SEMUA NASKAH PENTAS DI BLOG INI TELAH DIPROTEKSI DAN TIDAK DAPAT DISALIN SECARA LANGSUNG

Himbauan

Mementaskan naskah di blog ini harus seizin penulis.

Rabu, 31 Maret 2010

SAMIUN ALGOJO


Jacob marala

(Adegan 1)

MARKAS PEJUANG, BENDERA MERAH PUTIH SEBAGAI LATAR, DIBALIKNYA TERDAPAT TULISAN: ROMBONGAN SANDIWARA “ SETIA “


PADA LANTAI TERDAPAT TERAP ATAU PANGGUNG BERUKURAN SEDANG. AGAK KEDEPAN TERDAPAT DUA BUAH KURSI LENGKAP DENGAN MEJA KERJA SESAAT SEBELUM DAN SETELAH LAYAR DIANGKAT TERDENGAR SUARA PARA PEJUANG MENYANYIKAN LAGU-LAGU RIANG YANG MENYEBABKAN KONSENTRASI KOMANDAN ANWAR AGAK BUYAR DI DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN-PERSOALAN YANG TERDAPAT DALAM SEKIAN BANYAK DOKUMEN PENTING.

KO. ANWAR : (GERAM) Hgreee… Tenang sedikit ! (SUASANA JADI TENANG. SELANG BEBERAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAN KETUKAN) Ya ! Siapa ?

JAGA : (SUARA DARI LUAR) Satu tiga merah putih

KO. ANWAR : Masuk ! (TERUS MENCERMATI PETA LOKASI)

KURIR : Lapor………. Dua orang tentara Nippong, bernama: Hamada minta menghadap , komandan..

KO. ANWAR : Apa tidak salah ? Bukankah seluruh Tentara Jepang sudah menjadi tawanan tentara Sekutu ?

KURIR : Kami tidak tahu Komandan. Barangkali Samiun bisa menjelaskannya.

KO. ANWAR : Samiun ? maksudmu Samiun menangkap tentara Jepang ?

KURIR : Emh…Justru kelihatannya mereka sangat akrab Komandan

KO. ANWAR : ( KEHERANAN) Suruh mereka masuk !

KURIR : Segera, Komandan. (MENINGGALKAN RUANGAN DAN DARI LUAR MEMBERI KOMANDO : ) Kepada saudara Samiun dan Hamada, segera menghadap ( HAMADA MASUK MEMBOPONG BEBERAPA SENJATA LARAS PANJANG, 2 BUAH SAMURAI 1 PUCUK PISTOL DIPINGGANG, LENGKAP DENGANSARUNGNYA.)

KO. ANWAR : Mana Samiun ?

HAMADA : Saya sendiri bingung Tuan, baru saja Samiun minta pinjam Pedang Samurai saya, ia lalu terbang.

KO. ANWAR : Terbang ?

HAMADA : Maksud saya belum sempat becara panjang lebar, saudara Samiun langsung pergi tidak tahu dimana.

KO. ANWAR : (MENARIK NAFAS) Jadi kau pinjamkan ia Samurai ? apa kau tahu akibat dari kecerobahanmu itu ?... Bencana ! (HAMADA GUGUP TIDAK MENJAWAB …..)

HAMADA : Saya pikir saya tidak ceroboh tuan. Samiun Orang baik. Tidak suka neko-neko.

KO. ANWAR : Aku lebih tahu siapa Samiun. Tanpa senjatapun ia mampu memmbunuh, melenyapkan nyawa-nyawa orang yang ia tidak suka apa lagi kau meminjamkan samurai. (DIAM SEJENAK) Terus ?

HAMADA : Nama saya Hamada. Dua hari lalu saya temui saudara Samiun di satu tempat untuk menyerahkan senjata ini. tapi ia bilang: Lebih bagus Hamada ketemu langsung Komandan Kompi satu resimen tiga Malili, Tuan Anwar.

KO. ANWAR : Lalu ?

HAMADA : Dengan segala senang hati saya sumbangkan senjata-senjata ini termasuk samurai yang dipinjam saudara Samiun

KO. ANWAR : Hamada, katakana terusterang maksudmu.

HAMADA : Hamada mau berbaur menggabungkan diri dengan dengan Bangsa tuan.

KO. ANWAR : Tapi bukankah Bangsamu sudah bertekuk lutut kepada Tentara Sekutu ? yang berarti kau seharusnya menyerahkan diri kepada pasukan keamanan dunia ?

HAMADA : Betul tuan, tapi Hamada pilih tidak mau tunduk sama Sekutu.. Saya suka berkawan dengan Bangsa Tuan. Nippong – Inronesia; Satu saudara. Hamada - Samiun sudah satu kata; semua tentara asing dan kawan-kawannya harus lenyap di atas bumi !

KO. ANWAR : (TERSENYU SINIS) Hamada. Bukankah kau sendiri adalah tentara asing. Tiga setengah tahun Bangsamu menindas Bangsaku, dan ketika bom atom menghancurkan Hirosima dan meluluh lantakkan Nagasaki, kau tiba-tiba mengatakan : Nippong-Indonesia: berasaudara..? Begitu Enteng !?

HAMADA : (HORMAT JEPANG) Tuan Anwar, tentara yang datang itu sesungguhnya tentara Belanda, Sekutu cuma nama. Sekutu tidak lebih dari sebuah cangkang, agar Bangsa Belanda itu dapat kembali menjajah bangsa tuan. Karena itu Hamada sama senjata-senjata ini datang untuk membantu tuan. (DENGAN PASRAH DAN PENUH KETEGASAN IA MELETAKKANNYA DI ATAS MEJA PIMPINAN )

KO. ANWAR : (MEMPERHATIKAN DENGAN ACUH) Hamada, aku dan bangsaku tidak pernah gentar meghadapi lawan, dari manapun datangnya. Dan kau harus tahu kalau musuh yang paling utama, yang bernama ketakutan-pun telah kami tundukkan tampa menggunakan senjata.

HAMADA : Lantas saya bagaimana Tuan ?

KO. ANWAR : Kami akan menyerahkan kau kepada Tentara Sekutu.

HAMADA : (SECEPAT KILAT MENGAMBIL DAN MEMBUKA SARUNG PISTOL UNTUK DITEMBAKKAN KE KEPALANYA) Saya lebih baik bunuh diri, Tuan Anwar ! (KO. ANWAR MERAMPAS PISTOL DARI TANGAN HAMADA………. TIBA-TIBA MUNCUL SESEORANG.

KURIR : Lapor ! Kompoi Tentara Sekutu menuju markas kita pak.

KO. ANWAR : Apa kau yakin kalau mereka ke markas kita ?

KURIR : Laporan mata-mata kita mengatakan : mereka mencari sisa-sisa laskar Jepang.

KO. ANWAR : Amankan semua. Hamada, dan senjata ini. (SANG KURIR DENGAN SIGAP MELAKSANAKAN PERINTAH) - (KOMANDAN ANWAR MEMBENAHI BENDERA MERAH PUTIH SEHINGGA BERALIH MENJADI DEKORASI “ROMBONGAN SANDIWARA SETIA”)

KURIR : (SELESAI MENYEMBUNYIKAN HAMADA DAN SENJATA) Apa tindakan kita sekarang Komandan ?

KO. ANWAR : Sampaikan kepada kawan-kawan jangan ada yang mengadakan perlawanan. Suruh beberapa orang atau paling tidak 2. (dua) orang menemani saya ditempat ini. Aku kira kau sudah mengerti maksudku.

KURIR : Siap ! dan sangat dimengerti Komandan ! (EXIT)

KO. ANWAR : (MENGAMBIL SESUATU DARI LACI MEJANYA, LALU MEMBEDAKI MUKANYA ALA TOPENG). Kejahatan dan muslihat adalah keselarasan yang bertolak belakang. Cintaku, ruang dan waktu penuh pergolakan.

PAENA’ : (ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA, MUNCUL DAN LAKONPUN BERLANGSUNG…) disaat aku menemuimu, ternyata engkau masih seorang

KO. ANWAR : Tak kusangka, tak kuduga ternyata engkau dan kasihku berselingkuh.
(TIBA-TIBA BEBERAPA ORANG BERSENJATA MENGEPUNG PARA PEMAIN. KO. ANWAR DAN KAWAN-KAWANNYA TIDAK MENGHIRAUKAN SITUASI, DAN LANJUT BERSANDIWARA)

DAENG BAINE : Seandainya aku tahu akan begini jadinya, biarlah waktu melumat umurku, agar tak ada hati yang hancur karena pertemuan……

KO. ANWAR : Penyesalanmu yang penuh kemunapikan adalah hal yang paling aku benci. Dan kau (KEPADA PAENA) manusia laknat yang selalu merampas milik orang lain, sekarang juga kau harus kuhancurkan selumat-lumatnya (ADEGAN PERTARUNGAN….. DIMENANGKAN OLEH KO. ANWAR)

DAENG BAINE : (MENJERIT MENYAKSIKAN PERTARUNGAN DUA LELAKI KESAYANGANNYA) Tidak ! Hentikan… Oh alangkah kejamnya (KO. ANWAR MENGAHIRI NYAWA DAENG PAENA DENGAN CEKIKAN YANG MEMATIKAN. )

KO. ANWAR : Engkau juga harus mati sayang.

DAENG BAINE : Mengapa mesti harus ?

KO. ANWAR : Karena kau sendiri memihak kepada orang yang telah merampas kepunyaanku. (BANGKIT DG GERAMNYA)

DAENG BAINE : Tolong…. (MEMINTA TOLONG KEPADA KOMANDAN NICA) Tolong saya tuan……

KO. NIKA : (TERSENYUM MEMBIARKAN DAENG BAINE MEMELUK KAKINYA DAN TERTAWA GIRANG SAMBIL EMBACA TULISAN PADA SPANDUK LATAR) Rombongan sandiwara setia. (TERTAWA LAGI DAN TERTAWA) Saya tidak mau terlibat dalam persoalanmu perempuan. (MENYENTAK KAKINYA DARI DEKAPAN DAENG BAINE, MENGAKIBATKAN DAENG BAINE TERSUNGKUR… MELIHAT KEJADIAN TERSEBUT KOMANDAN ANWAR BEREAKSI…..)

KO. ANWAR : Tuan telah mengganggu latihan kami.

KO. NICA : Nei..Nei.. justru kita ini datang untuk melindungi tuan-tuan dan Nona, dari ancaman tentara Jepang. Dan menurut keterangan mata-mata kami, disekitar wilayah ini ada markas pemberontak yang melindungi tentara Jepang. Tuan tahu markas pemberontak itu ?

DAENG BAINE : E. Tuan, Sejak dulu hingga sekarang ini, tidak pernah ada markas pemberontak disini, dan tidak pernah ada kekacauan. Apa lagi melihat atau melinduungi tentara Jepang. Kami pekerja seni tidak punya musuh. Tetapi sekalipun begitu, hati kami sering menjerit lantaran hak kami selalu dirampas.

KO. NICA : Dirampas oleh siapa perempuan ?

DAENG BAINE : Oleh manusia yang kami namai, Musang berbulu ayam.

KO. ANWAR : Hati risau takada gunanya. Ambil galah rampas buahnya. (KEMBALI BERSANDIWARA…………)

PAENA’ : Buah durian buah manis. Untuk apa memilih buah simalakama. (BERGAYA)

KO. NICA : Koe ini bicara apa he?

DAENG BAINE : (SENGAJA MENGACAUKAN KONSENTRASI KO. NICA) Maksud dialog kami adalah tentang buaya yang pernah kalah oleah harimau. Tetapi memang buaya licik, kembali menganga di tengah kehampaan. Kasihan harimau lapar kehilangan belang.

KO. ANWAR : (KEPADA KO. NICA) Beginilah keadaannya jika kami dalam latihan. Kedisiplinan lebih diutamakan (KEPADA DAENG BAINE) Lanjut…..

DAENG BAINE : Buaya timbul disangka mati, dikasih hati mau jantung.

PAENA’ : Pasang perangkap tak ada gunanya, dijebak juga tak ada artinya. Sayang.

DANG BAINE : dari pada tersesat, lebih baik pulang keasal mula

KO. NICA : Kedengarannya dialog cukup bagus. Sayang kita orang tidak mengerti maksudnya.

KO. ANWAR : Sandiwara kami tidak untuk dimengerti tapi untuk dinikmati tuan. Dan kenikmatan akan bertambah nikmat bila disertai dengan pengertian.

