SEMUA NASKAH PENTAS DI BLOG INI TELAH DIPROTEKSI DAN TIDAK DAPAT DISALIN SECARA LANGSUNG

Himbauan

Mementaskan naskah di blog ini harus seizin penulis.

Senin, 20 September 2010

Kamis, 16 September 2010

Album Nostalgia





LAWAN CATUR
DI PENTASKAN DI PANGGUNG
DEWAN KESENIAN MAKASSAR
JL. IRIAN 69 MAKASSAR








Desain "Tugu Sejahtera" yang kemudian dibangun di depan Bandara Pattimura-Ambon,
 adalah sumber inspirasi lahirnya karya Naskah Drama "Jaringan" Jacob Marala
Tugu Sejahtera tersebut berdiri diatas Bunker Tentara Jepang, sebagai landasannya.
Hal ini desebabkan karena segala usaha jadi sia-sia untuk meratakannya dengan tanah.
(dikerjakan oleh Seniman-seniman Dewan Kesenian Makassar. yang dipimpin oleh Ali Walangadi, dan diprakarsai Gubernur Maluku, Hasan Slamet. Thn. 1978)  










Ichsan Amar, Fahmi Syariff. Ali Walangadi, Udhyn Palisuri dan Jacob Marala
saat menjelang Festival Teater Antar Grup se-Sulawesi Selatan, yang
akan diselenggarakan oleh Grup Teater Latamaosandi 1979





sebelum pementasan Drama "Kematian", 
Oleh: Jacob Marala dan Hanny Abiasa,
malam In Memorium Hertasning, di awali
pembacaan puisi oleh Udhyn Palisuri
(Pengantar acara oleh A.M. Mochtar)






Cerpen "Kematian" karya Sides Sudiarto D.S 
diadaptasi menjadi Drama Panggung oleh
Jacob Marala 1979 




Jangan katakan jangan, disaat blitz
melezat di wajahmu





Anggota Teater Makassar berwisata di Candi Borobudur,
sehari setelah laga pentas antar Dewan Kesenian Se-Indonesia
yang berlangsung di Gedung Teater Arena Surakarta (Solo) 1993





Ketua Dewan Kesenian Makassar Arsal Alhabsi, dan salah seorang pendiri
Teater Makassar Aspar Paturusi,  bersama dengan pemain Teater Makassar
yang mengusung Drama "Malam Lebaran Di Mangara Bombang" pada
Festival Istiqlal 1995, berlangsung di Teater Tertutu Taman Ismail Marzuki
(Foto bersama di halaman Wisma Seni Taman Ismail Mazuki)





Drama "Gelita" Karya J.R. Galloway di pentaskan oleh 
Kandil Teater Latamaosandi
di Teater Arena Dewan Kasenian Mkassar Jln. Irian 69
Peran duet antara Jacob Marala, sebagai Kadir 
dan Fahmi Syariff sebagai Musa (1973)




K.M. ATHIRA


Rombongan Teater Makassar di atas KM. ATHIRA, Milik H. Kalla Lines
menuju Makassar setelah pentas tanding antar Dewan Kesenian Indonesia
dan berhasil meraih 3 besar terbaik. masing-masing Makassar, Jokja dan Bandung
Surakarta (Solo) 1993 



























Distupa Borobudur kau mengukir kenangan saudaraku

Rabu, 01 September 2010

Komandan Anwar

Komandan Kompi 1 Resimen III Malii
1946


Jacob Marala

Pemain :

Komandan Anwar
Daeng Baine
Samiun
Hamada
Harrada
Paena
Kurir
Seseorang (Penyair)
Utusan
Utusan II
Pengawal I
Pengawal II
Para Pejuang

(Adegan 1)

MARKAS PEJUANG, BENDERA MERAH PUTIH SEBAGAI LATAR, DIBALIKNYA TERDAPAT TULISAN: ROMBONGAN SANDIWARA “ SETIA “

PADA LANTAI TERDAPAT TERAP ATAU PANGGUNG BERUKURAN SEDANG. AGAK KEDEPAN TERDAPAT DUA BUAH KURSI LENGKAP DENGAN MEJA KERJA.SESAAT SEBELUM DAN SETELAH LAYAR DIANGKAT TERDENGAR SUARA PARA PEJUANG MENYANYIKAN LAGU-LAGU RIANG YANG MENYEBABKAN KONSENTRASI KOMANDAN ANWAR,BUYAR DI DALAM MEMECAHKAN PERSOALAN-PERSOALAN YANG TERDAPAT DALAM SEKIAN BANYAK DOKUMEN PENTING.

ANWAR : (GERAM) Hgreee… Tenang sedikit !(SUASANA JADI TENANG. SELANG BEBERAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAN KETUKAN DARI LUAR) Ya! Siapa ?

JAGA : (SUARA DARI LUAR) Satu tiga merah putih

KO. ANWAR : (TERUS MENCERMATI PETA LOKASI)

KURIR : Lapor……….  Dua orang tentara Nippong, bernama:  Hamada dan Harada minta menghadap komandan..

KO. ANWAR  : Apa tidak salah ? Bukankah seluruh Tentara Jepang sudah menjadi tawanan tentara Sekutu ?

KURIR : Kami tidak tahu Komandan. Barangkali Samiun bisa menjelaskannya.

KO. ANWAR : Samiun ? maksudmu Samiun menangkap tentara Jepang ?

KURIR : Emh…Justru kelihatannya mereka sangat akrab Komandan

KO. ANWAR : {KEHERANAN) Suruh mereka masuk

KURIR : Segera, Komandan. (MENINGGALKAN RUANGAN DAN DARI LUAR MEMBERI KOMANDO : ) Kepada saudara Samiun bersama dua, Tentara Nuipponggo segera menghadap ( HAMADA DAN HARADA MASUK MEMBOPONG BEBERAPA SENJATA   LARAS PANJANG, 2 BUAH SAMURAI 2 PUCUK PISTOL MASING-MASING DIPINGGANG, LENGKAP DENGANSARUNGNYA.

KO. ANWAR : Mana Samiun ?

HAMADA : Saya sendiri bingung Tuan, baru saja Samiun minta pinjam Pedang Samurai saya, ia lalu terbang.

KO. ANWAR : Terbang ?

HARRADA : Menghilang, bagai kilat tuan.

HAMADA : Maksud kami… belum sempat bicara panjang lebar, saudara Samiun langsung pergi tidak tahu dimana.

KO. ANWAR :(MENARIK NAFAS) Jadi kau pinjamkan ia Samurai apa kalian tahu akibat dari kecerobahanmu itu ?... Bencana ! (HAMADA GUGUP TIDAK MENJAWAB …..)

HARRADA : Saya pikir…. kami tidak ceroboh tuan.

HAMADA : Samiun Orang baik. Tidak suka neko-neko.

KO. ANWAR : Aku lebih tahu siapa Samiun dari pada kalian…. Tanpa senjatapun ia mampu memmbunuh, melenyapkan nyawa-nyawa orang yang ia tidak suka, apa lagi kau meminjamkan samurai. (DIAM SEJENAK) Terus ?

HAMADA : Nama saya Hamada. Dua hari lalu saya temui saudara Samiun, di satu tempat untuk menyerahkan senjata ini. tapi ia bilang: Lebih bagus Hamada dan Harrada ketemu langsung Komandan, Kompi satu resimen tiga Malili, Tuan Anwar.

KO. ANWAR : Lalu ?

HARRADA : Dengan segala senang hati kami sumbangkan senjata-senjata ini kepada tuan.

HAMADA : termasuk samurai  yang dipinjam saudara Samiun.

HARRADA : Terimalah kebaikan hati kami tuan Anwar.

KO. ANWAR : (SENYUM SINIS) Coba, katakana terusterang apa maksud kalian.

HAMADA : Hamada dan Harrada, mau berbaur menggabungkan diri dengan bangsa tuan.

HARRADA : Nippon adalah saudara tua Indonesia. Nippon mau bikin baik nasib rakyat Indonesia, Kita sama-sama mempertahankan Asia Timur raya, Tuan Anwar.

KO. ANWAR : Tapi bukankah Bangsamu sudah bertekuk lutut kepada Tentara Sekutu ? yang berarti kau seharusnya menyerahkan diri kepada pasukan keamanan dunia ?

HAMADA : Betul tuan, tapi Hamada sendiri pilih, tidak mau tunduk sama Sekutu.. Kami suka berkawan dengan Bangsa Tuan. Nippong – Inronesia Satu saudara. Hamada - Samiun sudah satu kata. Semua tentara asing dan kawan-kawannya harus lenyap di atas bumi

KO. ANWAR : (SINIS) Hamada. Bukankah kalian adalah tentara asing? Tiga setengah tahun Bangsamu menindas dan menyengsarakan Bangsaku, dan ketika bom Atom menghancurkan Hirosima dan meluluh lantakkan Nagasaki, kalian tiba-tiba mengatakan : Nippong-Indonesia: berasaudara..! Nippon mau memperbaiki nasib Rakyat Indonesia. Begitu Enteng !?

