPAK SEMUA KEHABISAN NAFAS) Tidak ada jalan an untuk terus berlari ketempat TKP.

KEKER : Jadi?

SODO : Terpaksa kita bikin dulu jalanan baru.

KEKER : Jembatan maksudmu?

SODO : Ya. Jembatan penyeberangan.

BISE : Boleh bicara?

LAJALA : Jangankan bicara, berteriakpun boleh.

BISE : Biarkan saja orang itu mati tenggelam. Daripada capek membangun jembatan.

PEKANG : Dan setelah ditolong, bisa-bisa kita ditembak mati. Mungkin saja toh?

LAJALA : Ingat, jangan kecewakan guru.

BALIBO : Orang kuat, adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya.

KEKER : Sodo, bagaimana jembatannya?

SODO : Harus ada kayu balok dulu, baru bikin tiang, habis itu kita tancapkan lalu ikat dari tiang satu ke tiang lainnya. Selanjutnya kita susun balok lagi untuk titian dan pasang persis ujung atas tiang tancap..................

BALIBO : Ingat, jangan lupa paku jembatan ukuran dua jengkal, kalau perlu menggunakan pengikat dari besi baja................

LAJALA : Bertele-tele. Bagai mana kalau kita berenang saja. Biar aku yang mulai (MENGAMBIL ANCANG-ANCANG TERJUN KEDALAM AIR BERENANG GAYA KODOK)
KEKER : Bagus ! jurus kodok berjala di bawah air.

SODO : (KEPADA LAJALA) Kirim berita yang akurat secepatnya!

BISE : Saya paling tidak suka gaya kodok, terlalu banyak menguras tenaga. (LANGSUNG MENCEBUR KEDALAM AIR BERENANG SANTAI, PELAN BAGAI BENDA HANYUT)

KEKER : Pelan tapi pasti. Jurus Waspada. Biar lambat asal selamat.

PEKANG: Bise! Aku menyusul. (DENGAN CEPATNYA MENEMUI BISE, MENYELARASKAN GAYA)

BALIBO : Jurus Pelangi disiang bolong. Bungllon meniru warna.

SODO : Beri aku kesempatan.... (MEMBTALKAN NIATNYA, KARENA ADANYA TERIAKAN LAJALA)


Adegan 5

Akkondo

LAJALA : Hoooee...... Dua mahluk bercinta dalam pingsan. (BICARA SENDIRI) Satu Kondo, satu manusia tambah satu baddil.

SODO : Apa mereka masih ada harapan!?

KEKER : Keadaannya bagaimana!?

LAJALA : Semua mata tertutup, baik mata Orang, mata Kondo maupun mata Baddil. Yang orang, perutnya buncit, penuh air. KTP-nya basah Orang ini bernama Mr. Baco Kondoi. Bedilnya bungkam tidak berdaya tenggelam dalam lumpur. Cepet tolong mereka, saya tidak sanggup sendirian. Ganti!?

BERSAMAAN : O..K... (KEKER, BALIBO, SODO. MENYERBU MASUK KEDALAM AIR, BERENANG DENGAN GAYANYA MASING-MASING. BISE DAN PEKANG TIBA LEBIH DULUAN MENYUSUL KEKER, SODO, DAN BALIBO. KETIGANYA TAMPAK KEHABIAN NAFAS AKIBAT BERPACU MENCAPAI LOKASI/KEKER, HILANG KESEIMBANGAN)

KEKER : Sorry, isinkan dulu aku pingsan .......... (REBAH TAKBERDAYA. KAWAN-KAWAN SEPERGURUAN LANGSUNG TURUN TANGAN.....)

BISE : Ce..ce...ce... Kenapa ada orang menolong yang ditolong.

PEKANG : Fantastis. Inilah Kemustahilan yang tidak mustahil.

LAJALA : Pasti ini akibat terlalu banyak berkata-kata dalam air, sampai kehabisan nafas dan tenaga, akhirnya pingsan.

SODO : Mungkin saja. Cuma kita tidak mendengarnya. Bagaimana Balibo? ia tokh?

BALIBO : Menurut pendapat saya, Ini adalah kesalahan kita sendiri. Mengapa begitu? Karena kita diam saja, sewaktu ia minta isin untuk pingsan.

SODO : Lantas?

BALIBA : Sederhana. Jangan diizinkan pingsan.