KO. NICA : Hm. begitukah? (BERPIKIR) ya.ya. Terus terang rasa curiga saya jadi hilang. Tapi meskipun begitu, saya masih tetap percaya pada kebenaran laporan anak buah saya, kalau di wilayah ini terdapat sarang pemberontak.

PAENA’ : Tuan bisa buktikan ?

KO. NICA : (MENGULURKAN TANGAN, MINTA GULUNGAN KERTAS KEPADA BAWAHANNYA. IA LALU MEMBUKA DAN MEMPERLIHATKAN SKETS; SAMIAUN KEPADA ANGGOTA KELOMPOK SANDIWARA, SETIA) Tuan en Nona pasti tahu orang ini bukan ? Samiun, ia adalah orang yang sudahlama kami cari-cari dan kalian tahu ? si bajinagan ini baru saja menebas batang leher anak buahku persis di persimpangan jalan Malili menuju Angkona. Kita orang memperkirakan kalau si Samiun ada kontak dengan tentara jepang. Karena setiap korban yang kami jumpai selalu mati karena sabetan Samurai. Dan mereka-mereka itu bersembunyi disekitar kampung ini. Apa jawaban tuan ?

KO. ANWAR : Kami sebagai pemain sandiwara, hanya tahu nama tapi tidak tahu siapa orangnya, apa lagi keberadaannya.

KO. NICA : kalau ucapan tuan benar, maka berhati-hatilah. Sebab bukan tidak mungkin sekali waktu samiun dan temannya orang Jepang itu akan memutuskan batang leher kalian. Tetapi jangan khawatir, sebab didaera antara Malili menuju Angkona kami perintahkan agar semua rumah penduduk digeledah. Bukan hanya itu bahkan kami sudah menginstruksikan agar kampong Cerekang termasuk kampong Ussu, dikawal secara ketat. Samiun dan kawan-kawannya harus kita tangkap hidup-hidup dalam tempo dekat. Sebabab kalau tidak, maka bersiaplah kamu en kamu semua, akan kehilangan kepala dengan perut terburai. (BERAMKASUDMENINGGALKAN TEMPAT, TAPI KEMBALI MENOLEH DAN MENGHAMPIRI KETIGA ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA) Selamat bersandiwara. En .. sebelum lupa, segera lapor kalau ada tentara Jepang berkeliaran di tempat ini. Nanti kita orang kasih hadiah besar, O.k ?

PAENA’ : Kepada siapa yang harus kami hubungi tuan ? Alamat tuan kami belum tahu.

KO. NICA : Koe tidak perlu repot. Omong saja dari mulut ke mulut, itu sudah cukup ampuh tiba di telinga kami. Sampai nanti. (EXIT)

(MOBIL TENTARA NICA MENDERU, LALU MENJAUH) KO. ANWAR PAENA’, DG.BAINE, BERNAFAS LEGAH, SALING BERPANDANGAN LALU TERTAWA BERSAMA) SESAAT KEMUDIAN HAMADA TIBA-TIBA MUNCUL DARI PERSEMBUNYIAN DISUSUL OLEH SAMIUN. SUARA TAWA TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA PANDANGAN TERTUJU PADA SAMIUN YANG SEMENTARA MEMBOPONG ASENJATA.)

KO. ANWAR : Syukur kita berhasil mengatasi situasi, selamat. (JABAT TANGAN DIANTARA MEREKA)

HAMADA : Terima kasih tuan. Tuan telah menyelamatkan saya dari sekutu.

KO. ANWAR : Dan kau sendiri, Samiun ? dari mana saja tiba-tiba muncul bersama senjata ?

SAMIUN : Maap, saya habis membunuh 2 orang musuh. Karena musuh terlalu banyak dan menggunakan bedil, saya tinggalkan musuh itu.

Ko. ANWAR : Dan secepat kilat kau kembali kemarkas ini bersembunyi ?

SAMIUN : Betul Daeng. Di tempat persembunyian yang gelap, saya kaget, dan hapir kepala Hamada putus sama pedang ini. untung nama saya ia sebut. Kalau tidak ?......(DIPOTONG)

DAENG BAINE : Pasti senjata makantuan.

SAMIUN : Begitulah kirakira. (ORANG-ORANG TERTAWA)

KO. ANWAR : Saudara Samiun, berhati-hatilah sebab ternyata Belanda keparat itu sudah lama mengenalimu. Gambar wajahmu diatas kertas mereka bawa untuk diperlihatkan kepada semua penduduk agar kau secepatnya tertangkap.

HAMADA : Sekutu - Nica, satu keluarga. Tapi Hamada - Samiun bersauara. Saya berjanji Tuan Anwar, tidak ada tentara sekutu dan tidak ada tentara Nica yang bisa menangkap saudaraku. Kecuali kalau Hamada sudah mati. Percayalah …percayalah….(SAMBIL HORMAT JEPANG)

SAMIUN : (MEMBIARKAN BOPONGANNYA JATUH DIATAS MEJA KOMANDAN, DAN SUASANA JADI HENING) Maaf, kalau boleh Komandan, aku mita samurai ini ?
(PIMPINAN DAN HAMADA SALING BERPAN- DANGAN DAN SALING MEMAKLUMI)

KO. ANWAR : Kita semua sudah terlanjur basah, ambillah dan gunakanlah sesuai jabatanmu sebagai “Algojo”

SAMIUN : Terima kasih Daeng, terima kasih Hamada. (TIBA-TIBA BAGAI KESURUPAN MEMPERMAINKAN SAMURAI MENERJANG LAKSANA HARIMAU MENERKAM MANGSANYA……) Saya tidak tahu kenapa badanku seperti dibakar ?

KO. ANWAR : Begitulah kalau seorang pejuang menahan dendam. (MENGHIBUR PERASAAN SAMIUN.)

SAMIUN : Orang yang paling saya tidak suka adalah orang yang berteman dengan Belanda. (DEMIKIAN MENAHAN MARAHNYA IA MENGGUNCANG TUBUH KO. ANWAR) Orang-orang Kapir itu musti kita lenyapkan Komandan, tetapi siapa orangnya ?

KO. ANWAR : Saudaraku… lambat atau cepat, pada ahirnya kita pasti tahu. Tunggulah saatnya.

SAMIUN : (MATANYA MENYALA MENAHAN DENDAM) Tabe’ saya kedanau dulu. Merdeka ! (ORANG-2 MENYAMBUT DG KEPALAN TINJU) Merdeka !!

HAMADA : Mau apa dia didanau ?

KO. ANWAR : Begitulah kalau ia marah atau selesai membunuh lawan. Ia baru merasa tenang kalau ia merendam seluruh badannya didalam danau atau di sungai yang ada diwilayah Malili ini.

HAMADA : Saya suka orang seperti dia. Ia kurang bicara tapi otaknya jalan.

DAENG BAINE : Dan paling ia benci adalah bangsanya yang memihak pada penjajah.

PAENA’ : Maka selamatlah Tuan Hamada, di tangan sang Algojo (DENGAN GAYA SANDIWARA) sebab bencinya Samiun, kepada penghianat Bangsa, sejuta kali lipat dibanding dengan si penjajah itu sendiri.

KO. ANWAR : Cukup. Sandiwara bukan bahan mainan, tetapi adalah sejata rahasia dibalik Merah Putih. (TEGURAN KOMANDAN ANWAR, MENGINGATKAN PAENA’ & DAENG BAINE MEMBE-NAHI POSTER ROMBONGAN SANDIWARA “SETIA” KEMBALI MEJADI LATAR MERAH PUTIH. KO. ANWAR YANG MENGAMATI DOKUMEN Coba mari kita perhatikan peta ini (SEMUA BERKUMPUL DENGAN MATA TERTUJU PADA DOKUMEN) Menurut laporan informan kita, perairan di seluruh wilayah ini, (PADATA PETA) satu bulan nanti di perkirakan tidak aman.

DAENG BAINE : Apa sebabnya Komanda ?

KO. ANWAR : Menurut keterangan segenap informan Pemuda Republik Indonesia Kedatuan Luwu, kapal perang Angkatan Laut Belanda, sudah lama mondar mandir mengadakan patroli di teluk Bone. Mulai dari garis pantai timur sampai kebarat, menyusur ke utara kampong Lamasi telah mereka bumi hanguskan. Harapan saya, jangan sampai kapal patroli itu tiba di perairan Batu Pute………

HAMADA : Ada apa dengan Perairan Batu Pute, Tuan ?

KO. ANWAR : Disanalah Datu Luwu bersama permaisuri dan beberapa anggota Dewan Hadat, termasuk beberapa pimpinan PKR berlindung di balik bukit. Dan kalau tempat itu ketahuan oleh Nica, boleh dipastikan Datu, beserta seluruh pengikutnya akan tertangkap. Ini artinya Perjuangan Rakyat Luwu kembali ke titik awal.

HAMADA : Komandan Anwar. Perlu segera dipikir-kan jalan keluarnya.

PAENA’ : Tunggu. Menurut saya, yang paling penting didahulukan ialah menjawab kegelisahan Samiun, tentang siapa sebenarnya agen mata-mata Belanda bangsat itu ?

KO. ANWAR : Menurutmu siapa ? (BERLAGAK TIDAK TAHU)

PAENA’ : Siapa lagi kalau bukan dari kalangan anak negeri sendiri ?. Komandan, Orang-orang ini harus dilenyapkan sampai habis sebab kalau tidak, baik strategi, apa lagi untuk meraih kemerdekaan hanya merupakan impian belaka.

HAMADA : Itu salah satu jalan keluar yang saya maksud tuan.

KO. ANWAR : Kalau begitu mau kalian, saatnya kiata mengerahkan seluruh kekuatan untuk membersihkan bajingan-bajingan itu. (MENGAMBIL DAFTAR NAMA-NAMA PENDUDUK DI LACI MENJA) Pulpen yang merah. (DG. BAINE MENYODORKAN PULPEN DARI BALIK KUTANGNYA.) (KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA NAMA ORG. YANG AKAN DI LENYAPKAN MALAM NANTI) Selain yang saya sudah tandai, menurut kalian siapa lagi yang dianggap paling berbahaya ? (PAENA MENUNJUK NAMA DALAM DAFTAR BEGITUPUN DAENG BAINE.) Ya’ Cukup untuk malam nanti.
Salin kembali nama-nama yang sudah ditandai, (KEPADA DAENG BAINE) bikin beberapa lembar lalu sampaikan keseluruh Pemuda Kompi satu Resimen tiga Malili. Hati-hati jangan sampai gerakan kita bocor dipihak lawan. (DAENG BAINE LANGSUNG KE MEJA KERJANYA MENGETIK NAMA-NAMA PENGHIANAT) Saya, Daeng Baine, membagi tugas dan langsung turun lapangan malam ini. Dan satu permintaan saya, Sdr. Hamada saya harap tetap saja disini bersama dengan saudara Paena’ Pelajari dokumen ini, cari dan temukan strategi peling tepat untuk menangkal rencana musuh. Faham ?... (DENGAN PISTOL DIPINGGANG KO. ANWAR DAN DAENG BAINE MENINGGALKAN MARKAS. Merdeka…!

(adegan 2)

HAMADA ASIK BERDISKUSI DENGAN PAENA’ SAYANG SUARA MEREKA TIDAK JELAS. SAYUP KEDENGARAN SUARA AZAN ISYA. SUARA BURUNG HANTU BERSAHUTAN DARI KEJAUHAN
MALAM SEMAKIN LARUT SUARA-SUARA NGERI SEMAKIN
MENJALAR.. TERDENGAR SAMAR SUARA TEMBAKAN-
DAN DENTUMAN DIBARENGI PEKIK TANGIS MEMBUAT
SUASANA SEMAKIN MENGERIKAN DAN MENAKUTKAN


PAENA’ : (MENGGOSOK KEDUA LENGANNYA AGAR RASA NGERINYA TERATASI)….. Haaagr ! Saya tidak tahu apa yang bakal terjadi malam ini. (…..GELISAH…..)
Semoga saja orang-orang malam ini pada nyenyak tidurnya.

HAMADA : Negara kami Jepang, Matahari lekas terbit Tidur kami tidak banyak nyenyak. Sudah jadi kebiasaan. Lantas kalau malam ini orang tidak nyenyak tidurnya, apa yang terjadi ?

PAENA’ : Pastikan kita semua bisa celaka. Gerakan kita malam ini bias menjadi bumerang. Mata-mata musuh akan membongkar rahasia kita kepada Belanda. dan habislah kita. (MENJAWAB SAMBIL MENIRU DIALEK HAMADA… DAN TIBA-TIBA TERDENGAR KETUKAN PINTU) Siapa?! (MEMBUKA PINTU. TAMPAK SEORANG KURIR MASUK DENGAN SEMPOYONGAN & NAPAS TAKBERATURAN.