HAMADA : (BERUSAHA MEYAKINKAN) Tuan Anwar, tentara yang datang itu sesungguhnya tentara Belanda, Sekutu cuma nama. Sekutu  tidak lebih dari sebuah cangkang, agar Bangsa Belanda itu dapat kembali menjajah bangsa tuan. Karena itu Kami sama senjata-senjata ini, datang untuk membantu tuan.(MEREKA YANG SEJAK TADI MEMBOPONG SENJATA TIBA-TIBA DENGAN TEGAS IA MELETAKKANNYA DI ATAS MEJA PIMPINAN)

KO. ANWAR : (PENUH SINIS ) Hei Tentara Nippon ! aku dan bangsaku tidak pernah gentar meghadapi lawan, dari manapun datangnya. Dan kalian harus tahu kalau musuh yang paling utama, yang bernama ketakutan-pun telah kami tundukkan tanpa menggunakan senjata. Dau kau Harrada, Diantara sekian banyak tentara Jepang, kau adalah salah satu lambang kekejaman yang menakutkan. Kaulah yang telah menyiksa orang-orang yang tak berdosa. Kau masih ingat ? Dengan balok Kayu Hitam di tanganmu kau remukkan setiap kepala manusia yang kau jumpai di jalanan dan di pasar-pasar. Orang-orang di dalam penjara, sepuluh hari kau tidak beri makan, dan ahirnya mereka mati kelaparan. Kau masih ingat itu?

HARRADA : Saya mita diampuni tuan. Saya berjanji akan setia kepada tuan dan Bangsa tuan. (BERLUTUT MEMOHON AMPUN)

KO. ANWAR : Aku adalah orang yang tidak gampang terharu Harada ! Oleh karena itu, bagimu tidak dapat kumaafkan !

HARRADA : (SONTAK MELAKUKAN HARAKIRI...)

HAMADA : Lantas saya bagaimana Tuan ?

KO. ANWAR : Kami akan menyerahkan kau kepada Tentara Sekutu.

HAMADA :(SECEPAT KILAT MENGAMBIL DAN MEMBUKA SARUNG PISTOL UNTUK DITEMBAKKAN KE KEPALANYA) Saya lebih baik mati, Tuan Anwar ! (KO. ANWAR MERAMPAS DENGAN PAKSA PISTOL DARI TANGAN HAMADA.. TIBA-TIBA ......

KURIR : Kompoi Tentara Sekutu menuju markas kita pak.

KO. ANWAR : Apa kau yakin kalau mereka ke markas kita ?

KURIR : Laporan mata-mata kita mengatakan, kalau mereka itu mencari sisa-sisa laskar Jepang.

KO. ANWAR : Kalau begitu amankan semua. Hamada, dan senjata ini. (SANG KURIR DENGAN CEKATAN MELAKSANAKAN PERINTAH. HAMADA SEDIRI MENYERET MAYAT HARRADA DAN MENGIKUTI PETUNJUK SANG KURIR) - (KOMANDAN ANWAR MEMBENAHI BENDERA MERAH PUTIH SEHINGGA BERALIH MENJADI DEKORASI ROMBONGAN SANDIWARA SETIA)

KURIR : (SUASANA KIAN GENTING) Apa tindakan kita sekarang Komandan ?

KO. ANWAR : Sampaikan kepada kawan-kawan jangan ada yang mengadakan perlawanan. Suruh beberapa orang atau paling tidak 2. (dua) orang menemani saya ditempat ini. Aku kira kau sudah mengerti maksudku.

KURIR : Siap ! sangat dimengerti Komandan ! (EXIT)

KO. ANWAR : (MEMANIPULASI BENDERA MERAH PUTIH MENJADI “ROMBONGAN SANDIWARA SETIA” MENYEMBUNYIKAN SEMUA DOKUMEN. LALU MENGAMBIL SESUATU DARI LACI MEJANYA, KEMUDIAN MENDANDANI MUKANYA DENGAN BEDAK MASKER ALA TOPENG………………………...)

SESORANG : (MUNCUL SEMBIL MENUJU TRAP, MEMBAWAKAN PUISI PEMBANGKIT SEMANGAT DENGAN GAYA TEMPO DOELOE)
(Lihat lampiran Puisi "BULUKUMBA" Karya: Mahrus Andis)

KO. ANWAR : Kau dan aku adalah cahaya negeri subur. Lupakan dirimu peribadi. Sebab kejahatan dan muslihat, adalah keselarasan yang bertolak belakang. Cintaku, ruang dan waktu penuh pergolakan.
PAENA’: (ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA, MUNCUL DAN LAKONPUN BERLANGSUNG…) disaat aku menemuimu, ternyata engkau masih seperti dulu.

KO. ANWAR : Tak kusangka, tak kuduga ternyata engkau dan kasihku berselingkuh.
(TIBA-TIBA BEBERAPA ORANG BERSENJATA MENGEPUNG PARA PEMAIN. KO. ANWAR DAN KAWAN-KAWANNYA TIDAK MENGHIRAUKAN SITUASI, DAN LANJUT BERSANDIWARA)

DAENG BAINE : Seandainya aku tahu akan begini jadinya, biarlah waktu melumat umurku, agar tak ada hati yang hancur karena pertemuan……

KO. ANWAR : Penyesalanmu yang penuh kemunapikan adalah hal yang paling aku benci. Dan kau (KEPADA PAENA) manusia laknat yang selalu merampas milik orang lain, sekarang juga kau harus kuhancurkan selumat-lumatnya (ADEGAN PERTARUNGAN….. DIMENANGKAN OLEH KO. ANWAR)

DAENG BAINE : (MENJERIT MENYAKSIKAN  PERTARUNGAN DUA LELAKI KESAYANGANNYA) Tidak ! Hentikan… Oh alangkah kejamnya (KO. ANWAR MENGAHIRI NYAWA DAENG PAENA DENGAN CEKIKAN YANG MEMATIKAN.

KO. ANWAR : Engkau juga harus mati sayang.

DAENG BAINE : Mengapa mesti harus ?

KO. ANWAR : Karena kau sendiri memihak kepada orang yang telah merampas kepunyaanku. (BANGKIT DG GERAMNYA)

DAENG BAINE : Tolong…. (MEMINTA TOLONG KEPADA KOMANDAN NICA) Tolong saya tuan……

KO. NIKA : (TERSENYUM MEMBIARKAN DAENG BAINE MEMELUK KAKINYA DAN TERTAWA GIRANG SAMBIL MEMBACA TULISAN PADA SPANDUK LATAR) Rombongan sandiwara setia. (TERTAWA LAGI DAN TERTAWA) Saya tidak mau terlibat dalam persoalanmu perempuan. (MENYENTAK KAKINYA DARI DEKAPAN DAENG BAINE, MENGAKIBATKAN DAENG BAINE TERSUNGKUR… MELIHAT KEJADIAN TERSEBUT KOMANDAN ANWAR BEREAKSI…..)

KO. ANWAR : Tuan telah mengganggu latihan kami.

Nei..Nei.. justru kita ini datang untuk melindungi tuan-tuan dan Nona, dari ancaman tentara Jepang. Dan menurut keterangan mata-mata  kami, disekitar wilayah ini ada markas pemberontak yang melindungi tentara Jepang. Tuan tahu markas pemberontak itu ?

DAENG BAINE : E. Tuan, Sejak dulu hingga sekarang ini, tidak pernah ada markas pemberontak disini, dan tidak pernah ada  kekacauan. Apa lagi melihat atau melinduungi tentara Jepang. Kami pekerja seni tidak punya musuh. Tetapi sekalipun begitu, hati kami sering menjerit lantaran hak kami selalu dirampas.

KO. NICA : Dirampas, oleh siapa perempuan ?

DAENG BAINE : Oleh manusia yang kami namai, Musang berbulu ayam.

KO. ANWAR : (KEMBALI BERSANDIWARA) Hati risau takada gunanya. Ambil galah rampas buahnya.

SESEORANG : (SPONTAN MEMBAWAKAN PUISI “SAJAK DIRI”) Dalam diri ada rasa / rindulah aku / dalam rasa ada cinta / tapi bukan milikmu / dalam cinta rintih sepiku / siapa pula yang tahu ? // Akh…… lewat jari-jarimu / aku kecup darahku / hangat / dan manis ///

PAENA’ : (MENIMPA) Buah durian buah manis. Untuk apa memilih buah simalakama.(BERGAYA)

KO. NICA : Koe ini bicara apa he?