SODO : Kalau begitu, kita ramai-ramai membisiki telinganya: Isin pingsan dibatalkan........ satu... Du...........

BISE : Tunggu ! Saudara Keker ini tidak suka kata-kata. Jadi untuk membuat ia sadar dari pingsan, bukan dengan kata- kata berkata. Tetapi dengan ini : Dayung bise (DAYUNG) Saya yakin, ia kan pulih jika diobati dengan Jurus Sambung Bise.

PEKANG : Bagaimana caranya? Kukira hanya kau seorang yang tahu.

BISE : Gampang. Beri aku ruang gerak. Saya pastikan hanyasatu kali pukulan dibahagian tulang kerinya atau persis di jidat, membuat saudara kita Keker, menjadi siuman dan sadar- sesadar-sadarnya. (KONSENTRASI...)

BALIBO : Yahkr.. Tui palappasami.

BISE : Biseko-Besenu, Nubisa Abbise ri Biseangku... huuuuk

KEKER : (TIBA-TIBA MENGELAK DAN BANGKIT) E.e.... Sadarko, saya masih mau hidup Bise, dan tidak mau cacat ! Mana, mana orang yang mau ditolong itu ? Mengapa ia dibiarkan larut dalam koma?

LAJALA : Jangan dulu terlalu banyak berkata-kata, nanti pingsan lagi.

KEKER : tolong-menolong adalah inti seni kehidupan.

BALIBO : Dengar! Apa kita membiarkan orang ini jadi busuk?

KEKER : Jangan ! Itu melanggar azasi.

BALIBO : Kalau begitu jangan tinggal bicara, lebih baik di panggul kedua kakinya, (MEMANGGUL KAKI KORBAN) segera pukul perutnya tindis dadanya Oke?

SODO : Tidak ada oke-okean, apa lagi main pukul.

BALIBO : Maksudku supaya orang ini bisa bernapas, bodoh !? Cepat laksanakan !!
BERSAMAAN : Jurus Detak Jantung !... Kembang-Kempislah !!....... (KEPALAN- KEPALAN TINJU MENYERBU DENGAN HEBATNYA MEMBUAT SIKORBAN MEMUNTAHKAN AIR DARI DALAM PERUTNYA)

Mr.BACO KOBOI : (MASIH DALAM KEADAAN TERTUNGGING) Rupanya dunia sudah jungkir balik.

BISE : Ternyata air lebih memabukkan dari pada minuman keras, ya?

KEKER : Begitulah semua yang berlebihan dapat merusak..... (RAMAI- RAMAI MENGANKAT, Mr. BACO KOBOI DARI PANGGULAN BALIBO, UNTUK DIBETULKAN POSISINYA DIATAS PEMATANG EMPANG. SESEKALI AIR MASIH TUMPAH LEWAT MULUT BAHKAN LEWAT HIDUNG ...... DAN SETELAH SADAR ............)

Mr.BACO KOBOI : Mana senjataku?!

PEKANG : Mau bikin apa dengan senjata Mister?

Mr.BACO KOBOI : Bedil, bedil dan pedil kepunyaanku, mana itu?!

BALIBO : Ada Mister, tapi ia masih pingsan dalam lumpur, akan saya ambilkan, tunggu sebentar Mister.

Mr.BACO KOBOI : Itu bedil bisa pingsan juga Ya? sungguh mengherankan saya.

KEKER : Itu tandanya bedil setia, Mister.

Mr.BACO KOBOI : Maksudmu?

KEKER : Karena Mister tadi Pingsan, maka ia juga ikut pingsan, menemani Mister.

BALIBO : Tabe' Mister. (MENYERAHKAN BEDIL KEPADA Mr. BAC.KOBOI)

Mr.BACO KOBOI : Saya baru tahu, kalau saya dan bedilku pingsan bersama. Sungguh mati, tadinya saya mau tembak saudara-saudara satu- persatu.

LAJALA : Kenapa bisa Mister? Itu kejam sekali.

Mr.BACO KOBOI : Itu karena perkiraanku mengatakan, kalu Kondo itu adalah saudara-saudara yang menyerupai manusia.

PEKANG : Bahayaaaanya. Sudara mister menganggap kita siluman

Mr.BACO KOBOI : Mengapa begitu? Karena di sepanjang jalan empang yang berhubungan dengan laut, sungguh sangat amat kerrrramat dan Aaangkeerrrrr.