KURIR : Sulit dipercaya.

PAENA’ : Apa yang sedang terjadi ?

KURIR : Tak seorangpun yang berhasil melaksanakan tugasnya.

PAENA’ : Bagaimana dengan komandan ?

KURIR : Ternyata beliau juga menemui kegagalan. Tapi anehnya semua target sudah terselesaikan. Nama-nama penghianat yang tercatat dalam dokumen, semua sudah menemui ajalnya.

HAMADA : Pagero …. Aku tahu sekarang… (SAMBIL MENUNJUKI DOKUMEN)

PAENA’ : Apa yang kau ketahui tuan Hamada ?

HAMADA : Karena bigini , maka begitu. dan karena begitu maka begini ….. Ha.ha.ha...(ORANG-ORANG MENGERUMUNI DOKUMEN)

KO. ANWAR : (TIBA-TIBA MUNCUL DENGAN SUARA BERAT…. )
Apa sebenarnya yang salah sehingga gerakan kita semua menjadi kandas ?

KURIR : Tidak ada yang salah Komandan dan tidak dan tidak satupun yang kandas. Justru sepantasnya kita bersyukur karena tampa tindakan dari pasukan kita, penghianat-penghianat itu mampus dengan sendirinya.

KO. ANWAR : Saya tidak setuju pendapatmu. Ini adalah suatu kegagalan yang panatas disesalkan lantaran rencana milik kita, justru diambil alih dan diselesaikan oleh orang yang kita tidak kenal.

PAENA’ : Saya khawatir, dokumen ditangan Daeng Baine bocor kepihak ketiga.

KO. ANWAR : Dan Itu tidak bisa di maafkan. Kau (Kpd. KURIR) Cari dan temukan Daeng Baine, cepat suruh melapor ke markas ini. (TIBA TERDENGAR JAWABAN DAENG BAINE……..)

DAENG BAINE : Tidak perlu. (BERJALAN NAIK KETERAP DEPAN MERAH PUTIH) Saudara-saudara tidak perlu cemas, biarlah tugas mulia malam ini, saya tangani sendiri.

HAMADA : Hebat ! Luar biasa…..

DAENG BAINE : Begitulah pesan saudara Samiun.

KURIR : (UCAP BERSAMA) Samiun ?

DAENG BAINE : Ya, Samiun. Kedua, ia juga menyampaikan pesan supaya target jangan setengah-setengah. Sebab jika setengah-setengah, menurutnya hanya membuang-buang waktu. Kesempatan hilang percuma.

KO. ANWAR : Dimana Samiun sekarang ?

DAENG BAINE : Seperti biasa Komandan. Dinginnya air sungai di Malili merupakan selimut hangat di badannya. Ia baru bisa ditemui menjelang fajar di sebuah masjid, kalau memang ia diperlukan. Demikian yang ia sampaikan kepada saya.

KO. ANWAR : Biarkan saja. Saya pikir tidak ada masalah. Yang masalah Ialah akibat dari hasil pekerjaannya yang sungguh mengagumkan tapi justru membahayakan. Tingkatkan kewaspadaan …….

HAMADA : (MEMOTONG) Saya faham maksud Tuan Anwar. Tuan mau mengatakan kalau orang mati itu, dibunuh oleh Jepang yang lagi bersembunyi di markas ini.

KO. ANWAR : Persis. Sehingga tidak mustahil Belanda Nica itu, akan melakukan penyisiran diseluruh wilayah ini. Bahkan mungkin saja, Satu Malili akan di bumi hanguskan dengan kobaran api.

KURIR : Bagaimana kalau Hamada saya bawa dulu bersembunyi ….

SAMIUN : (TAMPA DIDUGA TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN PAKAIAN BASAH KUYUP DISEKUJUR TUBUH). Saudara Hamada….

KO. ANWAR : Samiun, kau jangan tergesa-gesa dalam bertindak. Sabetan samuraimu semakin meyakinkan Belanda, kalau di daerah ini bermukim berpuluh-puluh Hamada. Bukankah kita senantiasa berusaha untuk selalu melindungi satu orang Hamada ? agar dapat bahu membahu mengatasi serbuan Belanda yang kian hari kian mengganas ? Pengalaman menunjukkan kekejaman Nica tidak pernah setengah-setengah dalam bertindak (MENGAMBIL CATATAN DARI DALAM LACINYA LALU MENYODORKANNYA KEPADA PAENA’ ) Coba bacakan dan renungkan semua apa-apa yang telah mereka lakukan di Negeri ini.

SESEORANG : (MEMBACA CATATAN) Di bulan Pebruari 1946 Nica melalukan kekejaman di Sulawesi selatan. Khususnya terhadap rakyat Luwu; di Masamba 300 rumah dibakar habis bersama 200 laki-laki yang tak berdosa dianiaya sampai mati. Saudara Idris Usman, pegawai repoblik kantor pos, dikuliti kepalanya lalu dadanya ditikam bajonet kemudian di pertontonkan ditengah pasar lalu tubuhnya ditetak-tetak dengan bajonet sampai mati. Wanita-wanita ditangkapi dan dipenjarakan. Segala milik mereka dirampas, bahkan wanita yang memakai gigi emas dicabuti gigi emasnya, telinga-telinga mereka robek akibat antingnya direnggut dengan paksa dan sesudah itu mereka disuruh berbaris sepanjang pantai lalu dihujani peluru senapan mesin……Kejahatan lain tentara Kenil. 11 (sebelas) murid sekolah, 10 (sepuluh) diantaranya ditembak mati, satu murid dibiarkan hidup untuk digunakan menunjuk jalan mencari orang yang telah mengungsi, anak itu sempat meloloskan diri tapi malang baginya ia kembali di tangkap dan ditembak di depan umum. Kekejaman lain juga menimpa seorang gadis muda, anak seorang kepala distrik. Pahanya yang halus mulus ditembak ketika ia menaiki perahu, setelah ditangkap, ia dimasukkan kedalam rumah sakit Palopo, lalu ia dijadikan alat pelampiasan nafsu birahi tentara kenil…..

DAENG BAINE : Sudah ! Jangan diteruskan. (RERAMPAS CATATAN)

SAMIUN : Maaf. Saudara Hamada Ikut aku. Tabe Komandan (MENJEMPUT TANGAN HAMADA LALU PERGI. SEJENAK SUASANA JADI DIAM)

KO.ANWAR : ( MENARIK NAPAS PANJANG LALU MENGAMBIL HARLOJI DARI DALAM KANTONGNYA….) Waktu menunjukkan pukul: sebelas malam, lewat empat puluh lima menit. Kita punya kesempatan lebih dari cukup benahi barang-barang yang bisa menimbulkan kecurigaan Belanda siluman itu. (SEBUAH POSTER BERTULISKAN ‘ROMBONGAN SANDIWARA SETIA’ DIMUNCULKAN KEMBALI DAN DIBAWAH POSTER TSB. TERTERA TULISAN “JUMPA DI PANGGUNG MASAMBA”) menjelang subuh nanti, saudara Kurir segera menghubungi kawan-kawan di Angkona, (KEPADA SESEORANG) Kau sendiri ke Cerekang, dan Ussu. Sampaikan agar meningkatkan kewaspadaan. Ini penting mengingat akan mengganasnya kebrutalan Belanda atas kematian kaki tangannya. Saya sendiri, Daeng Baine dan Paena tetap di bertahan disini guna menghadapi Patroli Belanda yang bakal menggeledah Markas kita.

KURIR : Bagaimana dengan Hamada ?

KO. ANWAR : Termasuk Itu tugasmu. Segera temui Samiun si Malaekat pencabut nyawa itu. Tanyakan, apa Hamada masih hidup ? Kalau masih, katakan kalau tidak ada halangan, kita jumpa di Markas ini lusa malam, harus ! Laksanakan !

KURIR : Daeng Baine, di masjid mana saya bisa temukan saudara Samiun ?

DAENG BAINE : Kira-kira Enam ratus lima puluh meter dari tempat ini, belok kanan.

KURIR : Saya kira disana tidak ada Masjid tapi Surau.

DAENG BAINE : Surau, Masjid sama saja. Cari dan temukan di bawah
atap lapis ke dua dari lantai bawah.

KURIR : Saya mengerti….. Merdeka !

KO. ANWAR : Merdeka ! (KURIR EXIT)

CAHAYA PELAN MEREDUP DISERTAI BUNYI SIRENE PATROLI DARI KEJAUHAN. KEGELISAHAN BERCAMPUR CEMAS MENYELUBUNGI SUASANA BATHIN PARA PEJUANG. TAKLAMA KEMUDIAN, MOBIL BELANDA-PUN SUDAH BERHENTI DI DEPAN MARKAS PEMUDA. SUARA KOKANG SENJATA BELANDA CUKUP MEMBUAT GUGUP PENGHUNI MARKAS.



(Adegan 3)

DAENG BAINE : (CAHAYA TEMARAM) Komandan ?!

KO. ANWAR : Tenang. Seperti biasa saja. Atau kau tinggalkan dulu tempat ini. (SETELAH LATAR MERAH PUTIH MENJADI POSTER ROMBONGAN SANDIWARA “SETIA”, KO, ANWAR MEMBERI ISARAT KEPADA PAENA’)
(SEMENTARA DILUAR SUARA TENTARA NICA TERDENGAR MENGEPUNG MARKAS)

PAENA’ : (TANGGAP) Ashalathukhaerumminannauuuuum 2 X
Allahu Akbar 2 X
Lailaha Illallaaaah

KO. ANWAR : Tuan-tuan yang berada di luar silahkan masuk ! Pintu tidak terkunci !

KO. NICA : (DENGAN PENGAWAL PENUH SIAGA) Kami tidak ada maksud mengganggu orang sembahyang, karena itu kami cuma mau bicara sebentar.

PAENA’ : Mengenai apa tuan ?

KO. NICA : Tahukah kamu, kalau temanmu sendiri si perempuan itu (KEP. KO. ANWAR) telah membohongi kita orang ?

KO. ANWAR : Bagaimana mungkin ?

KO. NICA : Bagaimana mungkin ? Kau lupa beberapa hari lalu kalau perempuan itu bilang daerah ini aman? Tidak pernah ada kekacauan ? Tidak ada Jepang. Tetapi kenyataannya di depan mata, banyak penduduk tewas mengerikan dengan kepala terpenggal. Dan ini pasti hasil kerja samurai orang-orang jepang. Bagaimana ? Apa jawabmu sekarang. ?

KO. ANWAR : Maaf tuan, kami tidak punya waktu untuk menjawab atau berdebat. Kami mau Sholat.

PAENA’ : (KAMAD SUBUH) Allahu Akbar. 2X Asyhadu Allailahaillallah
Asyhaduanna Muhammadarrasullullah …DST………

PENGAWAL NICA : Bagaimana kalau kita tembak saja mereka Mener ?

KO. NICA : Jangan bertindak bodoh. orang sembahyang tidak boleh ditembak. Mereka bisa masuk Sorga dan kita masuk Neraka, goblok !(MENINGGALKAN MARKAS DENGAN PENUH KESAL) Aghrr… Ghoodverdommes.
(CAHAYA MEREDUP PELAN SAMPAI GELAP TOTAL)


(Adegan 4)


(BEGITU LAMPU MENYALA KO.ANWAR, PAENA, HAMADA DAN DAENG BAINE, TAMPAK TENGAH MENGADAKAN RAPAT…….. TAMPAK KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA DAFTAR NAMA YANG DI TARGET.)

KO. ANWAR : Tolong simpan dulu, dan jangan diketahui oleh siapapun.