DAENG BAINE : (SENGAJA MENGACAUKAN KONSENTRASI KO. NICA) Maksud dialog kami adalah  tentang  buaya yang pernah kalah oleah  harimau. Tetapi memang buaya licik, kembali menganga di tengah kehampaan. Kasihan harimau lapar kehilangan belang. (KETAWA TERBAHAK-BAHAK)

KO. ANWAR : (KEPADA KO. NICA) Beginilah keadaannya jika kami dalam latihan. Kedisiplinan lebih diutamakan (KEPADA SESEORANG) Lanjut…..

SESEORANG : Buaya timbul disangka mati, dikasih hati mau jantung.

PAENA’ : Pasang perangkap tak ada gunanya, dijebak juga tak ada gunanya. Sayang.

SESEORANG : Dari pada tersesat, lebih baik pulang keasal mula

KO. NICA : Kedengarannya dialog cukup bagus. Sayang kita orang tidak mengerti maksudnya.

KO. ANWAR Sandiwara kami, tidak untuk dimengerti tapi untuk dinikmati tuan. Dan kenikmatan akan bertambah nikmat bila disertai dengan pengertian.

KO. NICA : Hm. begitukah?  (BERPIKIR) ya.ya. Terus terang rasa curiga saya jadi hilang. Tapi meskipun begitu, saya masih tetap percaya pada kebenaran laporan anak buah saya, kalau di wilayah ini terdapat sarang  pemberontak.

PAENA’ : Tuan  bisa buktikan ?

KO. NICA : (MENGULURKAN TANGAN, MINTA GULUNGAN KERTAS KEPADA BAWAHANNYA. IA LALU MEMBUKA DAN MEMPERLIHATKAN SKETS; SAMIAUN KEPADA ANGGOTA KELOMPOK SANDIWARA, SETIA)  Tuan en Nona pasti tahu orang ini bukan ?  Samiun.  Ia adalah orang yang sudahlama kami cari-cari dan kalian tahu ?  si bajinagan ini baru saja menebas batang leher anak buahku persis di persimpangan jalan Malili menuju Angkona. Kita orang memperkirakan kalau si Samiun ada kontak dengan tentara Jepang. Karena setiap korban yang kami jumpai selalu mati karena sabetan Samurai. Dan mereka-mereka itu bersembunyi disekitar kampung ini. Apa jawaban tuan ?

KO. ANWAR : Kami sebagai pemain sandiwara, hanya tahu nama tapi tidak tahu siapa orangnya, apa lagi keberadaannya.

KO. NICA : Kalau ucapan tuan itu benar, maka berhati-hatilah. Sebab bukan tidak mungkin sekali waktu samiun dan temannya orang Jepang itu akan memutuskan batang leher kalian. Tetapi jangan khawatir, sebab didaera antara Malili menuju Angkona kami perintahkan agar semua rumah penduduk digeledah. Bukan hanya itu bahkan kami sudah menginstruksikan agar kampong Cerekang dan kampong Ussu, termasuk daerah Baebunta, dikawal secara ketat. Samiun dan kawan-kawannya harus kita tangkap hidup-hidup dalam tempo dekat. Sebabab kalau tidak, maka bersiaplah kamu en kamu semua, akan kehilangan kepala dengan usus terburai. (BERAMKASUDMENINGGALKAN TEMPAT, TAPI KEMBALI MENOLEH DAN MENGHAMPIRI KETIGA ANGGOTA ROMBONGAN SANDIWARA SETIA) Selamat bersandiwara. En .. sebelum lupa, segera lapor kalau ada tentara Jepang berkeliaran di tempat ini. Nanti kita orang kasih hadiah besar, O.k ?

PAENA’ : Kepada siapa yang harus kami hubungi tuan ? Alamat tuan kami belum tahu.

KO. NICA : Koe tidak perlu repot. Omong saja dari mulut ke mulut, itu sudah cukup ampuh tiba di telinga kami. Sampai nanti. (EXIT)
(MOBIL TENTARA NICA MENDERU, LALU MENJAUH) KO. ANWAR PAENA’, DG.BAINE, BERNAFAS LEGAH, SALING BERPANDANGAN LALU TERTAWA BERSAMA) SESAAT KEMUDIAN  HAMADA TIBA-TIBA MUNCUL DARI PERSEMBUNYIAN DISUSUL OLEH SAMIUN. SUARA TAWA TIBA-TIBA BERHENTI SEMUA PANDANGAN TERTUJU PADA SAMIUN YANG SEMENTARA MEMBOPONG ASENJATA.)

KO. ANWAR : Syukur kita berhasil mengatasi situasi, selamat. (JABAT TANGAN DIANTARA MEREKA)

HAMADA : Terima kasih tuan. Tuan telah menyelamatkan saya dari sekutu.

KO. ANWAR : Dan kau sendiri, Samiun ? dari mana saja tiba-tiba muncul bersama senjata ?
SAMIUN : Maap, saya habis membunuh 2 orang musuh. Karena musuh terlalu banyak dan menggunakan bedil, saya tinggalkan musuh itu.

Ko. ANWAR : Dan secepat kilat kau kembali kemarkas ini bersembunyi ?

SAMIUN : Betul Daeng. Di tempat persembunyian yang gelap, saya kaget, dan hapir kepala Hamada putus sama pedang ini. untung nama saya ia sebut. Kalau tidak ?......(DIPOTONG)

DAENG BAINE : Pasti senjata makan tuan.

SAMIUN : Begitulah kirakira. (ORANG-ORANG TERTAWA)

KO. ANWAR : Saudara Samiun, berhati-hatilah sebab ternyata Belanda keparat itu sudah lama mengenalimu. Gambar wajahmu diatas kertas mereka bawa untuk diperlihatkan kepada semua penduduk agar kau secepatnya tertangkap.

HAMADA     : Sekutu - Nica, satu keluarga. Tapi Hamada - Samiun bersauara. Saya berjanji Tuan Anwar, tidak ada tentara sekutu dan tidak ada tentara Nica yang bisa menangkap saudaraku. Kecuali kalau Hamada sudah mati. Percayalah …percayalah….(SAMBIL HORMAT JEPANG)

SAMIUN        :           (MEMBIARKAN BOPONGANNYA JATUH DIATAS MEJA KOMANDAN, DAN SUASANA JADI HENING) Maaf, kalau  boleh Komandan, aku mita samurai ini ?
                        (PIMPINAN DAN HAMADA SALING BERPAN-     DANGAN DAN SALING MEMAKLUMI)

KO. ANWAR            :  Kita semua sudah terlanjur basah, ambillah dan gunakanlah sesuai jabatanmu sebagai “Algojo”

SAMIUN                    :  Terima kasih Daeng, terima kasih Hamada. (MENGAMBIL- 
                                 NAPAS) Saya tidak tahu kenapa badanku seperti dibakar ?                 
                                                               
KO. ANWAR            : Begitulah kalau seorang pejuang  menahan dendam.      (MENGHIBUR PERASAAN SAMIUN.)

SAMIUN        : Orang yang paling saya tidak suka adalah orang yang berteman dengan Belanda. (DEMIKIAN MENAHAN MARAH NYA IA MENGGUNCANG TUBUH KO. ANWAR) Orang-orang Kapir itu musti kita lenyapkan Komandan, tetapi siapa orangnya ?

KO. ANWAR            :  Saudaraku… lambat atau cepat, pada ahirnya kita pasti tahu. Tunggulah saatnya.

SAMIUN (MATANYA MENYALA MENAHAN DENDAM) Tabe’ saya kedanau dulu. Merdeka ! (ORANG-2 MENYAMBUT DG KEPALAN TINJU) Merdeka

HAMADA : Mau apa dia didanau ?

KO. ANWAR            :  Begitulah  kalau ia marah  atau selesai membunuh lawan.  Ia baru merasa  tenang  kalau ia merendam seluruh badannya didalam danau atau di sungai yang ada diwilayah Malili ini.

HAMADA     : Saya suka orang seperti dia. Ia kurang bicara tapi otaknya jalan.

DAENG BAINE       :  Dan  paling ia benci adalah bangsanya yang memihak pada penjajah.

PAENA’         : Maka selamatlah Tuan Hamada, di tangan sang Algojo              (DENGAN GAYA SANDIWARA)  sebab bencinya Samiun, kepada penghianat Bangsa, sejuta kali lipat dibanding dengan si penjajah itu sendiri.

KO. ANWAR            :  Cukup. Sandiwara bukan bahan mainan, tetapi adalah sejata rahasia dibalik Merah Putih. Juga saya berharap, marilah kita menghindari kecerobohan.  Mayat Harada segera di urus sebagamana mestinya.  (HAMADA, DAENG PAENA DAN SESEORANG MENUJU TEMPAT MAYAT HARADA DI SEMBUNYIKAN) (DAENG BAINE MEMBENAHI POSTER LATAR KEMBALI JADI MERAH PUTIH) ……………… Coba mari kita perhatikan peta ini (SEMUA BERKUMPUL DENGAN MATA TERTUJU PADA DOKUMEN) Menurut laporan informan kita, perairan di seluruh wilayah ini, (PADATA PETA) satu bulan nanti di perkirakan tidak  aman.