BALIBO : Misterrrr seharusnya you bersukur, karena mister tidak jadi mati. Mengapa begitu (MENIRU GAYA Mr. BACO KOBOI) Karena Mister punya umur masih panjang, sepanjang jalan empang menuju lautan.

Mr.BACO KOBOI : Itu pasti, dan pasti disebabkan oleh kenyataan kalau saudara- saudara ternyata bukan mahluk pemangsa, tapi ...You...You.... you, adalah manusia tulen, yang memberi pertolongan kepada saya Baco Koboi. O.K... Dan kamu?

BISE : Oooe..... Lakekomae?!

Mr.BACO KOBOI : Apa Nukana?

BERSAMAAN : Mau kema engkau!!!

Mr.BACO KOBOI : Mencari nasi koboi!!

SODO : Pantas ia bernama Baco Koboi, ka pa kanre Bassang,

LAJALA : E..E.. Tenamamo nappisa'bi... Phi', Dasar Mister..

BERSAMAAN : (TERTAWA)....... Bakka Pomponnu Napakamma Kolu-kolu!!

KEKER : Campur je'ne' empang.


Adegan 6

Mala-mala hatte'


LAJALA : Bagaimana kita teruskan perjalanan? Tapi bagaimana dengan Kondo? Apa kita biarkan saja ?

SODO : Setuju!

PEKANG : Betul! kita lanjutkan perjalanan saja.

BALIBO : Lagi pula I Kondo selalu menghalangi rezeki kita para nelayan. Ikan demi ikan habis dimakan. Para Nelayan, kecewa habis karenanya.

LAJALA : Kalau kecewa itu masih bagus, tapi kondo terang-terangan menyakiti rakyat terutama kita nelayan kecil!

BERSAMA : Betul!... Kita tinggalkan saja! (KECUALI KEKER DAN BISE)

KEKER : Tenang.... tenang............. Tidak ada yang bersuara ! Saya masih ingat, ketika Guru mengajarkan Jurus "Tiang satu Lampu merah". Bahwa semua musuh bisa dibinasakan seketika. Tapi ingat, segala benda apa lagi mahluk, terus berkembang dengan sendirinya. Ikan, ikan yang kalian risaukan takkan mungkin meninggalkan habitatnya, dan terus berkembang tanpa henti, walau beribu Kondo menyambarnya. Sebagai murid yang ditempa di puncak gunung BawaKaraeng, sengaja diutus turun gunung untuk mengamalkan ilmu kepada siapa saja. Apakah kita harus mengingkarinya? Tidak saudara. Karena itu kita laksanakan kewajiban kita. Kita semua harus berusaha agar Kondo Buleng tetap hidup, bangkit sebagaimana keberadaannya....... (TIBA-TIBA JATUH PINGSAN)

LAJALA : Itulah akibatnya kalau terlalu banyak berkata-kata. Pingsan mako. Bise. (MEMANGGIL BISE) Pekerjaanmu.

BISE : Tidak ada masalla. Beri aku ruang gerak (MELAKUKAN GERAKAN KEMBANG "SAMBUNG BISE" UNTUK MENETAK TULANG KERING SI-KEKER......)

KEKER : (DUA JARI TANGANNYA MENARIK KELOPAK MATA BAGIAN BAWAH, SEHINGGA TAMPAK BIJI MATANYA BULAT SEMPUR NA)... Pingsankah saya, kalau begini ? (BERSAMAAN DENGAN LEDAKAN TAWA, MUSIK MARENCONG-RENCONG MENIMPALI SUASANA. PARA MURIDPUN MENYANYIKAN LAGU "MA'RENCONG-RENCONG" SAMBIL MENARI GANRANG BULO)

Battu ratema' ribulang Ma' rencong-rencong Ma'rencong-rencong.
Makkuta'nang ribintoeng Apa kananna Attu dendang baule.
Bunting lompo jako sallang Atu dendanga da'dumba o e paramata bengko'na.
Gunruru'naji malompo Ma'rencong-rencong Marencong-rencong.
Kila'na malla'bang lino Bosi sarrona Attudendang baule.
Tamaliang tompo' bangkeng Iya dendanga da'dumba o e paramata bengko'na.... ceceng cecen puss....... (DIPENGHABISAN LAGU MURID-MURID PUN TIBA DILOKASI KONDO)

BISE : I... Kacima'mi.... batang tubuhnya sudah dingin.