DAENG BAINE : (MENERIMA DOKUMEN DARI KOMANDAN ANWAR DAN MENYIMPANNYA KE DALAM LACI MEJANYA, LALU KEMBALI MENGGABUNG DI MEJA RAPAT UNTUK TURUT MENGEAHUI RENCANA STRATEGI YANG AKAN DITERAPKAN, MELALUI GAMAR BESAR YANG TERPAJANG PADA SEBUAH PAPAN TULIS. KOMANDAN ANWAR MENJELASKAN DENGAN RINCI JURUS-JURUS PENYERANGAN.
DEMIKIAN SERIUSNYA DISKUSI, MEREKA TIDAK SADAR KALAU SAMIUN MUNCUL SECARA DIAM-DIAM MENGAMBIL DOKUMEN YANG YANG TERSIMPAN DALAM LACI DAENG BAINE. SAMIUN TAMPAK BERPIKIR KE RAS MEMBOLAK-BALIK D OKUMEN TSB. UNTUK MENGETAHUI NAMA- NAMA ORANG YANG DITARGET. BINGUNG, MAKLUM SAMIUN ORANGNYA BARU BELAJAR MENG-EJE AKSARA. TIBA-TIBA KURIR MUNCUL. SECEPAT KILAT SAMIUN MENGHADANGNYA DENGAN ISYARAT SUPAYA SANG KURIR TIDAK BERSUARA. (TERJADI DUA PEMANGGUNGAN) NAMUN FOKUS PADA SAMIUN YANG MINTA PENJELASAN KEPADA SANG KURIR TENTANG SIAPA-SIAPA LAGI PENGHIANAT YANG HARUS DILENYAPKAN DARI MUKA BUMI. SETELAH MENDAPAT PENJELASAN DARI KURIR MELALUI BAHASA ISYARAT, SAMIUN MENYIMPAN KEMBALI DOKUMEN TERSEBUT DALAM LACI, LALU PERGI.)

KURIR : (SEAKAN BARU TIBA) Merdeka…..

KO. ANWAR : Kebetulan saudara datang tepat pada waktunya.

KURIR : Apa Komandan sudah mendengar berita ?

KO. ANWAR : Belum. Apa yang telah terjadi ?

KURIR : Kapal-kapal Belanda sudah mangkal di sepanjang perairan Luwu termasuk Malli.

KO. ANWAR : Sudah kuduga sebelumnya. Karenanya saya pikir dengan adanya tambaha senjata dari saudara Hamada, termasuk kawan-kawan yang tersbar di setiap pelosok, di tambah beberapa pemuda bersenjata disekitar pantai, sudah merupakan kekuatan besar untuk mengusir mereka dengan segera.

KURIR : Apa betu-betul sudah dipikirkan dengan matang Komandan ?

PAENA’ : (MEMOTONG) Mengapa tidak? Seluruh perahu nelayan kita pakai menyerang pada malam hari. Dengan menyerang secara Frontal dan bergelombang dari segala arah, saya yakin Belanda yg sementara tidur diatas kapalnya akan kocar kacir untuk menyelamatkan diri dan kita pasti menang !

KO. ANWAR : Tenang dulu. Jagan terlalu bernapsu saudara Paena.

HAMADA : Betul Komandan, kita jangan mau kena tipu. Naluri saya mengatakan; Kapal musuh yang lego jangkar di perairan ini sesungguhnya adalah pancingan. Tentara Belanda yang berada di atasnya saya pastikan sudah menghilang. Artinya, begitu kita menyerang kapal ini… maka Belanda akan menyergap kita dari segala arah dan mampuslah kita semua.. ha..ha..ah..Maaf, tidak lucu….Bagaimana tuan ?

KO. ANWAR : Saya kagumi pendapatmu, saudara Hamada.

KURIR : Kalau demikian, strategi ini perlu disampaikan kepada semua Bapak-bapak Pimpinan Pemuda.

KO. ANWAR : Ya. itu memang penting tetapi yang paling mendesak sekarang ini adalah kaki tangan Belanda, yang bakal menggagalkan semua rencana kita. Kalian tahu ? setelah saya mengamati daftar nama-nama, ternyata masih belasan penghianat yang harus kita lenyapkan dalam waktu singkat.

KURIR : Maaf, kalau kami boleh tahu siapa-siapa mereka itu, komandan ?

DAENG BAINE : Sabar….. akan saya ambilkan dokumennya. (MENGAMBIL DOKUMEN. TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN SAMURAI BERLUMURAN DARAH) Samiun, jangan bikin kaget aku.

SAMIUN : Tabe’ Komandan. (MENCABUT SAMURAINYA) untuk sementara, temanku ini baru 6 (enam) nyawa yang ia bunuh. Sebentar ini kalau tidak ada hambatan, ia akan bekerja terus samapi matanya jadi tumpul. Dan inilah orang yang paling saya tidak suka. (MELEMPAR BUNGKUSAN BERISI KEPALA) Orang itu paling suka mengambil kepunyaan rakyat. Sebelum ia kupotong, lidahnya kucabut dulu. karena bicaranya selalu pengaruhi pemerintah. Dan pemerintah yang Belanda itu adalah memang orang rakus, maka jadilah napsu setan mereka untuk menguasai kepunyaan bangsa. Merdeka ! (SECEPAT KILAT MENGHILANG)

PAENA’ : Gila…. Mulai pintar ia bicara (HENDAK MEMBUKA BUNGKUSAN)

DAENG BAINE : Jangan sentuh dan jangan di buka.

KO. ANWAR : Ya. sebaiknya langsung di kuburkan (DAENG BAINE MENGAMBIL BUNGKUSAN, LALU KELUAR)

HAMADA : Mengapa takut tuan ?

KO. ANWAR : Tuan Hamada, bukannya takut. Tapi bayangkan kalau kepala yang terbungkus itu adalah keluargamu, aku pasti kau sangat bersedih. Syukur-syukur kalau kau memiliki ketabahan, tapi kalau tidak ? muncul lagi masalah baru diantara kita.

HAMADA : A… Harigato’ saya mengerti Tuan.

KO. ANWAR : Kita lupakan…dan kepada kurirku yang baik berangkatlah,
temui kawan-kawan dan sampaikan strategi yang akan kita gunakan nantinya. Usahakan bagaimana cara agar informasi ini bias samapi di Batu Pute tempat Datu berlindung. Semoga berhasil.

KURIR : Maaf sebelum saya meninggalkan tempat, masih ada yang perlu saya sampaikan Komandan.

KO. ANWAR : Ya. Segera katakan.

KURIR : Kemarin, sebelum saya tiba di tempat ini,. Saya bertemu dengan anak buah komandan resimen 2 (dua) Kompi 1 (satu) Masamba. Kami sempat bertukar informasi, Komandan.

M. ANWAR : Terus ?

KURIR : Ia katakana kalau hari ini akan membawa surat perintah dari atasannya untuk, Komandan.

KO. ANWAR : Surat perintah ? Siapa yang mau ia perintah disini ? (TERSINGGUNG) Apa mereka tidak tahu kalau tak seorangpun anggota kita yang dapat diperintah oleh orang luar ? Sembarangan.

KURIR : Maaf Komandan, saya hanya sekedar menyampaikan.

KO. ANWAR : Ya, Saya mengerti, dan itu memang tugasmu. (DUDUK DIKURSI SAMBIL MEMEGANG KEPALANYA DENGAN DUA TANGAN, SUASANA HENING)

KURIR : Apa boleh saya pergi Komandan ?

KO. ANWAR : Tunggu. Jangandulu kemana-mana.

KURIR : Tapi……

KO. ANWAR : Ini perintah Komandanmu!

DAENG BAINE : (MENGALIHKAN SUASANA) Bukankah dokumen ini penting untuk dibicarakan ?

KO. ANWAR : Untuk apa lagi, tidak ada gunanya.

HAMADA : Bagaimana bisa Tuan ?

KO. ANWAR : (MENGAMBIL DOKUMEN DARI TANGAN DAENG BAINE) Coba bayangkan, Semula saya berharap kalau kita malam ini menyebar menyerbu sasaran yang sudah direncanakan. Tapi lagi-lagi Samiun mendahului rencana yg sudah aku buat. Apa tidak membingungkan ?

PAENA’ : Jangan bingung Komandang.

KO. ANWAR : Kenapa tidak ? Coba pikir, kalau oran yang terbunuh itu justru adalah orang lain yang namanya tidak terdapat dalam dalam daftar ini, pastikan situasi diluar jadi kacau. Dengan kata lain kesempatan untuk bergerak sudah tercium. Anda-andakan sudah tahu siapa saudara kita yang bernama Samiun itu ? ia toh ? betul tidak ? Boleh saja bertindak tapi jangan asal. Jangan membabi buta, yang membuat kita semua terbata-bata dan bingung.
(KARENA EMOSI IA MEROBEK-ROBEK DOKUMEN ITU. ORANG-ORANG JADI DIAM.) – (SEJENAK MENENANGKAN DIRINYA)

HAMADA : Saya tahu kalau sadaraku itu punya kekurangan. Tapi saya akui ketajaman nalurinya setajam mata smurai. Tindakannya tidak pernah meleset.


Adegan 50


JAGA : (SUARA DARI LUAR) Resimen II (dua) Kompi 1 (Satu) Mereh Putih, Masamba. Penting !

UTUSAN. I : Merdeka ! (DISAMBUT DENGAN SALAM YANG SAMA) Lapor, kami utusan dari Masamba.

KO. ANWAR : Ya. Kamu dengan siapa ?

UTUSAN. I : Kami Cuma berdua Pak!

KO. ANWAR : Apa temanmu bersenjata ?

UTUSAN. I : Ya. Bersenjata.

KO. ANWAR : Suruh ia masuk !

UTUSAN. I : Siap ! (MENUJU PINTU MEMANGGIL TEMANNYA)
Mittamakki dolo. (UTUSAN II MASUK DENGAN SENJATA LARAS PANJANG DI TANGAN. KEDUANYA MENGHADAP. SEBELUM SAMPAI, SAMIUN MENYUSUL MENGENDAP-ENDAP DI BELAKANG MEREKA)

KO. ANWAR : Kau ! (DENGAN NADA TAKTIS KEPADA UTUSAN II) Apa ada musuh disini ?

UTUSAN II : Ditempat ini tidak ada Pak.

KO. ANWAR : Tapi tanganmu memegang senjata.

UTUSAN II : Maaf Pak. (SADAR. IALALU MENYELEMPANG SENJATA LARAS PANJANGNYA)

UTUSAN I : (MENYODORKAN) Sepucuk surat dari Pimpinan kami.

M. ANWAR ; (MENGAMBIL SURAT) Sekertaris (MENYERAHKAN KEPADA SEKRETARIS DAENG BAINE) Bacakan !

DAENG BAINE : Yang terhormat Saudara M. Anwar. Pimpinan Polisi Istimewa Resimen 3 Kompi 1 Malili. Kami mengutus dua orang anggota kami untuk menjalankan tugas penting, yakni agar saudara segera menyerahkan 2 (dua) orang kaki tangan Belanda yang bertempat tiggal di daerah saudara. Kedua orang yang kami maksud adalah 1 (satu) : APechepechehpeche. 2 (dua) APichopichopichoh. Dengan menggunakan nama sandi sebagaimana yang telah kita fahami bersama seperti tersebut diatas, berati menandaskan satu keharusan mutlak untuk dilaksanakan. Tertanda Atas Nama Pimpinan Resimen Pemuda Masamba.

M. ANWAR : Apa pimpinanmu tidak keliru ? Apa ia lupa kalau aku pimpinan Polisi Istimewa Kopi 1 (satui) Malili, punya wewenang penuh menangani semua persoalan keamanan disini ? Coba kalian pikir, kalau Aku di Malili mengambil alih hak persoalan di wilayahmu ? Kira-kira bagaimana perasaan kalian ?! (Marah)

UTUSAN I : Tapi Kami menjalankan amanah !

M. ANWAR : Jalankanlah amanah yang benar, dan jangan asal-asalan.

(SUASANA TEGANG. UTUSAN II MENELUARKAN SENJATA DARI SELEMPANGNYA. SAMIUN SECEPAT KILAT MENGHUNUS SAMURAINYA. TETAPI KEDUABELAH PIHAK MENJADI TENANG KARENA DICEGAH OLEH MASING-MASING PIHAK………)

UTUSAN I : Baiklah, kami permisi dan akan kami laporkan situasi yang tidak mengenakkan ini.

KO. ANWAR : Baik. Dan Kalau pimpinanmu tidak sempat berpikiran jernih,
apa boleh buat. Pasukanku dan pasukan komandanmu akan berhadap-hadapan. (KEDUA UTUSAN MENINGGALKAN RUANGAN. SUASANA JADI SENYAP….)

SAMIUN : Daeng, Siapa kaki tangan belanda itu. Biar aku yang menggorok lehernya, sekarang juga !

KO. ANWAR : Itu sama dengan menggorok leher saya Samiun !

SAMIUN : Jadi Daeng Melindungi penghianat ?