DAENG BAINE       :  Apa sebabnya Komanda ?

KO. ANWAR            : Menurut keterangan segenap informan Pemuda Republik Indonesia  Kedatuan Luwu, kapal perang Angkatan Laut Belanda, sudah lama mondar mandir  mengadakan patroli di teluk Bone. Mulai dari garis pantai timur sampai kebarat, menyusur ke utara kampong Lamasi telah mereka bumi hanguskan. Harapan saya, jangan sampai kapal patroli itu     
               tiba di perairan Batu Pute………

HAMADA     :  Ada apa dengan Perairan Batu Pute, Tuan ?

KO. ANWAR            : Disanalah Datu Luwu bersama permaisuri dan beberapa anggota Dewan Hadat, termasuk beberapa pimpinan PKR berlindung di balik bukit. Dan kalau tempat itu ketahuan oleh Nica, boleh dipastikan Datu, beserta seluruh pengikutnya akan tertangkap. Ini artinya Perjuangan Rakyat Luwu kembali ke titik awal.  

HAMADA     : Komandan Anwar.  Perlu segera dipikir-kan jalan keluarnya.

PAENA’         : Tunggu. Menurut saya, yang paling penting didahulukan ialah menjawab kegelisahan Samiun, tentang siapa sebenarnya agen mata-mata  Belanda bangsat itu ?     

KO. ANWAR            :  Menurutmu siapa ?  (BERLAGAK TIDAK TAHU)

PAENA’         : Siapa lagi kalau bukan dari kalangan anak negeri sendiri ?. Komandan, Orang-orang ini harus dilenyapkan sampai habis sebab kalau tidak, baik strategi, apa lagi untuk meraih kemerdekaan  hanya merupakan impian belaka.

HAMADA     :  Itu salah satu jalan keluar yang saya maksud tuan.

KO. ANWAR            :  Kalau begitu mau kalian, saatnya kiata mengerahkan seluruh kekuatan untuk membersihkan bajingan-bajingan itu. (MENGAMBIL DAFTAR NAMA-NAMA PENDUDUK DI LACI MENJA) Pulpen  yang merah. (DG. BAINE MENYODORKAN PULPEN DARI BALIK KUTANGNYA.) (KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA NAMA   ORG. YANG AKAN DI LENYAPKAN MALAM NANTI) Selain yang saya sudah tandai, menurut kalian siapa lagi yang dianggap paling berbahaya ?  (PAENA MENUNJUK NAMA DALAM DAFTAR BEGITUPUN DAENG BAINE.) Ya’ Cukup untuk malam nanti.  
Salin kembali nama-nama yang sudah ditandai, (KEPADA DAENG BAINE) bikin beberapa lembar lalu sampaikan keseluruh Pemuda Kompi satu Resimen tiga Malili. Hati-hati jangan sampai gerakan kita bocor dipihak lawan. (DAENG BAINE  LANGSUNG KE MEJA KERJANYA MENGETIK NAMA-NAMA PENGHIANAT) Saya, Daeng Baine, bersama Anda (KEPADA SESEORANG) membagi tugas dan langsung  turun lapangan malam ini. Dan satu permintaan saya, Sdr. Hamada  saya harap tetap saja disini bersama dengan saudara    Paena’  Pelajari dokumen ini, cari dan temukan strategi peling  tepat untuk menangkal rencana musuh. Faham ?...    (DENGAN PISTOL DIPINGGANG  KO. ANWAR, DAENG BAINE BERSAMA SESEORANG.  MENINGGALKAN MARKAS)  Merdeka…!





HARI MULAI MALAM
(adegan 2)

HAMADA ASIK BERDISKUSI DENGAN PAENA’ SAYANG SUARA MEREKA TIDAK JELAS. SAYUP KEDENGARAN SUARA AZAN ISYA. SUARA
BURUNG HANTU BERSAHUTAN DARI KEJAUHAN
MALAM SEMAKIN LARUT SUARA-SUARA NGERI SEMAKIN
MENJALAR.. TERDENGAR SAMAR SUARA TEMBAKAN-
DAN DENTUMAN DIBARENGI PEKIK TANGIS MEMBUAT
SUASANA SEMAKIN MENGERIKAN DAN MENAKUTKAN
                       
                                                                               
PAENA’         :           (MENGGOSOK KEDUA LENGANNYA AGAR RASA NGERINYA TERATASI)….. Hagr…….…!!
                        Saya tidak tahu apa yang bakal terjadi malam ini. (…..GELISAH…..)
              Semoga saja orang-orang malam ini pada nyenyak tidurnya.

HAMADA     :  Negara kami Jepang, Matahari lekas terbit Tidur kami tidak banyak nyenyak. Sudah jadi kebiasaan. Lantas kalau malam ini orang tidak nyenyak tidurnya, apa yang terjadi ?

PAENA’         :  Pastikan kita semua bisa celaka.  Gerakan kita malam ini bias menjadi  bumerang. Mata-mata musuh akan membongkar rahasia kita kepada   Belanda. dan  habislah kita. (MENJAWAB SAMBIL MENIRU DIALEK HAMADA… DAN TIBA-TIBA TERDENGAR KETUKAN PINTU)
               Siapa?!  (MEMBUKA PINTU. TAMPAK SEORANG KURIR MASUK DENGAN SEMPOYONGAN & NAPAS TAKBERATURAN.

KURIR           :  Sulit dipercaya.

PAENA’         :  Apa yang sedang terjadi ?

KURIR           :  Tak seorangpun yang berhasil melaksanakan tugasnya.

PAENA’         :  Bagaimana dengan komandan ?

KURIR           : Ternyata beliau juga menemui kegagalan. Tapi anehnya semua target sudah terselesaikan. Nama-nama penghianat yang tercatat dalam dokumen, semua sudah menemui ajalnya.

HAMADA     : Pagero …. Aku tahu sekarang… (SAMBIL MENUNJUKI DOKUMEN)

PAENA’         :  Apa yang kau ketahui tuan Hamada ?

HAMADA     :  Karena bigini , maka begitu. dan karena begitu maka begini ….. Ha.ha.ha...(ORANG-ORANG MENGERUMUNI DOKUMEN)

KO. ANWAR            : (TIBA-TIBA MUNCUL DENGAN SUARA BERAT…. )
                        Apa sebenarnya yang salah sehingga gerakan kita semua menjadi kandas ?

KURIR           :  Tidak ada yang salah Komandan dan tidak dan tidak satupun yang kandas. Justru sepantasnya kita bersyukur karena tampa tindakan dari pasukan kita, penghianat-penghianat itu mampus dengan sendirinya.

KO. ANWAR            : Saya tidak setuju pendapatmu. Ini adalah suatu kegagalan yang panatas disesalkan lantaran rencana milik kita, justru diambil alih dan diselesaikan oleh orang yang kita tidak kenal.

PAENA’         : Saya khawatir, dokumen ditangan Daeng Baine bocor kepihak ketiga.

KO. ANWAR            : Dan Itu tidak bisa di maafkan. Kau (Kpd. KURIR) Cari dan temukan  Daeng Baine, cepat suruh melapor  ke markas ini. (TIBA TERDENGAR JAWABAN DAENG BAINE……..)                                                                                                                
SESEORANG           : Tidak perlu panik.

DAENG BAINE       :           (BERJALAN NAIK KETERAP DEPAN MERAH PUTIH) Saudara-saudara tidak perlu cemas, biarlah tugas mulia malam ini, saya  tangani sendiri.

HAMADA     :  Hebat ! Luar biasa…..

DAENG BAINE       :  Begitulah pesan saudara Samiun.

KURIR           :  (UCAP BERSAMA) Samiun ?

DAENG BAINE       :  Ya, Samiun. Kedua, ia juga menyampaikan pesan supaya target jangan setengah-setengah. Sebab jika setengah-setengah, menurutnya hanya membuang-buang waktu. Kesempatan hilang percuma.

KO. ANWAR            :  Dimana Samiun sekarang ?

DAENG BAINE       : Seperti biasa Komandan. Dinginnya  air sungai di  Malili merupakan selimut hangat di badannya.   Ia baru bisa ditemui menjelang fajar di sebuah masjid, kalau memang ia diperlukan. Demikian yang ia sampaikan kepada saya.

KO. ANWAR            :  Biarkan saja. Saya pikir tidak ada masalah. Yang masalah Ialah akibat dari hasil pekerjaannya yang sungguh mengagumkan tapi justru membahayakan. Tingkatkan kewaspadaan …….