PEKANG : Yang penting bulunya belum rontok. (MEREKA GOTONG ROYONG MEMINDAHKAN KEDARAT)

BISE : Kenapa kalau rontok?

PEKANG : Itu berarti sudah bosan terbang. Dengan kata lain ia telah modhar. Kondo.. o kondo buleng. Lambusi tommi bukku'nu.

LAJALA : bagaimana bisa? Pekang, kalau Kondo tidak bongkok, bukan Kondo namanya tolo.

PEKANG : Apaji namanya?

LAJALA : Kondussif.

BALIBO : Bukan kondussif. Tapi Kondominium.

SODO : Salah semua. Yang benar Kon-do-lo-git.

KEKER : O e.. Celoteh tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik kita ramai-ramai mengusungnya ketempat yang lebih hangat.

BISE: Ssst…. Stop. (MENUTUP MULUT KEKER) Nanti kau pingsan. (MEREKA BERGOTONGROONG MENGANGKAT TUBUH KONDO BULENG KEDARAT DI IRINGI LAGU "MALA-MALA HATTE'" )

Mala-mala hatte' illa llah / Pagioki limannu illa llah
Mala-mala hatte' illa llah / Pamidoi matannu illa llah
Mala-mala hatte' illa llah/ Pagioki ulunng illa llah
Mala-mala hatte' illa llah/ Pagioki lilanu Illa llah
Mala-mala hatte' illa llah/ Pagioki kannyinnu illa llah
Mala-mala hatte' illa llah/ Pagioki kallonnu illa llah
Mala-mala hatte' illallah/ Pagioki bangkennu illa llah

(SETELAH KONDO MENGGERAKKAN; TANGAN, MATA. KEPALA, LIDAH, KENING, LEHER DAN TERAHIR KAKI, SANG KONDO-PUN TERBANG MENUJU LAUT LEPAS. MURID-MURID MERASA LEGAH… (Adegan kondo buleng bisa selesai sampai disini dengan catatan: Adegan perahu di tampilkan ketika mencari Mr. Baco Koboi yang hilang tenggelam)
TAPI BARU SAJA SELESAI SATU PERSOALAN, DATANG LAGI PERSOALAN BERIKUT. MURID-MURID DI KEJUTKAN DENGAN SUARA LEDAKAN).


Adegan 7

Tampomas II terbakar


SODO : Apa kalian dengar?

BALIBO : Saya dengar dan kalau tidak salah arahnya dari sana, tempat Kondo menghilang.

SODO : Baran-ni temba'makoseng Kondo?

KEKER : Tidak mungkin. Mantra Mala-mala hatte', adalah salah satu Jurus keselamatan hidup di alam fana. (TERDENGAR SAMAR BUNYI STORM KAPAL LAUT, BERSAHUT- AHUTAN, PERTANDA BAHAYA LAUT TELAH TERJADI. KEKER MENEROPONG KEARAH LAUT) Tidak mungkin. Ini tidak bisa dipercaya. Pemandangan yang sungguh menakjubkan. Ribu an burung camar termasuk Kondo Buleng dan kawanannya, juga berada disana. Apa yang terjadi? (TEROPONG KE PEKANG)

PEKANG : Mustahele. Masa ada burung berpesta api unggun ditengah laut ada apa mereka? Langngapako? Lakeko mae (TIBA-TIBA TERJADI LETUSAN) Ichs.. ada ledakan untungnya jauh dari pandangan mataku, coba ka ta'bangkama' seng.

BALIBO : Kau sendiri pernah bilang cuma gambar. Jadi tidak usah kaget.

PEKANG : Memang saya tidak kaget, justeru aku terpesona. E.. Lihat saja sendiri kalau kau tidak percaya. (MENYERAHKAN TEROPONG PADA BALIBO)

BISE : (MERAMPAS) Saya dulu. Mmm….. Biasa. Menurutku pemandang an seperti ini kurang romantis. Apanya yang menakjubkan? dan Apanya yang mempesona kalau hanya warna hitam berputar-putar ke sana, ke situ, kemudian (SUARA LEDAKAN MENIMBUL KAN BOLA API MEMBUAT BISE TERPERANJAT DAN KECUT, TAN PA OMONG, TEROPONG IA SERAHKAN TEROPONG PADA BALIBO)

BALIBO : Angngapaji? Kenapa?

BISE : Lihat tommako sendiri.