KO. ANWAR : Bukan melindungi. Samiun. Tepi aku memaafkan orang itu. Orang yang mengakui kesalahannya dan kini ia sudah kembali kejalan yang benar, mengapa kita tidak memaafkannya ? (SUASAN JADI DIAM)

SAMIUN : Biarlah saya kedanau. (EXIT)

KO. ANWAR : sudah. Mari, kita lupakan. Kita siap-siap berangkat ke medan lokasi. Kita butuh kosolidasi dengan para pimpinan pemuda lainnya. Kurir, berangkatlah sekarang juga, semoga berhasil dan sampai jumpa.

KURIR : Selamat berjoang ! (KEPADA KAWAN PEMUDA)

KO. ANWAR : Persiapkan diri masing-masing, jangan ada yang kelupaan
(MEREKA MELENGKAPI DIRI MASING. SEMUA SENJATA DIMUNCULKAN DARI PERSEMBUNYIAN-NYA : PAENA’ HAMADA, KOMANDAN ANWAR, MEMBAWA SENJATA LARAS PANJANG, SEMEN-TARA DAENG BAINE MEMAKAI PISTOL. SETELAH SEGALA KEPERLUAN LAINNYA SIAP, MEREKAPUN BERANGKAT MENINGGALKAN MARKAS). PANGGUNG BERANGSUR REDUP, DIIRINGI MUSIK PEMBANGKIT SEMANGAT…. SELANG BEBERAPA MENIT, SUASANA PERTEMPURANPUN MULAI BERKOBAR. PANGGUNG YANG PENUH KEGE-LAPAN DI PENUHI LEZATAN CAHAYA PELURU. DENTUMAN DENTUMAN MERIAM SESEKALI MEMBUAT PANGGUNG TEMARAN OLEH CAHAYA. (TAYANGAN LAYAR )





BUNYI TEMBAKAN MASIH TERUS TERDENGAR. IAKLAMA KEMUDIAN PANGGUNG BERANGSUR JADI NORMAL… KURIR, PAENA, KOMANDAN ANWAR, SAMIUN, MENYERBU MASUK MARKAS DENGAN PENUH SEMANGAT PERLAWANAN.

PAENA’ : Mana Daeng Baine dan Hamada ?

KURIR : Komandan, Keduanya telah gugur

KO. ANWAR : Semoga arwahnya diterima sisih Allah. Amin…

DITENGAH MASIH BERLANGSUNGNYA SUASANA PERANG TIBA-TIBA MENGUMANDANG SUARA LEWAT MEGAFON :
Perhatian ! Perhatian ! Datu Luwu Andi Djemma bersama Permaisurinya. Bersama anggota Hadatnya, beberapa pimpinan pemuda, beberapa pimpinan PKR telah ditawan. Oleh karena itu kami maklumkam kepada pemimpi pemuda lainnya agar tidak mengadakan perlawanan. Bila pemberitahuan ini tidak diindahkan. Maka Datu Luwu Andi’ Djemma akan kami tembak mati !

SAMIUN : Daeng, bagaimana ? Saya masih bisa menebas leher belanda najis itu.

(SEMANGAT SAMIUN DISAMBUT OLAH TEMAN LAINNYA)
PAENA’ &
KURIR : Siap, kami menyerbu Komandan !!

KO. ANWAR : Saudaraku. (MENGATASI EMOSI KAWAN-KAWAN-NYA) Ingat Datu. Kalau bukan karena beliau, sayalah yang pertama mati dari pada saudara. Demi Datu. Ingat itu !
(KOMANDAN ANWAR BERJALAN MENUJU TERAP, LALU IA BERDIRI TEGAP DAN DIAPIT OLEH PAENA’ KURIR, DAN SAMIUN)

SESEORANG : Komandan. Kita berjuang bukan karena siapa-siapa, tetapi demi Bangsa dan Negara ini !

KO. ANWAR : Saya tahu. Tapi jangan lupa, keselamatan Datu sama dengan menyelamatkan keluargamu berlapis-lapis turunan. Jasa-jasa beliau belum tentu ada yang menyamainya sekarang dan akan datang. Ingat itu !!

KO. NICA : (TERDENGAR SUARA DOBRAKAN) Buka !!

KO. ANWAR : Tidak perlu mendobrak pintu yang tidak terkunci. !

KO. NICA : Buka !! (MASUK)

KO. ANWAR : Kalau kau bernama maut, mendekatlah.
Batas antara engkau dan kami disini
Adalah warna-warna senyawa
Dalam waktu dan ruang.

KO. NICA : Cukup !

PENGAWAL : (MEMERINTAHKAN) Tetap di tempat dan letakkan senjata

KO. NICA : (PARA PEJUANG PERLAHAN MELETAKKAN SENJATANYA MENYUSUL PENGAWAL TENTARA KENIL MENGAMBILNYA) Ahirnya kalian ketahuan juga. Ternyata Kau Samiun, si tukang begal satu rombongan dengan pemain sandiwara ‘SETIA’ (BERSUARA BERANG) Ketahuilan tuan Anwar berpuluh kawanmu telah mampus di dalam panggung pertempuran.

KO. ANWAR : Tidak ! Kawan-kawan kami tidak mampus, dan takakan pernah mampus, melainkan mereka telah memasuki perannya dengan sempurna

KO. ANWAR : Tutup mulutmu Tuan Anwar ! Tak perlu lagi ada dialog. Layar telah turun dan sandiwaramu telah selesai.

KO. ANWAR : (MENATAP DENGAN TAJAMNYA, TENANG IA MENGHAMPIRI KOMANDAN NICA ) Justru babak pertama baru dimulai. (MENEKAN KATA DEMI KATA)


KO. NICA : Ghodverdomes. Lanjutkan babak keduamu di dalam penjara bersma buronan ini !(KEPADA SAMIUN).... Pengawal giring mereka.
(TENTARA NICA MEMBAWA PARA PEJUANG KELUAR MARKAS DIBARENGI SUARA TEMBAK MENEMBAK YANG TERUS BERLANGSUNG)





NARASI : Dengan di tawannya Datu Luwu pada Tanggal 2 Juni 1946, Kompi I (satu) Resimen III (tiga) Malili, dibawah Pimpinan M. Anwar di mana Samiun menjabat sebagai algojo menyerahkan diri demi keniscayaan Datu Luwu tercinta. Mereka di penjara selama lebih 8 (delapan) bulan tanpa pakaian dibadan kecuali celana kolor, tidur di atas lantai tampa alas.
Pebruari 1947 Samiun diajukan Kemeja Hijau :

(ANGGAPLAH DIRUANG PENGADILAN) SEBAGAI-MANA LAIKNYA ORANG HUKUMAN DENGAN TANGAN TERBORGOL, SAMIUN BERJALAN MENUJU TENGAH PANGGUNG. SESAMPAINYA IA DISANA, STATIS IA TAMPAK GAGAH BERANI

NARASI : SAMIUN. KAU DITUDUH MEMBUNUH DENGAN BERENCANA. MENGHILANGKAN NYAWA ORANG SEORANG DENGAN CARA KEJI, DAN TAK BERPERIKEMANUSIAAN. JAWAB. BENAR ATAU TIDAK

SAMIUN : MENUTUP MATA SAMBIL TERSENYUM RINGAN. IA MERASA BAHAGIA MEMBAYANGKAN MUSUH-MUSUHNYA TERTEBAS HABIS…………………


NARASI : SAMIU, DARI SEKIAN BANYAK FAKTA NYATA MAKA KAU DITETAPKAN SEBAGAI PELAKU KEJAHATAN YAKNI MELAKUKAN PEMBUNUHAN SECARA BERANTAI DAN SUNGGUH DILUAR BATAS KEMANUSIAAN MAKA DENGAN INI PENGADILAN MEMUTUSKAN, MENJATUHKAN HUKUMAN MATI KEPADA TERPIDANA; SAMIUN.

(SUARA PALU TIGAKALI)

SAMIUN : (BERJALAN MENUJU TEMPAT EKSEKUSI, NAIK KE TERAP)

NARASI : SAUDARA SAMIUN, SEBELUM SAUDARA MENJA-LANI HUKUMAN, ADAKAH PERMINTAAN TERAHIR SAUDARA ?

SAMIUN : Pertemukan saya dengan Komandan saya, Mmuhammad Anwar.

NARASI : ATAS PERMINTAAN SAMIUN. TAHANAN M. ANWAR SEGERA KE TOMALEBBA UNTUK MENEMUI TERPIDANA MATI, SAMIUN.

KO.ANWAR : (MUNCUL DENGAN TANGAN TERBELENGGU LANG-SUNG KE TEMPAT SAMIUN. SEBELUM SALING MERAPAT….)

SAMIUN : Genna’ memattoni Daeng* (Berbahasa Bugis) 40 nyawa penghianat berbanding 1 orang Samiun (KEDUANYA SEAKAN MENJADI SATU, PENUH KEHARUAN)

KO. ANWAR : Jangan lepaskan kedekatanmu dengan Maha Pencipta (SAMIUN TERSENYUM HARU)

SAMIUN : Tolong diperhatikan ibuku Daeng. Ia sudah tua.

KO. ANWAR : Insya Allah. ( NYARIS TAK KEDENGAR AN KARENA MULUT TAK MAMPU LAGI ICARA). SEORANG PETUGAS EKSEKUSI MENDEKATI SAMIUN DENGAN MAKSUD AGAR SAMIUN DI TUTUP MATANYA…………..

SAMIUN : Mata saya tidak perlu kau penutup . (MENUDING DAN DENGAN GAGAH PERKASA MENGHADAPI REGU TEMBAK)……….. ALLAAAHU AKBAAR !!!

Dor DorDor
Dor
dor
Perlahan roboh dengan penuh keagungan
(Bagai hujan taburan bunga dari langit menutupi jazad Samiun)


LAYAR TURUN


Makassar, 10 Desember 2007

Jacob Marala

Senin, 29 Maret 2010

ADHI : Teater (Makassar)

ADHI Teater
















(Materi aplikasi budaya Adhi)


Festival Fragmen Teaterikal antar Divisi Adhi Karya se Indonesia
di laksanakan di panggung Adhi Karya lantai III Jakarta pada tgl.
5 maret 2010.


Pemeran :

1. Pemuda (Manado)
2. Perempuan
3. Pimpinan Proyek
4. Karyawan (Karyadi)
5. Kamerawan TV
6. Reporter
7. Daeng Ngai
8. Daeng Eppe’ (P. P. Epek)
9. Pengamen
10. Salossa (Papua)
11. SATPOL P.P.
12. Supu (Tukang sapu jalanan)

LOKASI PANTAI LOSARI SEBELUM DI REVITALISASI




ADEGAN 1


SEBAHAGIAN BESAR PEMAIN DI PANGGUNG TELAH HADIR DI POSISINYA MASING-MASING, SUASANA BEKU TAK ADA YANG BERGERAK.DI KANTOR DEVISI VI MAKASSAR, KEPALA PROYEK REVITALISASI PANTAI LOSARI MENERIMA TELEPON DARI DIREKTUR UTAMA, DALAM RANGKA MEMASTIKAN PROGRAM KERJA DAN DEPLOYEMENT SEBAGAIMEKANISME VISI MISI:


DIRUT: Hallo. . . . Assalamu’ Alaikum Wr. Wb. . . . . . . .


KAPRO: Wa’alaikum Salam Wr. Wb.


DIRUT: Bagaimana kabar keluarga dan staf proyek, salam dari saya.


KAPRO : Insya Allah pak nanti saya sampaikan.


DIRUT : Eh . . . Mas, Terima kasih ya . . . . . Kontribusi Divisi Enam Makassar di tahun 2009 signifikan terhadap perusahaan Adhi Karya.
Tentunya untuk rencana tahun 2010 semoga dapat terwujud. Sama itu lho Rencana yang pantai . . .?? apa itu ?


KAPRO : Losari, pak.


DIRUT : Ya.. . .ya . . . Tolong ya ikuti peraturan dan menjaga lingkungan yang merupakan stake holher kita.


KAPRO : Baik pak Insya Allah kita akan selalu menjaga keselarasan stake holder kita pak. . . .


DIRUT : Ya . . . itu saja… selamat kekerja, terima kasih.


KAPRO : Terima kasih pak.


(LALU EKSIT DARI PANGGUNG, DISUSUL OLEH MUSIK TUNRUNG PAKANJARA’ DAN DESIR OMBAK PANTAI LOSARI DAN SAAT ITU PULA PEMAIN MULAI BERAKSI)




Adegan 2




(DI TENGAH KESEMERAUTAN, SEORANG KARYAWAN BANGUNAN MUNCUL MEMBAWA PAPAN IZIN BANGUNAN DAN PAPAN LOGO UNTUK DITANCAPKAN PADA TEMPAT YANG DIANGGAP STRATEGIS.)