HAMADA     :  (MEMOTONG) Saya faham maksud Tuan Anwar. Tuan mau mengatakan kalau orang mati itu, dibunuh oleh Jepang yang lagi bersembunyi di markas ini.

KO. ANWAR            : Persis. Sehingga tidak mustahil Belanda Nica itu, akan melakukan penyisiran diseluruh wilayah ini. Bahkan mungkin saja, Satu Malili akan di bumi hanguskan dengan kobaran api.

KURIR           :  Bagaimana kalau Hamada saya bawa dulu bersembunyi ….

SAMIUN        :           (TAMPA DIDUGA TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN PAKAIAN BASAH KUYUP DISEKUJUR TUBUH). Saudara Hamada….

KO. ANWAR            : Samiun, kau jangan tergesa-gesa dalam bertindak. Sabetan samuraimu semakin meyakinkan Belanda, kalau di daerah ini bermukim berpuluh-puluh Hamada. Bukankah kita  senantiasa berusaha untuk selalu melindungi satu orang Hamada ? agar dapat bahu membahu mengatasi serbuan Belanda yang kian hari kian mengganas ? Pengalaman menunjukkan kekejaman Nica tidak pernah setengah-setengah dalam bertindak (MENGAMBIL CATATAN DARI DALAM LACINYA LALU MENYODORKANNYA KEPADA PAENA’ ) Coba bacakan dan  renungkan semua apa-apa yang telah mereka lakukan di Negeri ini.

SESEORANG           : (MEMBACA CATATAN) Di bulan Pebruari 1946 Nica melalukan kekejaman di Sulawesi selatan. Khususnya terhadap rakyat Luwu; di Masamba 300 rumah dibakar habis bersama 200 laki-laki yang tak berdosa dianiaya sampai mati. Saudara Idris Usman, pegawai repoblik kantor pos, dikuliti kepalanya lalu dadanya ditikam bajonet kemudian di pertontonkan ditengah pasar lalu tubuhnya ditetak-tetak dengan bajonet sampai mati. Wanita-wanita ditangkapi dan dipenjarakan. Segala milik mereka dirampas, bahkan wanita yang memakai gigi emas dicabuti gigi emasnya dengan kakatua, telinga-telinga mereka robek akibat antingnya direnggut dengan paksa dan sesudah itu mereka disuruh berbaris sepanjang pantai lalu dihujani peluru senapan mesin……Kejahatan lain tentara Kenil. 11 (sebelas) murid sekolah, 10 (sepuluh) diantaranya ditembak mati, satu murid dibiarkan hidup untuk digunakan menunjuk jalan mencari orang yang telah mengungsi, anak itu sempat meloloskan diri tapi malang baginya ia kembali di tangkap dan ditembak di depan umum. Kekejaman lain juga menimpa seorang gadis muda, anak seorang kepala distrik. Pahanya yang halus mulus ditembak ketika ia menaiki perahu, setelah ditangkap, ia dimasukkan kedalam rumah sakit Palopo, lalu ia dijadikan alat pelampiasan nafsu birahi tentara kenil…..

DAENG BAINE       :  Sudah !  Jangan diteruskan. (RERAMPAS CATATAN)

SAMIUN        :           Maaf. Saudara Hamada ! Ikut aku. Tabe Komandan (MENJEMPUT TANGAN HAMADA LALU PERGI. SEJENAK SUASANA JADI DIAM)

KO.ANWAR : ( MENARIK NAPAS PANJANG LALU MENGAMBIL HARLOJI DARI DALAM KANTONGNYA….) Waktu menunjukkan pukul:  sebelas malam, lewat empat puluh lima menit. Kita punya kesempatan lebih dari cukup  benahi barang-barang yang bisa menimbulkan kecurigaan Belanda siluman itu. (SEBUAH POSTER BERTULISKAN ‘ROMBONGAN SANDIWARA SETIA’ DIMUNCULKAN KEMBALI DAN DIBAWAH POSTER TSB. TERTERA TULISAN  “JUMPA DI PANGGUNG MASAMBA”) menjelang subuh nanti, saudara Kurir segera menghubungi kawan-kawan di Angkona, (KEPADA SESEORANG) Kau sendiri ke Cerekang, dan Ussu. Sampaikan agar meningkatkan kewaspadaan. Ini penting  mengingat akan mengganasnya kebrutalan Belanda atas kematian kaki tangannya. Saya sendiri,  Daeng Baine dan Paena tetap di bertahan disini guna menghadapi Patroli Belanda yang  bakal menggeledah  Markas kita.                                                                                                                     
KURIR           :  Bagaimana dengan Hamada ?

KO. ANWAR            : Termasuk Itu tugasmu. Segera temui Samiun si Malaekat pencabut nyawa itu. Tanyakan, apa Hamada masih hidup ?  Kalau masih, katakan kalau tidak ada halangan, kita jumpa di  Markas ini lusa malam, harus !  Laksanakan !

KURIR           : Daeng Baine, di masjid mana saya bisa temukan saudara Samiun ?

DAENG BAINE       :  Kira-kira Enam ratus lima puluh meter dari tempat ini, belok kanan.

KURIR           :  Saya kira disana tidak ada Masjid tapi Surau.

DAENG BAINE       :  Surau, Masjid sama saja. Cari dan temukan di bawah
               atap lapis ke dua dari lantai bawah.

KURIR           :  Saya mengerti…..Merdeka !

KO. ANWAR            :  Merdeka !  (KURIR EXIT)

                        CAHAYA PELAN MEREDUP DISERTAI BUNYI SIRENE PATROLI DARI KEJAUHAN. KEGELISAHAN BERCAMPUR CEMAS MENYELUBUNGI SUASANA BATHIN PARA PEJUANG. TAKLAMA KEMUDIAN, MOBIL BELANDA-PUN SUDAH BERHENTI DI DEPAN MARKAS PEMUDA. SUARA KOKANG SENJATA BELANDA CUKUP MEMBUAT GUGUP PENGHUNI MARKAS.

                                          
               (Adegan 3)

DAENG BAINE       :  (CAHAYA TEMARAM) Komandan ?!

KO. ANWAR            : Tenang. Seperti biasa saja. Atau kau tinggalkan dulu tempat ini. (SETELAH LATAR MERAH PUTIH MENJADI POSTER ROMBONGAN SANDIWARA “SETIA”, KO, ANWAR MEMBERI ISARAT KEPADA PAENA’)
                (SEMENTARA DILUAR SUARA TENTARA NICA TERDENGAR  MENGEPUNG MARKAS)

PAENA’         :  (TANGGAP)          Ashalathukhaerumminannauuuuum  2 X
                                                            Allahu Akbar 2 X
                                                            Lailaha Illallaaaah

KO. ANWAR            : Tuan-tuan yang berada di luar silahkan masuk !  Pintu tidak terkunci  !

KO. NICA      : (DENGAN PENGAWAL PENUH SIAGA) Kami tidak ada maksud mengganggu orang sembahyang, karena itu kami cuma mau  bicara sebentar.

PAENA’         :  Mengenai apa tuan ?

KO. NICA      : Tahukah kamu,  kalau temanmu sendiri si perempuan itu (KEP. KO. ANWAR) telah membohongi kita orang ?

 KO. ANWAR           :  Bagaimana mungkin  ?

KO. NICA      : Bagaimana mungkin ? Kau lupa beberapa hari lalu kalau perempuan itu bilang daerah ini aman? Tidak pernah ada kekacauan ? Tidak ada Jepang. Tetapi kenyataannya  di depan mata, banyak penduduk tewas mengerikan dengan kepala terpenggal. Dan ini pasti hasil kerja samurai orang-orang jepang.
               Bagaimana ?  Apa jawabmu sekarang. ?

KO. ANWAR            : Maaf tuan, kami tidak punya waktu untuk menjawab atau berdebat. Kami mau Sholat.

PAENA’         : (KAMAD SUBUH) Allahu Akbar. 2X  Asyhadu Allailahaillallah
                        Asyhaduanna Muhammadarrasullullah …DST………

PENGAWAL NICA :  Bagaimana kalau kita tembak saja mereka Mener ?
KO. NICA      : Jangan bertindak bodoh. orang sembahyang tidak boleh ditembak. Mereka bisa masuk Sorga  dan kita masuk Neraka, goblok !(MENINGGALKAN MARKAS DENGAN PENUH KESAL) Aghrr…        Ghoodverdommes.

                        (CAHAYA MEREDUP PELAN SAMPAI GELAP TOTAL)


(Adegan 4)
                                   
(BEGITU LAMPU MENYALA KO.ANWAR, PAENA, HAMADA DAN DAENG BAINE, TAMPAK TENGAH MENGADAKAN RAPAT……..  TAMPAK KO. ANWAR MEMBERI TANDA PADA DAFTAR NAMA YANG DI TARGET.)