BALIBO : (MENEROPONG, TAKJUB) Odede… Bola api melayang kelangit, tapi… tapi mengapa I Kondo menuju kesini, ada apa? Apa ia membawa berita, kalau disana lagi banjir ikan?

LAJALA : Banjir ikan? E. Nyamanna. (KONDO BULENG TAMPIL MEMBERI ISYARAT MELALUI BULUNYA YANG AGAK GELAP, SEOLAH BARU KELUAR DARI KEPUNGAN ASAP HITAM) e.. Kondo. Dari mana lagi kau berkubang sampai bulumu penuh debu asap? Betulkah ada banjir ikan? Dimana? (KONDO SECEPANYA MENGHIDAR MENJAU MENUJU LAUT SEMULA) Apa maumu diam Kondo? Coba sai bemg (MEMINTA TEROPONG ) Astaganaga.. peristiwa ini tidak bisa kita biarkan. Mereka bagai berada di dalam bara sekam.

KEKER : Maksudmu? (MENGAMBIL ALIH TEROPONG) Celaka. Kasihan mereka. Ternyata sejak tadi kapal itu terbakar cuma kita yang kurang cermat memper hatikan kejadian itu.

SODO : Mari saya yang perhatikan. (MEMINTA TEROPONG) E de. de. de. de. Cilaka tena mangeyanna. Apa penyebabnya sampai K. M. TAMPOMAS II terbakar. (SALING MEMANDANG. DIAM MASING-MASING MERENUNGKAN KEBERADAANNYA)

BISE : Agr.. Itu bukan urusan kita. Sebenarnya yang saya tidak habis pikir, untuk apa sebenarnya kita diperintahkan turun gunung? sebagai utusan malah. Diutus untuk apa sebenarnya?

LAJALA : Saya yakin Guru tidak sembarang memberi tugas kepada muridnya. Karenanya Guru membekali kita jurus-jurus ampuh agar jangan rapuh oleh keadaan apapun.

SODO : Saya setuju pendapatmu.

PEKANG : Lalu apa usaha kita? Apa kita duduk saja disini tanpa berbuat sesuatu?

BALIBO : Saya menunggu pendapat saudara Keker.

KEKER : Mata hari sudah tenggelam. Berikan teropong itu padaku. (KEPADA SODO. IA LALU BANGKIT MENEROPONG KE ARAH TAMPOMAS II) …… Sekalipun pintar jauh terlempar kedalam kegaiban yang kelam. (MEREKA-REKA UCAPAN SANG GURU)

BISE : Itu salah satu ucapan Guru, ketika kita dinasehati.

KEKER : Inilah kata kunci yang harus kita pecahkan bersama.

BALIBO : Menurutku gampang. Ikuti saja semua perintah guru. Itulah kunci utama. Tetapi haruskah kita binasa? Haruskah kita masuk kedalam sekam yang membara demi mengamalkan kebaikan?

SODO : Tentu saja tidak! karenanya Guru menumpahkan ilmunya kepada kita, agar tidak terlempar kedalam kegaiban yang kelam.

PEKANG : Kalau saya, tugas kita adalah pengorbanan, habis bagai lilin demi menerangi kegelapan.

BISE : Lilin, benda mati saudara. Begitu habis bisa digantikan dengan yang lain. Tapi kita ini mahluk hidup, setelah mati taksatupun jurus yang mempu menghidupkannya.

LAJALA : Jangan seret-seret soal kematian dalam persoalan ini. Sebab mati bagi semua mahlu itu sudah pasti. Kecuali pingsan. (MENYINDIR KEKER, KAWAN-LAINPUN TERTAWA)

KEKER : Jangan menyindir……. Kata-kataku adalah berharga. Mengerti terhadap keadaan adalah bijaksana. Ini keputusan bagi orang yang menghargai keberadaannya!

SEMUA : Bila demikian, kita tekadkan niat menuju Tampomas, Kapal naas itu. (BERGEGAS MEMBUAT KELOPOK MENJADI PERAHU. KEKER PALING DEPAN BISE, PALING BELAKANG……….LALU BERANGKAT MENGARUNGI SAMUDERA)

KEKER : Api dalam kapal kian mengganas. Dinding kapal membara, sementara awan merah meluncurkan hujan, bagai belati tajam turun dengan derasnya.

SEMUA : Apa kita bisa sampai kesan?