SALOSSA : (MERASA TERGANGGU OLEH SUARA MARTIL LALU MENDATANGI ORANG YANG SEMENTARA MEMASANG PAPAN NAMA) Hei ! ada apa ini bapak ? Kenapa ada lagi rambu-rambu dipasang disitu ? (AKSEN PAPUA)


KARYAWAN ADHI : Silahkan bapak baca yang di sebelah sana. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN YANG SUDAH TERPASANG.)


SALOSSA : (MENUJU KETEMPAT YANG DIMAKSUD LALU MEMBACA TULISAN YANG TERTERA DI PAPAN) Izin bangunan . . . . . dst.


DAENG NGAI : Tunggu ! siapa bilang di tempat ini . . . . Tidak bisa. (NADA MARAH)


SALOSSA : E, kenapa seprti marah. Silahkan baca ini. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN)
DAENG NGAI : Pokoknya tidak bisa !


SALOSSA : Kenapa tidak bisa ?


DAENG NGAI : Saya tidak bisa membaca !


SALOSSA : O.. beta kira tidak bisa membangun.


DAENG NGAI : Membangun boleh dan itu bagus tapi jangan membunuh. (MELAMPIASKAN MARAHNYA DI MEJA GEROBAK, YANG MENYEBABKAN DAENG EPPE’ TERPERANJAT ) Maaf. . . . . .


DAENG EPPE’ : Ada apa ? Kanapaki andi’ ?


DAENG NGAI : Masa, Pantai Losari akan di bongkar. Lantas kita-kita ini mau di kemanakan ?


DAENG SUPU : Jangan salah, bukan di bongkar tapi yang saya dengar, tempat ini akan di bangunkan.


DAENG NGAI : Bhus ! disitu tidak usah bicara, bikin bingung saja. Pokoknya saya tidak mau terima kalau gara-gara pem bangunan lantas kita semua di usir. Mau di kemanakan kacang saya ? Ini kacangku. Enak kacangku.


DAENG EPPE’ : (DENGAN TENANG) Betul. Kita orang kecil yang mengais rezeki di tempat ini, jangan dibikin macam-macam. Bagaimana ? (KEPADA PENGAMEN)


PENGAMEN : Saya tidak tahu mau bilang apa. Tapi menurut pikiran saya, kita harus sabar menunggu perkembangan selanjutnya.


DAENG NGAI : Tidak bisa ! Kita orang kecil, semakin sabar semakin di injak-injak. Saudara tahu ? kecapimu ini akan di rampas lalu dihancurkan oleh petugas.


PENGAMEN : Punyaku ini bukan kecapi bu, tapi gitar.


DAENG EPPE’ : Hgr…. Gitar, Kecapi sama saja. Sama-sama bunyi dan menghaslkan uang. Kita semua akan diangkut tanpa pandang bulu terutama barang dagangan kita.


LELAKI : Tidak mungkin ibu. Masa’ pengunjung ikut diangkut ?


SALOSSA : Kita orang sama-sama pengunjung, tapi saya anggap perlu ada rasa setia kawan diantara kita?


LELAKI : Maksudmu ?


SALOSSA : E, jelas tokh ? kalau tempat ini di gusur kita orang tidak bisa lagi tarik suara, happy-happi, Epe-epe. (MEMPERAGAKAN MELALUI KEDUA TANGANNYA KEPADA WANITA)


WANITA : He, bapak jangan sembarangan ! Di negeri ini, seseorang bisa ditangkap, bisa dituntut kalau mempertontonkan porno grafhi !


SALOSSA : Tuang Alah, apa salah dan dosaku hingga aku di fitnah (MENGAMBIL ALAT PRES PISANG, DAENG EPPE’) Lihat nona, ini yang beta maksud epe-epe. Pisang di epek seperti ini, dan namanya pisang epe. Betul tidak bapak-bapak ? (KEPADA PENONTON) Beta jauh-jauh dari timur datang ke tempat ini, mau dapat pengalaman dari bapak-bapak yang sudah maju tetapi nyatanya beta di fitnah. Justru nonalah yang pantas di tuntut karena memfitnah beta.


LELAKI : Sudah-sudah. Bersatu kita bisa. Lebih cepat lebih baik ! (MENGAJAK ORANG DISEKITAR MENDEKAT UNTUK MEMBISIKKAN SESUATU YANG RAHASIA) Jadi mari kita jangan emosi, masih ada hari esok. (MEREKA MENING GALKAN TEMPAT, KECUALI SUPU, TETAP MENJALANKAN TUGASNYA SAMPAI CAHAYA MENJADI GELAP)


Adegan 3


(DAN SEBELUM LAMPU MENYALA KEMBALI, SUPU, SI TUKANG SAPU SUDAH BERAKSI MEMBERSIHKAN TROTOAR LOSARI. PIMPINAN, BERSAMA SALAH SEORANG KARYAWAN ‘ADHI’ MUNCUL MENINJAU LOKASI PROYEK. MEREKA TAMPAK SERIUS SALING MENJELASKAN SESUATU SAMBIL SESEKALI MELIHAT GAMBAR PROYEK. BERSELANNG BEBE RAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA-SUARA RIBUT DARI KEJAUHAN. RUPANYA GERAKAN DEMO SEDANG BERLAN SUNG. MEREKA KOMPAK MENYUARAKAN SUARA HATI LEWAT LAGU KHAS MAKASSAR “ MA’RENCONG- RENCONG”. DI BELAKANG MERE KA TAMPAK PULA 2 ORANG KREW TELEVISI LENGKAP DENGAN ALATNYA)


Battu ratema’ ribulang Ma’ rencong-rencong Ma’rencong-rencong Makkuta’nang ribintoeng Apa kananna Attu dendang baule
Bunting lompo jako sallang Atu dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.
Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong
Kila’na malla’bang lino Bosi sarrona Attudendang baule
Tamaliang tompo’ bangkeng Iya dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.... ceceng cecen puss.......


SUPU : Mengapa bapa televisi diam saja ?


REPORTER : Tidak ada gunanya kalau hanya menyanyi-nyanyi bapak, ini bukan peristiwa, tidak biasa jadi berita di Televisi.


SUPU : Jadi ?


KAMERAWAN : Bapak, coba beri contoh (MEMBISIK)


SUPU : O, begitu ?


KAMERAWAN : Iya, ayo bapak.


DAENG NGAI : Dia itu, pasti punggawanya.


SUPU : Serbu !


KARYAWAN : Tenang. Sabar. Tunggu dulu, dengarkan pimpinan kami !
(PARA PENDEMO KIAN EMOSI DENGAN MELONTARKAN SUARA HATI MEREKA SECARA BERGANTIAN . .
(TIBA-TIBA DERDENGAR BUNYI SEMPRITAN DARI SATPOL PP DAN LANGSUNG MENINDAKI PARA DEMONSTRAN)


REPORTER : Saudara, yang kita saksikan ini, adalah pemandangan yang sungguh kotradiksi. Biasanya tempat ini, setiap hari ramai di kunjungi untuk menikmati keindahan alam panorama pantai Losari. Tetapi kali ini keindahan alam itu seakan sirna oleh sekelompk masyarakat yang mengadakan demo. Menurut nformasi yang kami peroleh, ini dikarenakan pedagang kaki lima bersama masyarakat lainnya, merasa hak mereka telah dirampas, dimana ketenangan dan tempat pencaharian mereka akan digusur. Pemirsa, kita tunggu perkembangan selanjutnya.


PIMPINAN : Tunggu ! Jangan main pukul pak, (KEPADA SATPOL PP) mereka jangan di apa-apakan. Barangkali mereka benar. Tapi tidak berarti bapak bersalah. Inti persoalan ini sehingga terjadi suasana seperti ini, adalah karena tidak adanya kesefahaman, akan arti suatu pembangunan. Karena itu beri kami kesempatan untuk saling kenal satu dengan yang lainnya.(TIBA-TIBA PARA DEMONSTRAN KEM BALI MENGGELIAT)


Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong.


SATPOL PP : (MEMBUNYIKAN SEMPRITANNYA) Diam ! Teruskan pak. (KEPADA PIMPINAN)


PIMPINAN : Saudra saudariku yang kami cintai. Dengan tulus dan jujur kami katakan kepada saudara saudariku bahwa dengan pertemuan kita hari ini adalah merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena melalui tatap muka ini, kita bisa saling memberi dan saling menerima.


SUPU : Maksud Lu ?


Maksud saya adalah……(MEMUTAR MEMPERLIHATKAN PAPAN NAMA ‘ADHI’) Adhi.
Adhi ini, adalah nama perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi yang akan memberikan keuntungan kepada siapa saja dan bukannya merugikan. (MENJELASKAN SECARA GAMBLANG KEPADA HADIRIN)


PESERTA DEMO : Buktinya. Kami mau bukti.


PIMPINAN : Sebentar lagi saudara-saudara dan ibu-ibu akan merasakannya. Percayalah, bahwa nanti, apabila seluruh peralatan kami, datangkan ke tempat ini dengan begitu banyak material bangunan, akan menghadirkan banyak pekerja, puluhan bahkan ratusan pekerja, nantinya pasti membutuhkan bantuan dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Karyawan-karyawan kami pasti butuh minum, artinya bapak dan ibu bisa membuka usaha. Apakah itu warung kopi, misalnya? warung nasi, atau warung apalah namanya, yang jelas disaat itulah bapak-bapak dan ibu-ibu meraup keuntungan yang tida sedikit. Yang penting saudara-saudara tidak mengganggu kelancaraa pekerjaan kami.


PESERTA DEMO : Setuju !!!


SALOSSA : Tunggu. Kita orang juga mau bicara.


PIMPINAN : Silahkan pak, katakan semua apa yang ingin bapak sampaikan.


SALOSSA : Saya punya nama, Salossa Cakalele Suasua Sukkuruyu, dari Papua. Saya datang di kota Anging Mammiri’ ini. karena semua orang bilang kalau pantai Losari adalah Pantai yang paling Indah dari Sabanag sampai Marouke. Begitu bapak.


PIMPINAN : Terus ?


SALOSSA : Terus terang kita orang sengaja datang disini untuk menyaksikan matahari teggelam ke dalam mulut laut. Lantas kalau tempat ini di bangun, otomatis itu matahari terganggu oleh segala macam peralatan. Pertanyaan saya: Dimana lagi keindahannya pantai ini bapak ?


PIMPIANAN : Pak Salossa. Ternyata bapak adalah seorang yang romantis. Bapak tidak perlu patah hati. Kehadiran Adhi Karya di tem pat ini, adalah sebagai misi. Misi untuk segenap mahluk. Bapak tahu apa artinya Misi bapak ?


SALOSSA : Utusan toh ?


PEMIMPIN : Persis. Dan karena kami adalah utusan, yang bernama Adhi, maka kami menyampaikan kabar gembira untuk bapak. Kalau matahari kecintaan bapak itu, justru mulai dari sekarang kami sudah mendandaninya. Dan nantinya apa bila pekerjaan kami sudah rampung, maka kami yakin matahari bapak akan bertambah cantik, dan membuat bapak lupa untuk pulang ke Papua (DISAMBUT DENGAN TEPUK TANGAN)


LELAKI : (MENGANGKAT TANGAN) Nama saya, Wondal Waworuntu
dari Manado, dan pacar saya bernama Marselina Songnge.
Terus terang kami berdua, setiap sore samapai larutmalam hadir ditempat ini, karena rupanya ketenangan jiwa yang kami dambakan, ternya kami dapatkan di Pantai losari ini. Saran saya tolong kalau bisa proyek bapak betul-betul selesai sesui target dan tidak merusak lingkungan. Kalau perlu suasana pantai ini melebihi dari yang sekarang. Terima kasih.


PIMPINAN : Insya Allah. Puji Tuhan, Jangan Khawatir, peralatan kami selalu menggunakan alat ramah lingkungan. Dan Percayalah, bahwa salah satu budaya Adhi Karya, adalah selalu berusaha dan bekerja secara maksimal tepat waktu, sesuai target dengan Tawakkal. Selain itu kami dari Adhi Karya, senantiasa mengutamakan dariapa yang di sebut “Safety” ? Bapak-bapak tahu apa itu Safety ?


SATPOL PP : Tahu pak ! (MENJAWAB DENGAN PENUH PERCAYA DIRI) Ke bersihan, pak !


PIMPINAN : Wadduh, bukan itu makasudnya pak. (KELOMPOK PENDEMO TERBAHAK MENYAKSIKAN SUPU, YANG SOK TAHU) Barangkali Pak Adi, bisa menjelaskannya.