KO. ANWAR            :  Tolong simpan dulu, dan jangan diketahui oleh siapapun.

DAENG BAINE       : (MENERIMA DOKUMEN DARI KOMANDAN ANWAR DAN MENYIMPANNYA KE DALAM LACI MEJANYA, LALU KEMBALI MENGGABUNG DI MEJA RAPAT UNTUK TURUT   MENGEAHUI RENCANA STRATEGI YG. AKAN DITERAP KAN. MELALUI GAMAR BESAR
               YANG TERPAJANG PADA SEBUAH PAPAN TULIS, KOMANDAN ANWAR MENJELASKAN DENGAN RINCI TAKTIK DAN STRATEGI YANG AKAN DIJALANKAN DALAM MENGHADAPI  KEMUNGKINAN-KEMUNGKINAN.
                                                DEMIKIAN SERIUSNYA DISKUSI, MEREKA TIDAK SADAR KALAU SAMIUN MUNCUL SECARA DIAM-DIAM MENGAMBIL DOKUMEN YANG YANG   TERSIMPAN DALAM LACI DAENG BAINE. SAMIUN TAMPAK BERPIKIR KE RAS MEMBOLAK-BALIK DOKUMEN TSB. UTK MENGETAHUI      NAMA NAMA ORANG YANG DITARGET, MAKLUM SAMIUN MASIH DALAM KEADAAN BUTA AKSARA.                  

                        KURIR  MUNCUL TAPI DIHADANG OLEH SAMIUN DENGAN ISYARAT SUPAYA JANGAN BERSUARA. KEDUANYA SALING PENGERTIAN. (TERJADI DUA PEMANGGUNGAN) NAMUN FOKUS PADA  SAMIUN YANG MINTA PENJELASAN KEPADA SANG KURIR TENTANG SIAPA-SIAPA LAGI ORANGNYA YANG HARUS DILENYAPKAN DARI MUKA BUMI. SETELAH MENDAPAT PENJELASAN DARI KURIR MELALUI BAHASA ISYARAT, SAMIUN MENYIMPAN KEMBALI DOKUMEN TERSEBUT  DALAM LACI LALU PERGI.

KURIR           :  (SEAKAN BARU TIBA)  Merdeka…..

KO. ANWAR            :  Kebetulan saudara datang tepat pada waktunya.

KURIR           :  Apa Komandan sudah mendengar berita ?

KO. ANWAR            :  Belum. Apa yang telah terjadi ?

KURIR           : Kapal-kapal Belanda sudah mangkal di sepanjang perairan Luwu termasuk  Malli.
                          
KO. ANWAR            : Sudah kuduga sebelumnya. Karenanya saya pikir dengan adanya tambaha senjata dari saudara Hamada, termasuk kawan-kawan yang tersbar di setiap pelosok, di tambah beberapa pemuda bersenjata disekitar pantai, sudah merupakan kekuatan besar untuk mengusir mereka dengan segera.
                                       
KURIR           :  Apa betu-betul sudah dipikirkan dengan matang Komandan ?
PAENA’         : (MEMOTONG) Mengapa tidak?  Seluruh perahu nelayan kita pakai menyerang pada malam hari. Dengan menyerang secara Frontal dan bergelombang  dari segala arah,  saya yakin Belanda yg sementara tidur diatas kapalnya akan kocar kacir untuk menyelamatkan diri dan kita pasti menang !

KO. ANWAR            :  Tenang dulu. Jagan  terlalu bernapsu saudara Paena.

HAMADA     : Betul Komandan, kita jangan mau kena tipu. Naluri saya mengatakan; Kapal musuh yang  lego jangkar di perairan ini sesungguhnya adalah pancingan. Tentara Belanda yang berada di atasnya saya pastikan sudah menghilang. Artinya, begitu kita menyerang kapal ini…  maka Belanda akan menyergap kita dari segala arah dan mampuslah kita semua.. ha..ha..ah..Maaf, tidak lucu….Bagaimana tuan ?

KO. ANWAR            :  Saya kagumi pendapatmu, saudara Hamada.

KURIR           :  Kalau demikian, strategi ini perlu disampaikan kepada semua Bapak-bapak Pimpinan Pemuda.

KO. ANWAR            : Ya. itu memang penting tetapi yang paling mendesak sekarang ini adalah kaki tangan Belanda, yang bakal menggagalkan semua rencana kita. Kalian tahu ? setelah saya mengamati daftar nama-nama, ternyata masih belasan penghianat yang harus kita lenyapkan dalam waktu singkat.

KURIR           : Maaf, kalau kami boleh tahu siapa-siapa mereka itu, komandan ?

DAENG BAINE       : Sabar….. akan saya ambilkan dokumennya. (MENGAMBIL DOKUMEN. TIBA-TIBA SAMIUN MUNCUL DENGAN SAMURAI BERLUMURAN DARAH)  Samiun, jangan bikin kaget aku.

SAMIUN        : Tabe’ Komandan. (MENCABUT SAMURAINYA) untuk sementara, temanku ini baru 6 (enam) nyawa yang ia bunuh. Sebentar ini kalau tidak ada hambatan, ia akan bekerja terus samapi matanya jadi tumpul. Dan inilah orang yang paling saya tidak suka. (MELEMPAR BUNGKUSAN BERISI KEPALA) Orang itu  paling suka mengambil kepunyaan rakyat. Sebelum ia kupotong, lidahnya  kucabut dulu. karena bicaranya selalu pengaruhi pemerintah. Dan pemerintah yang Belanda itu adalah memang orang rakus, maka jadilah napsu setan mereka  untuk menguasai kepunyaan bangsa.Merdeka ! (SECEPAT KILAT MENGHILANG)
PAENA’ : Gila…. Mulai pintar ia bicara (HENDAK MEMBUKA BUNGKUSAN)

DAENG BAINE : Jangan sentuh dan jangan di buka.

KO. ANWAR : Ya. sebaiknya langsung di kubur(DAENG BAINE MENGAMBIL BUNGKUSAN, LALU KELUAR)
HAMADA : Mengapa takut tuan

KO. ANWAR : Tuan Hamada, bukannya takut.  Tapi bayangkan kalau kepala yang terbungkus itu adalah keluargamu, aku pasti kau sangat bersedih. Syukur-syukur kalau kau memiliki ketabahan, tapi kalau tidak ? muncul lagi masalah baru diantara kita.

HAMADA : A… Harigato’ saya mengerti Tuan.

KO. ANWAR : Kita lupakan…dan kepada kurirku yang baik berangkatlah,temui kawan-kawan dan sampaikan strategi  yang akan kita gunakan  nantinya. Usahakan bagaimana cara agar informasi ini bias samapi di Batu Pute tempat Datu berlindung.  Semoga berhasil.

KURIR : Maaf sebelum saya meninggalkan tempat, masih ada yang perlu saya sampaikan Komandan.

KO. ANWAR Ya. Segera katakan.










KURIR           : Kemarin, sebelum saya tiba di tempat ini,. Saya bertemu dengan anak buah komandan PKR (Pembela Keamanan Rakyat), Palopo. Kami sempat bertukar informasi, Komandan.


KO. ANWAR : Terus ?< KURIR : Ia katakana kalau hari ini akan membawa surat perintah dari atasannya untuk, Komandan. KO. ANWAR : Surat perintah ? Siapa yang mau ia perintah disini ? (TERSINGGUNG) Apa mereka tidak tahu kalau tak seorangpun anggota  kita yang dapat diperintah oleh orang luar ?Sembarangan. KURIR : Maaf Komandan, saya hanya sekedar menyampaikan. KO. ANWAR : Ya, Saya mengerti, dan itu memang tugasmu. (DUDUK DIKURSI SAMBIL MEMEGANG KEPALANYA DENGAN DUA TANGAN, SUASANA HENING) KURIR : Apa boleh saya pergi Komandan ? KO. ANWAR : Tunggu. Jangandulu kemana-mana. KURIR : Tapi…… KO. ANWAR            :  Ini perintah Komandanmu!  

DAENG BAINE       : (MENGALIHKAN SUASANA) Bukankah dokumen ini penting untuk dibicarakan  ?

KO. ANWAR            :  Untuk apa lagi, tidak ada gunanya.

HAMADA     :  Bagaimana bisa Tuan ?

KO. ANWAR            : (MENGAMBIL DOKUMEN DARI TANGAN DAENG BAINE) Coba bayangkan, Semula saya berharap kalau kita malam ini menyebar menyerbu sasaran yang sudah direncanakan. Tapi lagi-lagi  Samiun mendahului rencana yg sudah aku buat. Apa tidak membingungkan ?

PAENA’         :  Jangan bingung  Komandang.