BISE : Tergantung alam dan kemampuan kita semua.

KEKER : Kita harus sampai sebelum Tampomas , ditelan gelombang ganas. Semoga diantara penumpang yang masih hidup, dapat kita selamatkan. Paling tidak kita tampung di Pulau Masalembo.

BISE : Pasti, apalagi arus kencang membantu lajunya perahu. (MENINGGALKAN POSISINYA MENUJU KE DEPAN)

BADAN PERAHU : (SODO, PEKANG, LAJALA, BALIBO) Jangan tinggalkan posisi!
BISE : Jangan khawatir! Arus deras dari belakang menolong kita menuju kapal naas itu! (KEPADA KEKER) Bagaimana?!

KEKER : Saksikan sendiri. (MENYERAHKAN TEROPONG)

BISE : (MENEROPONG DAN MENYAKSIKAN KORBAN BERSERAKAN) Mala-mala hatte, ellallah . . . ..

BADAN PERAHU : Pagioki lilanu, el . . . . . .

KEKER : Diaaaam !!! Jangan permainkan murka alam! (MARAH)

BISE : Memang tidak. Kami hanya ingin agar orang yang hangus terpanggang bisa hidup kembali ! O. K.?

BADAN PERAHU : Yes. . . yes. . .yes . . .

KAKER : Cukup !!! Menghargai orang lain, sama dengan menghargai diri sendiri. Mereka yang sudah mati, terlebih yang masih hidup adalah manusi dan bukan mahluk unggas atau semacamnya. (SEBUAH-LEDAKAN MENGOBAH SUASANA. KEKER, MENGAMBIL TEROPO NG DARI DARI TANGAN BISE) Ya, Tuhan! dosa apa, salah apa ? hingga petaka begitu berat menimpa mereka. Oh . . . . (TAK MAMPU MENYAKSIKAN PEMANDANGAN YANG AMAT MENGHARUKAN IA MENUTUP MATA SAMBIL MENYERAHKAN TEROPONG KEPADA SIAPA SAJA YANG INGIN . . . . . . . . .)

SODO : (TERGESAH-GESAH MERAIH TEROPONG DAN LANGSUNG MENGINTIP) EKH…. (TANPA SADAR, TIBA-TIBA BERHENTI MENEROPONG KARENA KAGET MELIHAT DUA BIJI MATA MERAH) Menyeramkan. Sungguh menakutkan. Di pulau Masalembo sana dua biji mata merah menatap kepadaku. (TEROPONG BERALIH KE BALIBO)

BALIBO : Bukan mata tapi dua lobang besar, berbulu campur lendir.

LAJALA : Hoe! Sembarangan. (MERAMPAS TEROPONG) Yang kau teropong kedua lubang hidungku bangsat.

BISA : Sudah..! Hentikan! (MENGAMBIL TEROPONG DARI LAJALA) Keker, sebaiknya perahu jangan terlalu mendekat, kita bisa terseret kedasar laut, kalau Tampomas tiba-tiba tenggelam.

KEKER : Kalau begitu, lego jangkaaar! (MEREKA MEMBUANG : SEMUA PERALATANNYA KELAUT.)

BISE : (MEMBERI KOMANDO) Lego jangkaaaar !! . . . . . . . . . . (PERAHU PERLAHAN BERHENTI KEMUDIAN TENANG)

KEKER : Lihat, orang-orang di buritan menyerbu anjungan. Api menjalar dari dek yang satu ke dek yang lain….Oww….. Kapal mulai tidak seimbang. Pantat kapal mulai bergerak perlahan masuk dalam laut. Orang kian menjerit ketakutan. ei…beberapa wanita mem buka pakaiannya, Hei untuk apa telanjang bulat? Oh, Rupanya mereka membuat alas, menyeberangi Lantai kapal yang membara. semua yang berada diatasnya mendidih habis.

LAJALA : Orang-orang menggelepar di atas palka. Hangus dan berasap.

BALIBO : Asap kematian menembus kabut. Bau daging terbakar dari orang yang belum tentu berdosa.

PEKANG : Lihat! Ibu itu membuang anak bayinya lewat jendela.

BISE : Penumpang banyak yang terjun bebas tanpa pelampung!

SODO : Dan itu, beberapa orang saling berangkulan dalam kobaran api alangkah mengerikannya. Aku tidak sanggup, tidak sanggup!