KARYADI : Safety adalah kata lain dari keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Contohnya adalah Helem yang saya pakai ini. Andai bukan karena helem pengaman ini, pastilah kepala saya sudah bonyok oleh pukulan bapak- bapak.


PIMPINAN : Jadi apa gunanya mencari rezki tanpamemperhatikan keselamatan, termasuk jalinan pemahaman antara Adhi Karya dengan bapak-bapak dan ibu sekalian. Nah untuk sempurnanya jalian keakraban kita, perlu saya sampaikantentang kebersihan. Dan karena Kebersihan adalah bahagian dari iman, maka kepada Daeng (MENUNJUK DAENG SUPU) Kalau bisa. Kami mengajak untuk ikut menjaga kebersihan diproyek kami. (SEMUA HADIRIN TEPUK TANGAN UNTUK DAENG SUPU). Saya kira cukup ya ? selamat, jaga kesehatan dan sampai nanti. (PARA DEMO MENJADI SADAR DAN PUAS, BUBAR PENUH KEGEMBIRAAN)


REPORTER : Pemirsa. (BERBICARA DEPAN KAMERA) demo yang tadinya diperkirakan semakin beringas, tenyata berahir dengan damai. Sebagai mana kita saksikan, dibelakang saya tampak para pendemo lagi santai. Di mana satu sama lain tampak akrab, seakan tak pernah ada yang terjadi. Dan untuk mengetahui Jurus-jurus apa saja yang di gunakan dalam meredam kemarah para pendemo, kita temui salah seorang karyawan Adhi.


REPORTER : Nama Bapak ?


KARYAWAN : Karyadhi


REPORTER : Nama bapak bagus sekali. Senada tempat anda bekerja.


KARYAWAN : Kebetulan saja.


REPORTER : Begini. Kira-kira langkah-langkah apa saja yang anda ambil sekiranya satu saat kejadian seperti tadi berulang kembali ?


KARYAWAN : Saya pikir kejadian seperti tadi, tidak akan mungkin terulang lagi.


REPORTER : Anda yakin ?


KARYAWAN : Saya yakin. Apalagi Kami Sebagai Karyawan Adhi Karya punya komitmen bahwa tidak ada permasalahan yang tidak bisa di selesaikan. Oleh karena itu pimpinan kami senentiasa menganjurkan tentang perlunya keterbukaan, jujur, dan saling menghargai.


REPORTE : Sedikit saja pertanyaan Pak. (KEPADA PIMPINAN) Kira-kira kapan Proyek pantai Losari ini selesai pak ?


PIMPINAN : Yang jelas akan selesai tepat waktu sebagai mana yang telah kami rencanakan Tentunya dengan tawakal.


(MENAMBAHKAN AKAN ARTI DAN MAKNA DARI 4 AKSARA)
A. Advance -----------------------------------------
B. Determined -------------------------------------
C. Humane ------------------------------------------
D. Inspiring ------------------------------------------


REPORTER : Sungguh menakjubkan. Terima kasih pak


(CAHAYA PENTAS MEREDUP, GAMBAR PANTAI LOSARI YANG TELAH RAMPUNG, TERPANTUL DI LAYAR SEBAGAI KARYA YANG DI HASILKAN OLEH ‘ADHI’, DENGAN KEMAMPUAN YAR BIASA)NG LUA


SAMPAI NANTI
ADHI KARYA VI MAKASSAR DIVISI KONSTRUKSI Sulawesi Papua











Sawe ri Gading
Jacob Marala


ADEGAN  I         
                             TENGAH MALAM TATKALA BUANA ALAM DALAM KEADAAN HENING. TIBA TIBA TERDENGAR GEMURUH ANEH TURUN DARI LANGIT BERSAMA GEMERINCING SUARA METERIAL BANGUNAN YANG MEMEKAKKAN TELINGA MEMBUAT PENDUDUK JADI PANIK DALAM KEGELAPAN. SESAAT KEMUDIAN PENDUDUK TERSENTAK KERENA MENYAKSIKAN KEAJAIBAN YANG TAMPAK DI KEJAUHAN BERUPA ISTANA KERAJAAN YANG MENJULANG TINGGI DI TENGAH HUTAN BELUKAR.
  
SESEORANG  1         :          (SEPERTI TIDAK PERCAYA) Apa aku mimpi ?  

SESEORANG  2         :          Tidak. Ini bukan mimpi. Tapi illusi

SESEORANG  3         :          Bukan illusi. Tapi Fatamorgana

SESEORANG  4         :          Ha…Ya mimpi, ya ilusi, ya Fatamorgana, semuanya salah.

SESEORANG 1.2.3    :          Lalu apa menurutmu ?  

SESEORANG  4         :          Itu namanya, tipuan pandangan tolol.                                                (SESEORANG 1. 2. 3 TERSINGGUNG DAN TERJADILAH PERGUMULAN DIANTARA MEREKA. TIBA-TIBA MEREKA TERHENTI DALAM PERGUMULAN KARENA DILERAI OLEH SESEORANG)  
SAWE RI GADING   : (TERTAWA) E, tengah malam begini, orang biasanya bergumul di atas ranjang bersama isteri. Tapi kalian justru bergumul diatas tanah berdebu tanpa beroleh kenikmatan. (JEDA SEJENAK) Kalau boleh tahu, untuk apa pergumulan ini ?  

SESEORANG 1.2.3.   : Kami tersinggung dikatai tolol, dari seorang yang lebih tolol dari kami.

SAWE RI GADING   : Apa pasal ?
  
SESEORANG  4         : Pasalnya dimulai dari sesuatu yang mengherankan.

SAWE RI GADING   : Apa yang mengherankan.  SESEORANG  2.3.      :           Sesuatu yang tidak mungkin  SAWE RI GADING        :           Maksudmu bangunan istana itu ? (MENUNJUK KE ARAH BANGUNAN)  
SESEORANG  1.4      : Betul, bagaimana mungkin sebuah Istana yang begitu indah, begitu kokoh, begitu dahsyat, bisa berdiri dalam waktu sekejap, dan tiba-tiba ?
SAWE RI GADING   : Mengapa tidak ? Renungkan diri kalian masing-masing. Bukankah kalian berempat tiba-tiba hadir di tempat ini, dengan tubuh yang begitu indah, begitu energik, bergumul begitu perkasa ?   
SESEORANG             : Itu karena kami semua kaget dan panik, sehingga kami berada di tempat ini.  
SAWE RI GADING   : Dan kalian tidak sadar  kalau Itulah yang bernama proses. Segala benda yang tampak di bawah kolong langit, masing-masing memiliki prosesnya.

SESEORANG 4          : Termasuk Istana itu ?
  
SAWE RI GADING   : Tanpa kecuali. (SESEORANG 1. 2. 3. 4. SALING BERPANDANGAN PENUH KEHERANAN) Ha.. ha… ha… kalian tidak perlu heran dan bingung.

SESEORANG 1.2.3.4 : Tolong, kami yang tidak tahu apa-apa, diberi penjelasan yang sejelas-jelasnya.

SAWE RI GADING   : (MEMULAI PENJELASANNYA TENTANG IMPLEMENTASI PEMELIHARAAN)            Dengarkanlah. Istana yang kalian saksikan itu, adalah hasil dari sebuah kerja sama yang berawal dari berbagai unsur menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dan terus terpelihara. Dengan kata lain, dengan berlandaskan niat baik yang kuat, disusunlah rencana pelaksanaan pekerjaan bangunan istana itu. Mulai dari penentuan spesifikasi yang diinginkan, gambar bangunan istana dari berbagai sisi pelaksanaannya.. Selain itu ditetapkan pula rencana kebutuhan biaya yang diperlukan, mutu yang dikehendaki dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
  
SESEOR 1. 2. 3.4        : Kami semua bersyukur, dan berterima kasih atas pengetahuan yang tuan berikan kepada kami. Mohon diteruskan.

SAWE RI GADING   : Nah saudaraku semua, Istana yang kalian lihat itu tampak indah bukan terjadi begitu saja.
   
SESEORANG  2.        : Seperti yang sudah dikatakan bahwa segala sesuatu yang hadir di bawah kolong langit semuanya melalui sebuah pro….

SESEORANG 1.3.4.   : (SEREMPAK MENYAMBUNG)…  Ses
   
SAWE RI GADING   : Bagus. Dan proses itu secara garis besarnya memiliki empat tahapan yang dilakukan secara terus menerus supaya menjamin terpeliharanya mutu kerja dan mutu hasil kerja.. Tahapan itu adalah : PLAN..  
SESEORANG 1.2.3.4.           : (MENYAMBAR) Tir…
  
SAWE RI GADING   : Jangan asal bunyi. PLAN artinya pe-ren-ca-na-an. Sebelum memulai, pekerjaan harus disusun lebih dahulu rencana pekerjaannya, entah itu berupa rencana harian, mingguan ataupun bulanan..  Kemudian DO artinya rencana yang sudah ditetapkan harus diimplementasikan atau dilaksanakan. Pada waktu tertentu pelaksanaan pekerjaan musti dievaluasi atau dilakukan pengecekan. Evaluasi selain dilakukan oleh punggawa dalam Kerajaan sendiri juga dilakukan oleh lembaga resmi lain di luar kerajaan… Dari evaluasi itulah akan tampak keberhasilan atau pun kegagalan yang terjadi. Keberhasilan harus dipelihara bahkan ditingkatkan, sedangkan kegagalan perlu dicari solusi dan rencana tindak lanjutnya.. Inilah yang dikenal dengan proses PDCA itu.. Dilakukan terus menerus sampai selesai..
  
SESEORANG 3          : Siapakah tuan sebenarnya?

SAWE RI GADING   : Aku adalah salah satu anggota kelompok mahakarya yang mewujudkan istana kerajaan itu. Untuk lebih jelasnya aku berikan kaca ajaib ini kepada kalian (TEROPONG ANTIK) Gunakanlah alat ini agar kalian dapat mengetahui apa yang kalian belum ketahui (MELETAKKAN TEROPONG, LAU MENINGGALKAN TEMPAT. SETELAH SAWE RI GADING  MENGHILANG DARI PANDANGAN, MEREKA PUN BERLOMBA MENDAPATKAN BENDA ASING ITU YANG DILETAKKAN DI ATAS GUNDUKAN BATU)
  
SESEORANG 1          : Untuk adilnya, (KEPADA SESEORANG 4) sesama orang-orang tolol dilarang saling mendahului.

SESEORANG  4         : Cepatlah. Jangan membuang-buang waktu.
  
SESEORANG  1         : (MENEROPONG) ……………… Luar biasa.

SESEORANG  2         : Apa yang dahsyat ?

SESEORANG  1         : Tafsirkan sendiri. Bisa-bisa aku pingsan karenanya.
  
SESEORANG  3         : Ah, tidak mungkin, itu hanya tipuan pandangan.
  
SESEORANG 1          : Jangan mengejek. Ini nyata. Suatu kenyataan Yang menyatakan senyata-nyatanya kenyataan yang sungguh luar biasa. Ihg Merinding bulu romaku. (MENYERAHKAN TEROPONG KEPADA SESEORANG 2)
  
SESEORANG  2         : (MENEROPONG DAN LANGSUNG TERBAHAK) Ternyata kenyataan yang kau nyatakan, jauh dari kenyataan
  
SESEORANG  3         : (JENGKEL) Hoe! Tidak usah ngomong kalau kehabisan kata-kata. (MENGAMBIL TEROPONG DARI TANGAN SESEORANG 3 DAN MENGARAHKAN INTAIANNYA MENUJU TITIK PANDANG SESEORANG 3.) Pantas. Ternyata…  
SESEORANG  4         : Stop. Hentikan kata-kata: ternyata!
  
SESEORANG   3        : Maksudku pemilik teropong ini, ternyata seorang Maha Raja. Lihat, sang Raja berjalan di sela-sela rakyatnya. Maha Raja, memandangiku dan melambaikan tangannya.
  
SESEORANG  4         : (MENGAMBIL ALIH TEROPONG) Betul. Ia seperti memanggil kita untuk datang ke Istananya.  

SESEORANG  1         : Bukan seperti, tetapi ini adalah yang sebetulnya. Maha Raja benar-benar memanggil kita semua.  

SESEORANG 1.2.3    : (SEREMPAK BERSUARA) Tunggu,  kami datang… Ayo… (MELANGKAH)

SESEORANG 4          : Tunggu! Istana itu jauh di seberang sana. Kalian akan ke sana?