KO. ANWAR            : Kenapa tidak ?  Coba pikir, kalau oran yang terbunuh itu  justru adalah orang lain yang namanya tidak terdapat dalam dalam daftar ini, pastikan situasi diluar jadi kacau. Dengan kata lain kesempatan untuk bergerak sudah tercium. Anda-andakan sudah tahu siapa saudara kita yang bernama Samiun itu ?  ia toh ?  betul tidak ?  Boleh saja bertindak tapi jangan asal. Jangan membabi buta, yang membuat kita semua terbata-bata dan bingung.
               (KARENA EMOSI IA MEROBEK-ROBEK DOKUMEN ITU.  ORANG-ORANG  JADI DIAM.) – (SEJENAK MENENANGKAN DIRINYA)

HAMADA     : Saya tahu kalau sadaraku itu punya kekurangan. Tapi saya akui ketajaman nalurinya setajam mata smurai. Tindakannya tidak pernah meleset.

                                   
                                                            ADEGAN 5

UTUSAN II   : (SUARA DARI LUAR) PKR Mereh Putih. Kami Utusan Pembela Keamanan Rakyat Palopo. Penting !

UTUSAN. I    : Merdeka !  (DISAMBUT DENGAN SALAM YANG SAMA) Lapor, kami utusan dari Palopo.

KO. ANWAR            :  Ya. Kamu dengan siapa ?

UTUSAN. I    :  Kami Cuma berdua Pak!

KO. ANWAR            :  Apa temanmu bersenjata ?

UTUSAN. I    :  Ya. Bersenjata.

KO. ANWAR            :  Suruh ia masuk !

UTUSAN. I    :  Siap !  (MENUJU PINTU MEMANGGIL TEMANNYA)
               Mittamakki dolo. (UTUSAN II MASUK DENGAN SENJATA LARAS PANJANG DI TANGAN. KEDUANYA MENGHADAP. SEBELUM SAMPAI, SAMIUN MENYUSUL MENGENDAP-ENDAP DI BELAKANG MEREKA)

KO. ANWAR            : Kau ! (DENGAN NADA TAKTIS KEPADA UTUSAN II) Apa ada musuh disini ?

UTUSAN II   :  Ditempat ini tidak ada Pak.

KO. ANWAR            :  Tapi tanganmu memegang senjata.

   UTUSAN II            : Maaf Pak.  (SADAR. IALALU MENYELEMPANG  SENJATANYA)     

UTUSAN I     :  (MENYODORKAN) Sepucuk surat dari Pimpinan kami.

M. ANWAR  ; (MENGAMBIL SURAT) Sekertaris (MENYERAHKAN KEPADA SEKRETARIS DAENG BAINE) Bacakan !

DAENG BAINE       : Yang terhormat Saudara M. Anwar. Pimpinan Polisi Istimewa Resimen 3 Kompi 1 Malili. Kami mengutus dua orang anggota kami untuk menjalankan tugas penting, yakni agar saudara segera menyerahkan 2 (dua) orang kaki tangan Belanda yang bertempat tiggal di daerah saudara. Kedua orang yang kami maksud adalah: Sepasan suami iasteri yang bernama : Pepe dan Obe . Dengan menggunakan nama sandi, sebagaimana yang telah kita fahami bersama seperti  tersebut diatas, berati menandaskan satu keharusan mutlak untuk dilaksanakan. Tertanda Atas Nama Pimpinan  PKR. M. Yunus. 

M. ANWAR  : Apa pimpinanmu tidak keliru ?  Apa ia lupa kalau aku pimpinan Polisi Istimewa Kopi 1 (satui) Malili, punya wewenang penuh menangani semua persoalan keamanan disini ? Coba kalian pikir, kalau Aku di Malili mengambil alih hak persoalan di wilayahmu ? Kira-kira bagaimana perasaan kalian ?! (Marah)

UTUSAN I     :  Tapi Kami menjalankan amanah !

M. ANWAR :  Jalankanlah  amanah yang benar, dan jangan asal-asalan.

               (SUASANA TEGANG. UTUSAN II MENELUARKAN SENJATA DARI SELEMPANGNYA. SAMIUN SECEPAT KILAT MENGHUNUS SAMURAINYA. TETAPI KEDUABELAH PIHAK MENJADI TENAG KARENA DICEGAH OLEH MASING-MASING PIHAK………)
UTUSAN I     :  Baiklah, kami permisi dan akan kami laporkan situasi yang tidak mengenakkan ini.

KO. ANWAR            : Sampaikan pesanku kepada Komandanmu Muhammmad yunus, jika ia tidak sempat berpikiran jernih, maka Pasukanku dan Pasukannya akan berhapan langsung sampai titik darah penghabiasan. Sekalipun Aku dan Dia sama-sama kelahiran Bulu’kumba (KEDUA UTUSAN MENINGGALKAN RUANGAN. SUASANA JADI SENYAP….)
SAMIUN        : Daeng, Siapa kaki tangan belanda itu. Biar aku yang menggorok lehernya, sekarang juga !

KO. ANWAR            :  Itu sama dengan menggorok leher saya Samiun !

SAMIUN        :  Jadi Daeng Melindungi penghianat ?

KO. ANWAR            :           Bukan melindungi. Samiun. Tapi aku memaafkan orang itu. Orang yang mengakui kesalahannya dan kini ia sudah kembali kejalan yang benar, mengapa kita tidak memaafkannya ? (SUASAN JADI DIAM)

SAMIUN        :  Lantas bagaimana dengan Harrada, yang bunuh diri lantaran tidak diberi maaf,  Komandan ?!

KO. ANWAR        :  Harrada adalah mahluk ganas,  yang  terang-terangan meremukkan   kepala keluargamu dan keluargaku  dan takkan mungkin kembali kejalan yang benar. Kata-kata maaf yang ia ucapkan adalah desakan ketakutannya kepada tentara sekutu dan bukan atas dasar kesadaran!        

SAMIUN        :           (MENGATASI KEMELUT DIRINYA) Biarlah saya kedanau. (EXIT)  

KO. ANWAR                        :  sudah. Mari, kita lupakan. Kita siap-siap berangkat ke medan lokasi. Kita butuh kosolidasi dengan para pimpinan pemuda lainnya. Kurir, berangkatlah sekarang juga, semoga berhasil dan sampai jumpa.

KURIR           :  Selamat berjoang ! (KEPADA KAWAN PEMUDA)

KO. ANWAR                        Persiapkan diri masing-masing, jangan ada yang kelupaan
                        (MEREKA MELENGKAPI DIRI MASING. SEMUA SENJATA DIMUNCULKAN DARI PERSEMBUNYIAN-NYA : PAENA’ HAMADA,  KOMANDAN ANWAR, MEMBAWA SENJATA LARAS PANJANG, SEMEN-TARA DAENG BAINE MEMAKAI PISTOL. SETELAH SEGALA KEPERLUAN LAINNYA SIAP, MEREKAPUN BERANGKAT  MENINGGALKAN MARKAS). PANGGUNG BERANGSUR REDUP, DIIRINGI MUSIK PEMBANGKIT SEMANGAT…. SELANG BEBERAPA MENIT,  SUASANA PERTEMPURANPUN MULAI BERKOBAR.  PANGGUNG YANG PENUH KEGE-LAPAN DI PENUHI LEZATAN  CAHAYA PELURU.  DENTUMAN DENTUMAN  MERIAM SESEKALI MEMBUAT PANGGUNG TEMARAN OLEH CAHAYA. (TAYANGAN LAYAR )


                                                                                      ( ADEGAN 6 )

     BUNYI TEMBAKAN MASIH TERUS TERDENGAR. TAKLAMA KEMUDIAN PANGGUNG BERANGSUR JADI NORMAL… KURIR, PAENA,  KOMANDAN ANWAR, SAMIUN,  DAN SESEORANG MENYERBU MASUK MARKAS DENGAN PENUH SEMANGAT  PERLAWANAN.

PAENA’         :  Mana Daeng Baine dan Hamada  ?

KURIR           :  Komandan, Keduanya telah gugur
KO. ANWAR            :  Semoga arwahnya diterima sisih Allah. Amin…
                        DITENGAH MASIH BERLANGSUNGNYA SUASANA PERANG TIBA-TIBA MENGUMANDANG SUARA LEWAT MEGAFON :
                        Perhatian !  Perhatian !  Datu Luwu Andi Djemma bersama Permaisurinya. Bersama anggota Hadatnya, beberapa pimpinan pemuda, beberapa pimpinan PKR telah ditawan. Oleh karena itu kami maklumkam kepada pemimpi pemuda lainnya agar tidak mengadakan perlawanan. Bila pemberitahuan ini tidak diindahkan. Maka Datu Luwu Andi’ Djemma akan kami tembak mati !

SAMIUN        :  Daeng, bagaimana ?  Saya masih bisa menebas leher belanda najis itu.