PEKANG : Kalau kau tidak sanggup, mengapa tinggal diam ! Ayo, kita ke sana. Tolong mereka! (SEMUA TURUN DARI PERAHU, BERENANG MENGHAMPIRI KAPAL).

KEKER : (SEMENTARA SEMUANYA BERENANG, KEKER TERUS MENEROPONG SITUASI)
Stooop . . . Berhenti. Itu dia Kapal penolong datang menghapir. . . . . . .Tapi kenapa justru menjauh. Mereka hanya melempar sekoci yang diikat tali. Rupanya kapal penolong itu takut mendekat.

LAJALA : Ombak terlalu besar, bisa-bisa kapal saling tabrakan atau siapa tahu Tampomas menyemburkan api, dan kapal penolong justru ikut terbakar.

BISE : Lantas kenapa kita justru mau ke kapal berbahaya itu? Tidakkah kita sadar kalau ombak semakin tinggi ? Kabut kian menebal. Dan hujan semakin deras? Terus terang saya tidak punya Jurus Penakluk Alam. Kecuali jika ada diantara kita yang punya. Bagaimana?

BERSAMA : Kami semua tidak punya.

BISE : Kalau begitu kita kembali ke perahu. (MEREKA KEMBALI MEMBENTUK FORMASI PERAHU MENGHADAP TAMPOMAS II. DENGAN PENUH HARU)

KEKER : (MEMANDANG LURUS KEDEPAN) Malaikat pencabut nyawa tampaknya telah memilih jiwa-jiwa mana yang mesti hidup dan mana yang harus gugur. . . . Pemandangan yang sungguh mengharukan. Tampomas II kian membara, bergegas diri meng antar jiwa-jiwa yang belum tentu berdosa menuju dasar laut. (MATANYA MENGAMATI…… ) Perempuan gadis itu.

LAJALA : Ada apa dengan perempuan gadis?

KEKER : Ia bagai malaikat penolong.

SODO : Ha . . ha . . ha . . Itulah akibatnya sembarang menggunakan alat, Ingat nasehat guru. Merusak saraf. Hati yang kasmaran sama dengan menciderai diri sendiri. Ha . . .ha . . ha . . . . .

KEKER : Diaam! . . Aku cemburu menyaksikan keperkasaannya di tengah gelombang dahsyat. Ketulusannya menyelamatkan beberapa orang yang sudah kehilangan harapan, ia selamatkan satu persatu, tanpa mempedulikan dirinya dari intaian maut. Itu yang membuat aku malu pada diriku sendiri. Bukan karena yang lain!

PEKANG : Lalu kau mau apa? Kembali ketempat tenggelamnya Tampo mas dan menyampaikan rasa kagum kepada si gadis itu?

KEKER : Tidak ! ... Yang saya mau katakan kepada saudara-saudara- adalah : setelah perahu ini sampai dipantai, kita berpisah saja. Aku tidak akan kembali keperguruan sebelum aku memberi arti pada diriku.

BALIBO : Menyedihkan sekali. Itu bukan tindakan kesatria. Engkau tidak akan dihargai oleh kami, Oleh semua orang terutama Kepada guru yang sama kita cintai.

KEKER : Aku dan engkau tidak akan pernah bersedih karena tidak mendapat penghargaan. Tetapi bersedihlah sekarang juga jika engkau dan aku tidak berharga!
(BURUNG-BURUNG CAMAR DAN RAUNG STON KAPAL BERSAHUT-SAHUTAN MENGIRINGI TAMPOMAS II MENUJU PEMBARINGANNYA DI DASAR LAUT)

BISE : Masalembo yang meranggas
menyodorkan harapan hampa
di tengah laut kematian
bagimu Tampomas
selamat jalan kapal naas.

BERSAMA : Salah siapa?
Dosa siapa?
Tuhan, Engkau Maha tahu

(PERAHU MEMUTAR ARAH MENUJU PULANG DENGAN MENGALUNKAN HIMNE, SYAIR LAGU PEPE' PEPEKA RI MAKKA)
Pepe-pepeka ri Makka Lantaraya Ri Madina Aule' Paromba sai Natakabere' Dunia. Dst.......

S E K I A N
Makassar 8 januari 2010


Catatan:
Mementaskan naskah ini, harus seizin pengarang dengan imbalan yang pantas !
Hanyalah orang yang memiliki kadar intelegensi yang baik yang mampu menghargai Seni.