SESEORANG 1, 2, 3  : (BERSAMAAN). Ya!

SESEORANG 4          : Pakai apa?

SESEORANG 1          : Perahu.
  
SESEORANG 4          : Mana perahunya?

SESEORANG 1          :Gampang. Kita bikin perahu!

SESEORANG 4          :          Bikin perahu? Bisa?

SESEORANG 1          :          Gampang… Ayo…  Sama ratana hella lla…

SESEORANG 2          :          Sama ratana hella lla…
                                                  
SESEORANG 3          :          Sama ratana hella lla…
                                       
SESEORANG 4          :          Sama ratana hella lla…

SESEORANG1,2,3,4  : (BERSAMAAN). Sama ratana hella lla… Sama ratana hella lla… dst. MEREKA PUN MENYEBERANG DENGAN TEKNIK TEATER TRADISIONAL KONDOBULENG. DUA RANG JADI PERAHU, DUA ORANG LAGI MENJADI PENDAYUNG. SEMENTARA MENYEBERANG, PERCAKAPAN ANTARA MEREKA TERUS BERLANGSUNG.   CAHAYA MEREDUP, LOKASI BERPINDAH KE ISTANA  ADEGAN II SAWE RI GADING         : (DENGAN BUSANA KEBESARANNYA IA BERJALAN MENUJU SINGGA SANA DAN SEBELUM DUDUK…) Wahai segenap pembantu-pembantuku. Adakah kalian merasakan kegelisahan yang menimpa diriku?
  
PEMBANTU  I            : Maha Raja separuh Dewa, Tenangkanlah pikiran Baginda, di atas singgasana kemuliaan. (SAWE RI GADING DUDUK SETENGAH TERKULAI DI ATAS SINGGASANANYA. DI SAAT ITU BUNYI MUSIK MENGALUN YANG DISUSUL DENGAN MUNCULNYA SEORANG PENARI SAKRAL “ AGGIRI’ ” DARI BALIK PINTU. BERBAGAI EKSPRESSI DI PERTUNJUKKAN, DENGAN HARAPAN AGAR RANG SANG BAGINDA TERLEPAS DARI RASA GUNDAH).
   
SAWE RI GADING   : Cukup. (SAWE RI GADING BERANJAK DARI SINGGASANANYA, MENGAMBIL KERIS DARI GENGGAMAN SANG BISSU YANG LAGI DALAM POSISI STATIS. IA MENGAMATI KERIS YANG KEHILANGAN KETAJAMANNYA BAHKAN BENGKOK LANTARAN TIDAK MAMPU MENEMBUS KULIT SANG PENARI). Wahai segenap pembantu-pembantuku, bukan begini yang saya inginkan. (KEPADA PEMBANTU I) Ambil. Perlihatkan dan katakan kepada semua pembantu-pembantuku yang lain, agar mereka terhindar dari kelemahan.
  
PEMBANTU  1           : (MENERIMA KERIS DARI TANGAN SAWE RI GADING LALU BERSERU) Wahai segenap pembantu istana, lihat dan camkan, kita semua jangan sekali-kali kehilangan pamor. Sabda Maha Raja Sawe Ri Gading, adalah ucapannya, satu dalam tindakan yang mewujud pada diri pembantu, seisi Istana. (MENDENGAR SERUAN, PARA PEMBANTU BERLARIAN DATANG MEMASUKI RUANG SINGGASANA)

 SAWE RI GADING  : Kalian tahu apa arti kehadiran kalian di ruangan ini ?
  
SEGENAP PEMB.      : Jasmani dan rohani bersedia tunduk di bawah sabda Maha Raja.

SAWE RI GADING   : Luruskan apa yang tidak lurus. (PEMBANTU 1 TAMPIL MEMBAWA KERIS BENGKOK DI DEPAN RAJA, DISUSUL PEMBANTU LAINNYA, RAMAI-RAMAI MELURUSKAN KERIS TERSEBUT). Cepat !
  
SEGENAP PEMB       : Selesai Yang Mulya. (KEMBALI KETEMPAT MASING-MASING)

SAWE RI GADING   : Begitulah seharusnya. Waktu, adalah paling berharga bagi siapa saja. Waktu telah mengingatkanku bahwa istanaku ini beserta isinya, masih di- butuhkan adanya suatu peningkatan di segala aspek. Contoh paling gampang adalah kerismu. (KEPADA PENARI, TARI AGGIRI) Karena itu mulai saat ini aku ingin agar kau meningkatkan mutu dan nilai logam yang ada pada kerismu. Sebab, sebagus apapun pamor yang dimiliki oleh keris itu, tapi tidak memiliki kekuatan, adalah sia-sia.
  
SANG BISSU              : Apa baginda menginginkan hamba mati tertikam oleh badik ini ? Sungguh tidak lucu, kalau ada senjata makan tuan, Baginda.

SAWE RI GADING   : Eh, dasar. Kau pasti mati, kalau kau sendiri tidak berusaha meningkatkan kesak tianmu.
  
SANG BISSU              : (SADAR DAN TERTAWA) Sorry, Yang Mulya. Hamba kini sadar, Yang Mulya. Dan hamba berjanji akan meningkatakan kualitas badik bikinan hamba, sekaligus meningkatkan kesaktian hamba.

PERMAISURI             : Kanda, dinda merasa khawatir kalau suatu ketika diri ini tiba-tiba  menjadi permaisuri yang kurang berkualitas ?

SAWE RI GAING      : Tafsirkan sendiri sayang.
  
PERMAISURI             : (KEPADA INANG) …. Inang, Betapa malang bagiku.   INANG            : Permaisuri sayang, jangan risau. Semua persoalan punya jalan keluar.

PERMAISURI             : Jalan keluar bagaimana inang ?

INANG                        : Gunakan jamu Sari Ayu, sayang. Biar kecantikanmu makin mempesona Baginda Raja.

SAWE RI GADING   : Yang aku butuhkan aplikasinya, bukan penampilan.

SANG BISSU              : Maaf Baginda, saya pikir Aplikasi dan penampilan sebaiknya seiring dan seirama Yang Mulya.

SAWE RI GADING   : Boleh, boleh. Aku suka.

SANG BISSU              : Kalau bigitu (KEPADA PERMAISURI) minum saja Sari Rapat . Iya tokh Baginda ?  

SAWE RI GADING   : Kalau itu yang kau maksud peningkatan mutu, pasti aku suka.

SANG BISSU              : Saya jamin, Yang Muliya. (KEPADA PERMAISURI) Sari Rapet.

PEMBANTU  II          : Ampun Yang Mulya. Hamba adalah salah seorang  yang bergerak di bidang usaha konstruksi, yang pernah ikut menangani pembangunan istana Maha Raja, apa perusahaan hamba masih memerlukan peningkatan, Yang Mulya?
  
SAWE RI GAING      : O, tentu. Tentu dan itu harus.  
SEGENAP PEMB.      : Kami mohon Petunjuk Yang Mulya.
  
SAWE RI GADING   : Jadilah Punggawa, macca na malempu’, warani na magetteng (MENDENGAR UCAPAN SAWERIGADING PARA PEMBANTU KEBINGUNGAN)
  
SANG BISSU              : Mereka bingung Yang Mulya.  

SAWE RI GADING   : Ya, mereka bingung dan kau sendiri mengapa diam.

SANG BISSU              : Sorry Yang Mulya.  Wahai para punggawa. Ucapan Yang Mulya adalah bahasa langit, dan untu dimengerti izinkan saya menggunakan bahasa lantai, yang artinya : Jadilah punggawa yang Cerdas dan jujur. Berani dan tegas. (PARA PUNGGAWA PEMBANTU TETAP BINGUNG)
                                     
SAWE RI GADING   : Penasehat Kerajaan (KEPADA PENASEHAT KERAJAAN) Jelaskan kepada mereka dan kalau perlu beri contoh.

SANG BISSU              :Sekali tempo aku pernah melihat sebuah perusahaan yang memiliki suatu kemajuan yang sungguh luar biasa dan setelah saya amati, ternyata di dalam tubuh perusahaan Adhikarya itu terdapat : Nilai-nilai Advance, Determined, Humane dan Inspiring. Ini adalah sebuah rangkaian nilai yang mengembangkan keinginan maju yang kuat yang dilandasi etika dan norma-norma kemanusiaan serta menjadikan inspirasi bagi semua. Nilai-nilai luhur inilah rupanya yang menjadikan kekuatan, kelenturan akan perubahan jaman dan kesejahteraan bagi semua karyawannya. Demikian Yang Mulia.  (MEMBERI HORMAT KEPADA BAGINDA)
  
SAWE RI GADING   : Begitulah kalian semestinya. Contohlah dan ikrarkan dengan iklahs VALUE ADHI itu. Sebab sesungguhnya Kerajaanku ini, baik perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya adalah Jelmaan mutu kerja dan mutu hasil kerja yang menjelma di kerajaanku ini.
  
PEMBANTU               : Hidup Maha Raja Sawe Ri Gading !

SEWE RI GADING    : Nah, sekarang kembalilah ke tempat asal masing-masing. Terapkan segenap pengalaman yang kalian peroleh dari Istanaku ini.
  
PEMBANTU  1           : Ampun Yang Mulia. Ucapan Yang Mulia menunjukkan adanya orang asing diantara kami. (CURIGA KEPADA KEEMPAT PEMBANTU)

SAWE RI GADING   : Ya. Dan mereka jangan diapa-apakan. Karena keempat orang ini, (MENUNJUK KEPADA PEMBANTU YANG MENYAMAR) sengaja aku panggil ke istanaku ini, untuk meningkatkan pengetahuannya dan mengenal lebih dekat jurus-jurus Value-Adhi, yang ampuh itu.
PARA MEMBANTU  : (BERMAKSUD MENYERAHKAN TEROPONG) Maafkan kami Yang Mulia…..

SAWE RI GADING   : (MEMOTONG) Stop. Kalian mliki saja benda pemberianku itu. Dan pulanglah kedaerah asal kalian. Demikian pula yang lainnya, kecuali Bissu Dilangi’ temani aku disini. (MEREKA YANG DIMAKSUD MENINGGALKAN BALAIRUNG. SAWE RI GADING BERDIRI MEMBELAKANG)

SANG BISSU              : Gerangan apa yang tuan pikirkan ?

SAWE RI GADING   : Semua orang tahu kalau dunia ini, terdiri atas dua bagian yang besar.

SANG BISSU              : Maksud Yang Mulia ?

SAWE RI GADING   : Kalau ada siang, pasti ada malam. Ada kaya pasti ada miskin. Jika ada yang bernama keberhasilan pasti ada pula yang bernama kegagalan.  Yang ingin aku ketahui: Apa tanda-tandanya kehancuran sebuah kerajaan  
SANG BISSU              : (MENGAMBIL LIPATAN LONTARA DARI SAKUNYA)  Menurut Lontarak Bilang,tanda-tanda kehancuran sebuah Kerajaan : Ada 5. Yang Mulia.  Pertama: jika raja yang memerintah tak mau lagi diingatkan.                Kedua: jika tak ada lagi orang cerdas di dalam negeri.                                     Ketiga: jika hakim dan jaksa sudah makan sogok.                            Keempat: jika persengketaan berkecamuk di dalam negeri.                          Kelima: jika raja yang memerintah tidak lagi mengasihi rakyatnya.

SAWE RI GADING   : Bissu Dilangi’, Kalau kegagalan atau kehancuran sebuah negara ada 5 tanda-tanda, bagaimana dengan Kerajaan Maha karya, yang aku pimpin ? Apa salah satu diantara kelima tanda itu sudah ada yang merasuki ini?

SANG BISSU              : Mengapa ragu, Yang Mulia? Bukankah 2 tanda kejayaan yang dimiliki Kerajaan Maha Karya tampak jelas wujudnya ?  

SAWE RI GADING   : Maksudmu kedua tanda itu, yang mana?

 SANG BISSU             : Pertama: jika raja yang memerintah jujur dan cerdas. Kedua: jika tak ada persengketaan di dalam kerajaan.
  
SAWE RI GADING   : (TAMPAK LEGA). Kalau begitu istirahatlah wahai, Bissu Dilangi’.

SANG BISSU              : Demikian pula Yang Mulia.

SAWE RI GADING   : Tapi ingat, pelihara dan tingkatkan terus kualitas kesaktianmu.

SANG BISSU              :          Pasti Yang Mulia.
                                                            ***                                                                              Makassar, 14 Pebruari 2011

                                     
              ADHI KARYA DIVISI VI MAKASSAR, SULAWESI SELATAN