                        (SEMANGAT SAMIUN DISAMBUT OLAH TEMAN LAINNYA)
PAENA’ &
KURIR           :  Siap, kami menyerbu Komandan !!

KO. ANWAR            : Saudaraku. (MENGATASI EMOSI KAWAN-KAWAN-NYA)  Ingat Datu. Kalau bukan karena beliau, sayalah yang pertama mati dari pada saudara. Demi Datu.  Ingat itu !
                        (KOMANDAN ANWAR BERJALAN MENUJU TERAP, LALU IA BERDIRI TEGAP DAN DIAPIT OLEH PAENA’ KURIR, DAN SAMIUN)

SESEORANG           : Komandan. Kita berjuang bukan karena siapa-siapa, tetapi demi Bangsa dan Negara ini !

KO. ANWAR            : Saya tahu. Tapi jangan lupa, keselamatan Datu sama dengan menyelamatkan keluargamu berlapis-lapis turunan. Jasa-jasa beliau belum tentu ada yang menyamainya sekarang dan akan datang. Ingat itu !!

KO. NICA      :  (TERDENGAR SUARA DOBRAKAN)  Buka !!

KO. ANWAR            :  Tidak perlu mendobrak pintu yang tidak terkunci. !

KO. NICA      :  Buka !!  (MASUK)

KO. ANWAR            :  Kalau kau bernama maut, mendekatlah.
                        Batas antara engkau dan kami disini
                        Adalah warna-warna senyawa
                        Dalam waktu dan ruang.

KO. NICA      :  Cukup !

PENGAWAL            :  (MEMERINTAHKAN) Tetap di tempat dan letakkan senjata

KO. NICA         (PARA PEJUANG PERLAHAN MELETAKKAN SENJATANYA MENYUSUL PENGAWAL TENTARA KENIL MENGAMBILNYA) Ahirnya kalian ketahuan juga. Ternyata Kau Samiun, si tukang begal satu rombongan dengan pemain sandiwara ‘SETIA’ (BERSUARA BERANG)  Dan kau tuan Anwar, ketahuilah berpuluh kawanmu telah mampus di dalam panggung pertempuran.

  KO. ANWAR          :           Tidak ! Kawan-kawan kami tidak  mampus, dan takakan pernah mampus, melainkan   mereka telah  memasuki perannya dengan sempurna

   KO. ANWAR         :           Tutup mulutmu Tuan Anwar !  Tak perlu lagi ada dialog. Layar telah turun dan sandiwaramu telah selesai.

KO. ANWAR            : (MENATAP DENGAN TAJAMNYA,  TENANG IA MENGHAMPIRIKOMANDAN NICA )  Justru babak pertama baru dimulai.  (MENEKAN KATA DEMI KATA) 
             

KO. NICA      :           Ghodverdomes. Lanjutkan babak kedua sandiwarmu di dalam penjara   bersma buronan ini.  (KEPADA SAMIUN).  Pengawal !  giring mereka….
                        (TENTARA NICA MEMBAWA PARA PEJUANG  KELUAR MARKAS DIBARENGI SUARA TEMBAK MENEMBAK YANG TERUS BERLANGSUNG)
                 
                              (Adegan 7)

NARASI        :  Dengan di tawannya Datu Luwu pada Tanggal 2 Juni 1946, Kompi I (satu) Resimen III (tiga) Malili, dibawah Pimpinan M. Anwar di mana Samiun menjabat sebagai algojo menyerahkan diri demi keniscayaan Datu Luwu tercinta. Mereka di penjara selama lebih 8 (delapan) bulan tanpa pakaian dibadan kecuali celana kolor, tidur di atas lantai tampa alas.
                        Pebruari 1947 Samiun diajukan Kemeja Hijau :

               (ANGGAPLAH DIRUANG PENGADILAN) SEBAGAI-MANA LAIKNYA ORANG HUKUMAN DENGAN TANGAN TERBORGOL, SAMIUN BERJALAN MENUJU TENGAH PANGGUNG. SESAMPAINYA IA DISANA, STATIS IA TAMPAK GAGAH BERANI

NARASI        : SAMIUN. KAU DITUDUH MEMBUNUH DENGAN BERENCANA. MENGHILANGKAN NYAWA ORANG SEORANG DENGAN CARA KEJI, DAN TAK BERPERIKEMANUSIAAN. JAWAB. BENAR ATAU TIDAK

SAMIUN MENUTUP MATA SAMBIL TERSENYUM RINGAN.  IA MERASA BAHAGIA MEMBAYANGKAN MUSUH-MUSUHNYA TERTEBAS HABIS…………………
NARASI : SAMIUN DARI SEKIAN BANYAK FAKTA NYATA
MAKA KAU DITETAPKAN SEBAGAI PELAKU KEJAHATAN,YAKNI MELAKUKAN PEMBUNUHAN SECARA BERANTAI DAN SUNGGUH DILUAR BATAS KEMAUSIAAN
MAKA DENGAN INI PENGADILAN MEMUTUSKAN, MENJATUHKAN HUKUMAN MATI
KEPADA TERPIDANA; SAMIUN

(SUARA PALU TIGAKALI)

SAMIUN (BERJALAN MENUJU TEMPAT EKSEKUSI, NAIK KE TERAP)

NARASI : SAUDARA SAMIUN, SEBELUM SAUDARA MENJA-LANI HUKUMAN, ADAKAH PERMINTAAN TERAHIR SAUDARA ?

SAMIUN : Pertemukan saya dengan Komandan saya, Mmuhammad Anwar.

NARASI : ATAS PERMINTAAN SAMIUN. TAHANAN M. ANWAR SEGERA KE TOMALEBBA UNTUK MENEMUI TERPIDANA MATI, SAMIUN.

KO.ANWAR : (MUNCUL DENGAN TANGAN TERBELENGGU LANG-SUNG KE TEMPAT SAMIUN. SEBELUM SALING MERAPAT….)

SAMIUN : Genna’ memattoni Daeng (Berbahasa Bugis) 40 nyawa penghianat berbanding 1 orang Samiun (KEDUANYA SEAKAN MENJADI SATU, PENUH KEHARUAN)

KO.ANWAR : Jangan lepaskan kedekatanmu dengan Maha Pencipta (SAMIUN TERSENYUM HARU)

SAMIUN : Tolong diperhatikan ibuku  Daeng. Ia sudah tua.

KO.ANWAR : Insya Allah. ( NYARIS TAK KEDENGAR AN KARENA  MULUT TAK MAMPU LAGI BICARA).
SEORANG ALGOJO EKSEKUSI MENDEKATI SAMIUN DENGAN MAKSUD AGAR SAMIUN DI TUTUP MATANYA………….

SAMIUN : Mata saya tidak perlu kau penutup .  (MENUDING DAN DENGAN GAGAH PERKASA MENGHADAP REGU TEMBAK)………ALLAAAHU AKBAAR

Dor..  Dor... Dor.....Dor......Dor


Perlahan roboh dengan penuh (Taburan bunga bagai hujan dari langit menutupi jazad Samiun)

Pemakaman jenazah pemuda perkasa ‘Samiun’ di urus oleh Haji Baedawi
Sementara lewat tengah malam, pukul 04.00 saat semua  tentara Belanda tertidur, Komandan Anwar, melarikan diri dari penjara, sebeb telah diketahui ia akan di tembak mati keesokan harinya.
Muhammad Anwar meninggalkan kota Malili bersama 30 orang anggota PRI menuju daerah Tolala, Pakue dan Laho-Laho, bangkit mengobarkan pertempuran melawan penjajah.
Dimasa Kemerdekaan : Ia di anugerahi penghargaan “Kartika Ekapaksi” dari Menteri Panglima Angkatan Darat, Jenderal Ahmad Yani.
Lencana Penghargaan, Legium Veteran Republuk Indonesia dari Ahmad Taher. Penghargaan Tanda Jasa Pahlawan dari Presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang  Republik Indonesia, Sukarno.

Memasuki usia ke 77 tahun, tepatnya 6 Januari 2004 Muhammad Anwar, Putra Bulukumba, kelahiran Kalumeme 17 Juni 1927, berpulang Ke-Rahmatullah.


LAYAR TURUN
Makassar, 5 Desember 2009

Jacob Marala


Memang sudah cukup, Daeng.



LAMPIRAN

Bulukumbaku
Gelombang
Nyalakan api dalam
Membakar sukma pengabdian
Untuk bumi kita
Bulukumba yang hijau
Tanah gembur

Warisan leluhur
Bangkitkan semangat dalam dada
Satukan cinta dan harapan
Kibarkan panji-panji persaudaraan
Untuk bumi kita
Bulukumba yang damai
Tanah kerinduan
Yang menghapus darah dan air mata
Hari ini
Kita gemakan kalam abadi
Seuntai perjanjian hati nurani

Allahu Akbar

Bulukumbaku
Gelombang

Mahrus Andis